MAKALAH PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK AWAL 2-6 TAHUN
BAB II
Orang tua terkadang banyak yang tidak tahu akan peerkembangan yang
terjadi pada anaknya, sehingga mereka tidak tahu akan kecepatan dan
keterlambatan yang terjadi pada perkembangan anaknya itu. Padahal jika telah
terjadi keterlambatan perkembangan pada anak, anak membutuhkan penanganan yang
cepat agar tidak berdampak berkelanjutan pada anak.
Anak-anak mendapat tempat istemewa pada masyarakat karena mereka
menentukan generasi mendatang. Usia 2-6 tahun merupakan usia yang penting dalam
masa perkembangan, dan dalam masa-masa perkembangannya harus sangat
diperhatikan. Orang tua harus memperhatikan beberapa aspak perkembangan yang
terjadi pada anaknya.
Pekembangan fisik, kognitif, dan psikososial anak pada masa 2-6 ini
tidak bisa dikesampingkan pentingnya. Ketiga perkembangan itu sangat penting
dalam perkembangan anak, yang akan menentukan dan membawa prilaku anak sampai ia
dewasa. Sehingga kami melakukan pembahasan pada anak usia 2-6 tahun dari segi
perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.
a.
Bagaimana
perkembangan fisik yang terjadi pada anak usia 2-6 tahun?
b.
Bagaimana
perkembangan kognitif yang terjadi pada anak usia 2-6 tahun?
c.
Bagaimana
perkembangan psikososial yang terjadi pada anak ussia 2-6 tahun?
a. Mengetahui perkembangan fisik yang terjadi pada anak usia 2-6
tahun.
b. Mengetahui perkambangan kognitif yang terjadi pada anak usia 2-6
tahun.
c. Mengetahui perkembangan psikososial yang terjadi pada anak usia 2-6
tahun.
Anak dilahirkan didunia dalam kondisi serba kurang lengkap, sebab
semua naluri, fungsi jasmaniah, serta rohaniahnya belum berkembang dengan
sempurna. Oleh karena itu anak manusia mempunyai kemungkinan panjang untuk
bebas berkembang.[1]
Yang dimaksud dengan kebebasan berkembang disini yaitu untuk bisa
mempertahankan hidupnya dan untuk bisa menyesuaikan diri dalam lingkungannnya.
Bahkan seorang anak bisa meningkat pada taraf perkembangan tertinggi pada usia
kedewasaannya. Hingga di kemudian hari ia mampu mengendalikan alam sekitar dan
juga bumi.
Secara kronologis atau menurut urutan waktu, masa kanak-kanak
adalah masa perkembangan dari usia 2 hingga 6 tahun. Perkembangan biologis pada
masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat
oleh lingkungan dan keluarganya. Oleh karena itu,keluarga sangat berperan
penting untuk mempersiapkan anak untuk terjun ke dalam lingkungan yang lebih
luas terutama lingkungan sekolah.
Masa kanak-kanak sering disebut juga dengan masa estetika, masa
indera dan masa menentang orang tua. Disebut estetika karena pada masa ini
merupakan saat terjadinya perasaan keindahan. Disebut juga masa indera, karena
pada masa ini indera anak-anak berkembang pesat . karena pesatnya perkembangan
tersebut, anak-anak senang mengadakan eksplorasi, yang kemudian disebut dengan
masa menentang.
Pada masa ini anak-anak memiliki sikap egosentris karena merasa
dirinya berada di pusat lingkungan yang ditunjukkan anak dengan sikap senang
menentang atau menolak sesuatu yang datang dari orang di sekitarnya.
Perkembangan yang seperti itu disebabkan oleh kesadaran anak, bahwa dirinya
memiliki kemampuan dan kehendak sendiri, yang mana kehendak tersebut berbeda
dengan kehendak orang lain.
Pada masa anak-anak awal, anak-anak banyak meniru, banyak bermain
sandiwara ataupun khayalan, dari kebiasaannya itu akan memberikan keterampilan
dan pengalamn-pengalaman terhadap si anak. Ada yang
mengatakan bahwa masa kanak-kanak awal dimulai sebagai masa penutup bayi. Masa
anak-anak awal berakhir sampai dengan sekitar usia masuk sekolah dasar.
Adapun ciri-ciri pada masa anak-anak awal ialah :
a.
Usia
yang mengandung masalah atau usia sulit
b.
Usia
mainan
c.
Usia
prasekolah
d.
Usia
belajar kelompok
e.
Usia
menjelajah dan banyak bertanya
f.
Usia
meniru dan kreatif
Sedangkan
tugas-tugas perkembangan pada fase ini meliputi :
a.
Belajar
berbicara, misalnya dengan belajar menyebut kata ayah, ibu atau benda-benda
sederhana disekitarnya.
b.
Belajar
membedakan jenis kelamin
c.
Belajar
mengadakan hubungan emosional selain dengan orang-orang terdekatnya
d.
Belajar
membedakan antara hal-hal yang baik dan yang buruk dan mengembangkan kata hati.
e.
Membentuk
konsep-konsep pengertian sederhana tentang kenyataan sosial dan alam.
Namun antara anak yang satu dengan anak yang lainnya memiliki masa
anak-anak awal yang berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan tiap anak memiliki
perkembangan yang berbeda, yang mana perkembangan-perkembangan pada masa ini
dipengaruh oleh beberapa faktor diantaranya perkembangan fisik, perkembangan
kognitif dan perkembangan psikososial.
Pertumbuhan fisik atau tubuh manusia
merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Kuhlen dan
Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu
meliputi empat aspek, yaitu:
a. Sistem
saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi
b. Otot-otot
yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik
c. Kelenjar
Endoktrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada
usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang
sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis
d. Struktur
fisik/tubuh yang meliputi tinggi berat dan proporsi.
Masa
kanak-kanak awal (early childhood) merupakan periode perkembangan yang terjadi
mulai akhir masa bayi hingga sekitar usia 5 atau 6 tahun, kadang periode ini
disebut tahun prasekolah. Kelas satu sekolah dasar biasanya menandai akhirnya
periode ini.[2]
Dari keterangan diatas bisa disimpulkan bahwasannya masa kanak-kanak awal masa
perkembangan anak dari usia 2 tahun sampai usia 6 tahun, yang mana bisa disebut
juga dengan periode prasekolah
Perkembangan
fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya, dengan
meningkatnya pertumbuhan tubuh baik berat badan maupun tinggi badan serta
kekuatannya, memungkinkan anak untuk lebih aktif dan berkembang keterampilan
fisiknya, dan juga berkembangnya eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan
orang tuanya. Perkembangan sistem syaraf pusat memberikan kesiapan pada anak
untuk lebih meningkatkan pemahaman dan penguasaannnya terhadap tubuhnya.
a. Tinggi
: Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata tiga inci. Pada usia enam
tahun tinggi anak rata-rata 46,6 inci.
b. Berat
: Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata tiga sampai lima pon. Pada
usia enam tahun kurang lebih tujuh kali berat pada waktu lahir. Anak perempuan
rata-rata 48,5 pon dan laki-laki 49 pon.
c. Perbandingan
tubuh : Penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil tetapi dagu tampak
jelas dan leher lebih memanjang. Gumpalan tubuh berkurang dan tubuh cenderung
berbentuk kerucut, dengan perut yang rata, dan dada yang lebih bidang, bahu
lebih luas dan persegi, lengan dan kaki lebih panjang dan lurus, tangan dan
kaki lebih besar.
d. Postur
tubuh : Perbedaan dalam tubuh pertama kali tampak jelas pada awal masa
kanak-kanak, ada yang postur tubuhnya gemuk lembek (endomorfik), ada yang kuat
berotot (mesomorfik), ada yang relatif kurus (ektomorfik).
e. Tulang
dan otot : Tingkat pergeseran otot bervariasi pada bagian tubuh mengikuti hukum
perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, berat dan kuat, sehingga anak
tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah.
f. Lemak
: Anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan lemaknya dari
pada jaringan ototnya sedangkan mesomorfik sebaliknya dan yang bertubuh
ektomorfik mempunyai otot yang kecil dan sedikit jaringan lemak.
g. Gigi
: Selama empat sampai enam bulan pertama dari awal masa kanak-kanak, empat gigi
bayi terakhir-geraham belakang muncul. Selama setengah tahun terakhir gigi bayi
mulai tanggal digantikan oleh gigi tetap. Yang pertama lepas adalah gigi bayi
yang pertama kali tumbuh yaitu gigi seri tengah. Bila masa kanak-kanak berakhir,
pada umumnya bayi memiliki satu atau dua gigi tetap didepan dan beberapa celah
dimana gigi tetap akan muncul.[3]
Proporsi
tubuh anak berubah secara dramatis, seperti pada usia tiga tahun, rata-rata
tingginya sekitar 80-90 cm, dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia
lima tahun, tingginya mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat,
namun pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat usia sebelumnya. Tulang dan gigi
anak semakin besar serta lengkapnya gigi anak, sehingga si anak sudah mulai menyukai
makanan padat, seperti: daging, sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan.
Anggota
badan tumbuh dengan kecepatan yang berbeda-beda dan tiap anak mempunyai tempo
perkembangannya sendiri. Proporsi badan dan jaringan urat daging dapat
dikatakan tetap sampai kurang lebih tahun kelima. Setelah itu mulailah apa yang
disebut “Gestaltwandel” pertama (Zeller, 1936). Hal ini berarti bahwa anak yang
dulunya mempunyai kepala yang relatif besar dan anggota badan yang pendek,
mulai mempunyai proporsi badan yang seimbang. Anggota badan yang lainnya
menjadi lebih panjang. Perut mengecil dan anggota badan lainnya mendapatkan
proporsi yang normal. Jaringan tulang dan urat lebih berkembang menjadi lebih
berat dan jaringan lemak lebih melambat. Selama tahun kelima nampak
perkembangan jaringan urat daging yang secara cepat.[4]
Pertumbuhan
otak anak pada usia lima tahun mencapai 75% dari ukuran orang dewasa dan 90%
pada usia 6 tahun. Pada usia ini juga tumbuh “myelinization” (lapisan urat
syaraf dalam otak yang terdiri dari bahan penyekat berwarna putih, yaitu
myelin) secara sempurna. Lapisan urat syaraf ini membantu transmisi impul-impul
syaraf secara cepat, yang memungkinkan pengontrolan terhadap kegiatan motorik
lebih seksama dan efisien. Disamping itu, pada usia ini terjadi banyak
perubahan fisiologis lainnya seperti: pernapasan menjadi lebih lambat dan
mendalam dan denyut jantung lebih lambat dan menetap.
Aspek
lain yang sangat penting bagi perkembangan manusia adalah otak (brain). Otak
merupakan sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Otak terdiri dari 100
miliar sel syaraf (neuron), dan setiap sel syaraf tersebut, rata-rata memiliki
sekitar 3000 koneksi (hubungan) denga sel-sel syaraf yang lainnya. Sel ini
terdiri dari inti sel (nucleus) dan sel body yang berfungsi sebagai penyalur
aktivitas dari sel syaraf yang satu ke sel yang lain.[5]
Secara struktur otak terdiri dari atas tiga bagian, yaitu:
a. Brainstem
(termasuk didalamnya celebellum) yang berfungsi sebagai pengontrol keseimbangan
dan koordinasi
b. Midbrain
yang berfungsi sebagai stasiun pengulang atau penyumbang dan pengotrol
pernafasan dan fungsi menelan
c. Cerebrum
yang berfungsi sebagai pusat otak yang paling tinggi yang meliputi belahan otak
kiri dan kanan (left and right hemispheres) dan sebagai pengikat syaraf-syaraf
yang berhubungan dengannya. (Vasta, Heith & Miller, 1992: 179-181).
Proses pertumbuhan otak
menurut para ahli melalui tiga tahap, yaitu:
a. produksi
sel (cell production), yaitu bahwa sel-sel itu telah diproduksi di antara masa
8 sampai 16 minggu setelah masa konsepsi.
b. perpindahan
sel (cell migration) yaitu bahwa neuron-neuron itu berimigrasi melalui daya
tarik kimia ke lokasi-lokasi sasaran yang semestinya.
c. Elaborasi
sel (cell elaburation) yatu terjadinya proses dimana Axon (jaringan syaraf
panjang body sel dalam neuron) dan dendrite (jaringan syaraf pendek bodi sel
dalam neuron) membentuk syaraf synepses (ruang kecil diantara neuron-neuron dimana
kegiatan syaraf terkomunikasikan antara sel yang satu dengan yang lain)[6]
Otak
mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi aspek- aspek perkembangan
individu lainnya, baik berupa keterampilan motorik, intelektual, emosional,
sosial, moral maupun kepribadian. Begitu pun sebaliknya, pentingnya gizi bagi
pertumbuhan otak, dari beberapa hasil penelitian pada hewan membuktikan bahwa
gizi yang buruk (malnutrisi) yang diderita induk hewan mengakibatkan sel otak
janin lebih sedikit dari pada janin yang induknya normal. Pada manusia,
kekurangan gizi pada ibu hamil mengakibatkan berat badan bayi sangat rendah
juga berkaitan erat dengan angka kematian yang tinggi serta penyebab yang
sering terjadi yaitu perkembangan yang buruk (Ediasri T. Atmodiwirjo dalam singgih
D, Gunarsa, 1983).
Dengan
demikian pada fase prasekolah sangat dibutuhkan gizi yang cukup, baik protein
untuk membangun sel-sel tubuh, vitamin dan mineral untuk pertumbuhan struktur
tubuh dan karbohidrat untuk energi. Menurut penelitian Mederith, anak-anak yang
hidupnya ditimpa kemiskinan atau kemelaratan baik di Afrika, India,
Pakistan maupun Amerika Selatan,
tubuhnya pendek-pendek dan kurus-kurus, apabila dibandingkan dengan anak yang
lainnya.
Kekurangan
gizi pada anak mengaibatkan kecacatan tubuh, dan kelemahan mental, lebih jauh
lagi anak akan rentan penyakit atau infeksi, baik mata, telinga, maupun sistem
pernapasan. Mereka juga kurang memiliki kemampuan atau kesiapan mental dan
fisik.
Semakin
matangnya perkembangan otak yang mengatur otot, memungkinkan berkembangnya
keterampilan motorik anak. Keterampilan dibagi menjadi dua, yaitu:
a. keterampilan
atau gerakan kasar, seperti berjalan, berlari melompat, naik dan turun tangga
b. keterampilan
atau gerakan halus atau memanipulasi, seperti menulis, menggambar, memotong,
melempar dan menangkap bola, serta memainkan benda atau alat-alat mainan.
Dalam
rangka mengembangkam potensi anak maka seyogyanya guru memberikan bimbingan
agar memiliki kesadaran akan kemampuan sensorisnya, dan sikap yang positif terhadap
dirinya, berikut bimbingan yang berkaitan dengan pengembangan anak, yaitu:
a. pengenalan/pengetahuan
akan namanya dan bagian-bagian tubuhnya
b. kemampuan
untuk mengidentifikasi kemampuan fungsi-fungsi tubuh
c. pemahaman
bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam penampilannya, seperti warna
rambut, kulit, dan mata atau tingginya, namun hakikatnya semua oramng memiliki
karakteristik fisik yang sama.
d. semua
orang memiliki keterbatasan dalam kemampuannya, seperti berjalan, berlari,
melompat, tetapi tidak seorang pun yang dapat terbang
e. memahami
bahwa tubuh itu berubah secara konstan, dan pertumbuhan fisik berawal dari
kelahiran dan berakhir dengan kematian.
f. pemahaman
akan pentingnya tidur dan istirahat dan juga sebagai dua siklus kehidupan yang
penting bagi kehidupan.
g. mengetahui
kesadaran sensori seperti: merasa, melihat, meraba, mendengar, dan mencium
h. memahami
keterbatasan fisik, seperti lelah, sakit dan melemah. (Aundrey Curtis, 1998)
Dengan
perkembangan motorik ini bagi anak usia prasekolah atau kelas-kelas rendah SD,
tepat sekali diajarkan atau dilatih tentang hal-hal berikut:
a. Dasar
keterampilan untuk menulis huruf arab atau latin serta menggambar.
b. Keterampilan
berolahraga seperti senam atau menggunakan alat-alat olahraga.
c. Gerakan-gerakan
permainan, seperti meloncat, memanjat, dan berlari.
d. Baris-berbaris
secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban.
e. Gerakan-gerakan
ibadah sholat.[7]
Kognisi artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan otak.
Perkembangan kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan
berfikirnya. Dalam perkembangan kognitif, anak dalam hal ini otaknya mulai
mengembangkan kemampuan untuk berfikir, belajar dan mengingat. Dunia kognitif
anak pada usia ini adalah kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi anak
berkembang sepanjang waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai dunia menjadi
lebih baik.[8]
Pada tingkat ini anak sudah dapat meningkatkan penggunaan bahasa dengan
menirukan prilaku orang dewasa.
a.
Tahap
Pra-Operasional Piaget
Imajinasi anak prasekolah bekerja sepanjang waktu dan jangkauan
mental mereka tentang dunia mereka terus berkembang sepanjang waktu. Piaget
menggambarkan kognitif anak prasekolah sebagai pra-operasional. Pemikiran
pra-operasional adalah periode penantian yang nyaman untuk menuju tahapan
berikutnya, yakni pemikiran operasional konkret. Akan tetapi label
pra-operasional menekankan bahwa anak tersebut belum menunjukkan suatu operasi,
yaitu tindakan-tindakan internalisasi yang memampukan anak melakukan secara
mental apa yang sebelumnya hanya dapat mereka lakukan secara fisik. Operasi
adalah tindakan mental dua-arah (reversibel). Penambahan dan pengurangan jumlah
secara mental adalah contoh operasi.
Tahapan pra-operasional, yang berlangsung kira-kira usia 2 hingga 7
tahun, adalah tahapan kedua dari teori piaget. Dalam tahapan ini, anak mulai
mempresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan, dan gambar-gambar.
Pemikiran-pemikiran simbolik berjalan melampaui koneksi-koneksi sederhana dari
informasi sensorik dan tindakan fisik. Konsep stabil mulai terbentuk,
pemikiran-pemikiran mental muncul, egosentrisme tumbuh, dan keyakinan-keyakinan
magis mulai terkonstruksi.[9]
Anak mulai bisa menulis dan menggambar dengan imajinasi mereka. Masa ini
disebut masa prasekolah dan masa sekolah. Anak mulai berinteraksi dengan teman
sebayanya dan bekerjasama, dan juga anak berlompat, berlari, dan bermain
bersama. Pemikiran pra-operasional dapat dibagi menjadi sub-sub tahapan, yaitu
sub tahapan fungsi simbolik dan sub tahapan pemikiran intuitif.
1)
Sub
Tahapan Fungsi Simbolik
Sub tahapan fungsi simbolik adalah sub tahapan pertama dari
pemikiran pra-operasional, yang terjadi kira-kira antara usia 2 hingga 4 tahun.
Dalam sub tahapan ini, anak yang masih
berusia dini mendapatkan kemampuan untuk menggambarkan secara mental sebuah
objek yang tidak ada. Kemampuan ini sangat memperluas dunia mental anak.
Anak-anak pada usia ini menggunakan desain-desain acak untuk menggambarkan
orang, rumah, mobil, awan, dan sebagainya. Mereka mulai menggunakan bahasa dan
melakukan permainan pura-pura. Namun, meski anak-anak membuat kemajuan yang
unik dalam sub tahapan ini, kemajuan pemikiran mereka masih memiliki beberapa
batasan-batasan yang penting, dua diantaranya adalah egosentrisme dan animisme.[10]
Mereka bermain seolah mengaggap dirinya sebagai seseorang atau sesuatu, mereka
mulai meniru perilaku orang-orang dissekitarnya.
Egosentrisme adalah ketidakmampuan membedakan perspektif diri
sendiri dan perspektif diri orang lain. Percakapan telepon antara seorang ayah
dengan anaknya, Mary (yang berusia 4 tahun) menunjukkan pemikiran Mary yang
egosentris. Mary sedang berada di rumah dan ayahnya di kantor. Percakapannya
sebagai berikut:
Ayah: Mary, Ibu ada di rumah?
Mary: (mengangguk)
Ayah: Mary, halo... Ibu ada? Ayah boleh berbicara dengan Ibu?
Mary: (kembali menganggukkan kepalanya)
Respons Mary bersifat egosentris, artinya ia gagal mempertimbangkan
perspektif ayahnnya sebelum menjawab. Seorang yang tidak berpikir egosentris
akan merespons secara verbal. Piaget dan Barbel Inhelder (1969) pada awalnya
meneliti pemikiran egosentrisme anak pada usia dini melalui “tugas tiga
gunung”. Seorang anak berjalan mengitari model gunung tersebut dan menjadi
terbiasa dengan bentuk gunung itu dari perspektif yang berbeda, dan ia juga
akan melihat ada beberapa objek yang berbeda di puncak gunung tersebut. Anak
itu didudukkan di satu sisi di meja dimana model gunung tersebut diletakkan.
Pembuat eksperimen memindahkan sebuah boneka ke lokasi yang berbeda di sekitar
meja, yang pada tiap lokasinya, si anak diminta memilih sebuah foto yang paling
tepat, yang menunjukkan sudut pandang mereka sendiri, bukan dari sudut pandang
boneka. Anak-anak prasekolah sering sekali menunjukkan keahlian perspektif
terhadap suatu tugas tertentu namun bukan pada yang lain.
Animisme, keterbatasan pemikiran pra-operasional yang lain, adalah
keyakinan bahwa objek-objek yang tidak bergerak memiliki kehidupan dan
kemampuan bertindak. Seorang anak mungkin menunjukkan animismenya dengan
mengatakan, pohon itu mendorang daun. Seorang anak mungkin menunjukkan
animismenya dengan mengatakan, pohon itu mendorang daunya, dan daun itu jatuh”,
atau “trotoar itu membuatku bingung,
menyebabkan aku jatuh”. Seorang anak yang menggunakan animisme gagal membedakan
kejadian-kejadian yang tepat karena menggunakan perspektif-perspektif manusia
dan non manusia.[11]
Egosentrisme dan animisme adalah batasan-batasan anak pada masa ini, anak
melakukan perkembangan tidak secara langsung, namun melewati tahap dan dalam
tahapan itu terdapat batasan-batasan tersebut.
Mungkin karena anak-anak yang masih belia belum terlalu peduli
dengan realita, gambar-gambar mereka bersifat fantastis dan inventif. Matahari
berwarna biru, langit berwarna kuning, dan mobil berjalan di atas awan. Seorang
anak berusia 3,5 tahun memperhatikan gambar acak-acakan yang ia buat dann
mendeskripsikannya sebagai “burung pelikan sedang mencium anjing laut”.
Simbolismenya sederhana tapi kuat seperti abstraksi yang ditemukan dalam
beberapa seni modern. Pada usia sekolah dasar, gambar seorang anak semakin
realistis, rapi, dan tepat. Matahari kuning, langit biru, daun hijau, dan mobil
melintas di jalan.[12]
Perkembangan dari matahari yang berwarna biru menjadi berwarna kuning, langit
yang berwarna kuning menjadi berwarna biru merupakan kemajuan dalam
perkembangannya.
2)
Subtahap
Pemikiran Intuitif
Subtahap pemikiran intuitif adalah subtahap kedua pemikiran
pra-operasional. Dalam subtahap tersebut, anak-anak mulai menggunakan penalaran
primitif dan ingin tahu jawaban atas
segala pertanyaan. Pad usia 5 tahun, anak-anak hampir melelahkan orang dewasa
disekitar mereka dengan pertanyaan-pertanyaan “mengapa”. Pertanyaan-pertanyaan
anak memberi sinyal munculnya minat dalam penalaran dan mencari yahu menganggap
hal-hal ada sebagaimana adanya
Piaget menyebutnya subtahap intuitif karena anak-anak tampak begitu
yakin akan pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi tidak tahu bagaimana mereka
tahu apa yang mereka ketahui. Artinya, mereka tahu sesuatu, tetapi
mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. .[13]
Hal tersebut menunjukkan adanya perkembangan yang ditunjukkan oleh rasa ingin
tahunya.
Salah satu batasan pemikiran pra-operasional adalah sentrasi,
perhatian yang berpusat pada suatu karakteristik dengan mengesampingkan semua
karakteristik lain. Sentrasi sangat jelas terlihat dari kurangnya konservasi
anak-anak, kesadaran bahwa mengubah penampilan sebuah objek atau zat tidak
mengubah sifat dasarnya.[14]
Disini anak hanya perduli pada satu sisi saja, jika sisi yang satu berubah,
maka sisi yang lainya juga berubah dan sebaliknya.
Situasi yang dipelajari Piaget untuk mempelajari konservasi
meruupakan tugasnya yang paling terkenal. Dalam tugas konservasi anak-anak
disajikan dengan dua gelas identik, masing-masing diisi cairan hingga ke tingkat
yang sama. Mereka ditanyakan apakah
gelas tersebut memilki jumlah cairan yang sama, dan biasanya mereka mengatakan
“ya”. Selanjutnya cairan dari suatu gelas dituangkan kedalam gelas ketiga yang
lebih tinggi dan lebih kurus dari dua gelas sebelumnya. Kemudian, anak-anak
akan ditanyakan apakah jumlah cairan dalam gelas tipis yang tinggi tersebut
sama dengan yang tersisa di gelas awal. Anak-anak yang kurang dari 7 tahun
biasanya mengatakan tidak dan membenarkan jawaban mereka dalam hal perbedaan
tinggi atau lebar gelas. Anak-anak yang lebih tua biasanya menjawab “ya” dan
membenarkan jawaban mereka dengan tepat.
Dalam teori Piaget, gagal dalam tugas konservasi cairan adalah
tanda bahwa anak-anak berada pada tahap pra-operasional pertumbuhan kognitif.
Kegagalan tersebut menunjukkan tidak hanya sentrasi, tetapi juga ketidakmampuan
untuk membalikkan tindakan secara mental.[15]
Intinya anak pada tahap pra-operasional masih belum bisa membedakan antara
sesuatu yang sama tapi dalam keadaan yang berbeda.
b.
Teori
Vigotsky
Vigotsky (1896-1934) menekankan bahwa anak-anak secara aktif
membangun pengetahuan dan pemahaman mereka. Dalam teori Vigotsky, anak-anak
lebih sering digambarkan sebagai makhluk sosial daripada dalam teori Piaget.
Mereka mengembangkan cara-cara mereka dalam berpikir dan pemahaman, terutama
melalui interaksi sosial. Perkembangan kognitif mereka bergantung pada alat
yang disediakan oleh masyarakat, dan pikiran mereka dibentuk oleh konteks
budaya tempat mereka tinggal.[16]
Jika dibandingkan, menurut teori Piaget anak berkembang dari kemampuannya
sendiri sedangkan menurut Vigotsky anak berkembang karena dibantu oleh
lingkungan sekitar mereka.
1). Zona
Perkembangan Proksimal
Keyakinan Vigotsky akan pentingnya pengaruh sosial, terutama
pengajaran, terhadap perkembangan kognitif anak-anak tercermin dalam konsep
zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal adalah istilah
Vigotsky untuk berbagai tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh
anak-anak, tetapi dapat dipelajari dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa
atau anak-anak yang lebih terampil. Dengan demikian, batas bawah ZPD adalah
tingkat ketrampilan yang dapat diraih oleh anak-anak yang dilakukan secara
mandiri. Batas atasnya adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat
diterima anak-anak dengan bantuan pengajar yang kompeten.[17]
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak dapat diraih oleh anak-anak
secara mandiri dan dengan bantuan pengajar.
2). Bahasa
dan Pemikiran
Menurut Vigotsky anak-anak menggunakan percakapan tidak hanya untuk
komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu dalam memecahkan masalah.
Vigotsky lebih jauh berpendapat bahwa anak-anak menggunakan bahasa untuk
merencanakan, membimbing, dan merantau perilaku mereka.[18]
Jika mereka sering menggunakan bahasa mereka atau aktif dalam berbiara maka
perilaku mereka juga akan mengalami perkembangan yang meningkat, sehingga
antara kemampuan berbicara dan kemampuan berperilaku mengalami perkambangan
dengan selaras.
Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pemikiran pada awalnya berkembang
secara mandiri satu sama lain dan kemudian bergabung. Ia menekankan bahwa semua
fungsi mental memilki asal-usul eksternal atau sosial. Anak-anak meggunakan
bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat fokus ke
dalam pikiran mereka sendiri. Anak-anak juga perlu berkomunikasi secara
eksternal dan menggunakan bahasa terseut untuk jangka waktu yang panjang
sebelum mereka dapat membuat transisi dari ucapan eksternal ke internal.
Periode ini terjadi antara usia 3 dan 7 tahun dan melibatkan bicara dengan diri
sendiri. Setelah beberapa saat, berbicara sendiri menjadi sifat kedua
anak-anak, dan mereka dapat bertindak tanpa verbalisasi. Pada titik ini,
anak-anak telah menginternalisasikan percakapan egosentris mereka dalam bentuk
berbicara dalam hati yang menjadi pikiran mereka.[19]
Penggunaan bahasa dalam komunikasi mereka dengan orang lain merupakan tahap
awal sebelum mereka berbicara dengan diri sendiri yang akan menjadi pikiran
mereka.
Masa anak-anak adalah masa perkembangan dari usia 2 tahun sampai
dengan usia 6 tahun, pada masa-masa ini perkembangan biologis dan fisik
berjalan dengan sangat cepat dan pesat, akan tetapi secara sosiologisnya
anak-anak masih sangat terikat dengan lingkungannya terutama keluarga. Oleh
karena itu, pada masa anak-anak awal ini keluarga sangat berperan penting dalam
mempersiapkan anak untuk terjun k lingkungan yang lebih luas, terutama
lingkungan sekolah.
Adapun perkembangan psikososial yang terjadi pada masa ini meliputi
beberapa hal
yaitu :
a.
Perkembangan
emosi
Selama awal masa kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan
saat ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar dari fokus” dalam arti bahwa ia
mudah terbawa ledakan-ledakan, emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan.
Hal ini tampak mencolok pada anak-anak usia 2,5 sampai 3,5 tahun dan 5,5 sampai
6,5 tahun, meskipun pada umumnya hal ini berlaku pada hampir seluruh periode
masa anak-anak awal.[20]
Jadi emosi yang meninggi pada masa kanak-kanak awal itu ditandai dengan
meledaknya amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan rasa iri hati yang
tinggi. Pada masa-masa ini anak-anak sulit untuk dibimbing dan diarahkan,
mereka cenderung akan marah, memberontak dan tersinggung jika diperingati, hal
ini disebabkan anak-anak keluar dari fokus mereka.
Emosi yang tinggi kebanyakan disebabkan oleh masalah psikologis.
Biasanya para orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan beberapa hal saja,
padahal sang anak merasa ia mampu melakukan lebih banyak lagi, sehingga pada
akhrinya anak pun akan menolak larangan orang tua dan anak cenderung akan
memberontak. Anak pun akan meledak amarahnya jika ia tidak bisa melakukan
sesuatu yang dianggap dapat dilakukan dengan mudah.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi anak pada
fase ini ialah:
1)
Kecerdasan
: anak yang cerdas cenderung akan lebih aktif dalam menjelajahi lingkungan
sekitarnya dan lebih banyak bertanya dibandingan dengan anak yang lebih rendah
tingkat kecerdasannya.
2)
Perbedaan
seks : perbedaan seks juga berpengaruh daalam emosi terutama karena tekanan
sosial untuk mengungkap emosi sesuai dengan kelompoknya.
3)
Besarnya
keluarga : hal ini sangat mempengaruhi anak dalam hal sering dan kuatnya rasa
cemburu juga iri hati, cemburu biasanya terjadi pada keluarga kecil. Sedangkan
iri hati biasanya terjadi di keluarga besar.
4)
Lingkungan
sosial : rumah memainkan peran yang penting dalam menimbulkan sering dan
kuatnya amarah anak. Misalnya jika seorang anak mempunyai saudara yang banyak
ia akan cenderung lebih sering marah dibandingkan dengan anak tunggal.
Emosi yang umum pada masa awal kanak-kanak antara lain :
1)
Amarah
: penyebab yang umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak terpenuhinya
keinginan dan adanya serangan yang hebat dari anak lain. Biasanya anak
mengungkapkan rasa amarahnya dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang,
melompat-lompat atau memukul.
2)
Takut
: pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan
berperan penting dalam menimbulkan rasa takut, seperti cerita-cerita, gambar-gambar,
film-film, dan televisi yang mengandung unsur menakutkan. Jika merasa takut
anak biasanya akan panik, kemudian lari, menghindar, dan bersembunyi, menangis
dan akan menghindari situasi yang menakutkan tersebut.
3)
Cemburu
: anak akan cemburu jika ia merasa bahwa minat dan juga perhatian orang tua
beralih kepada orang lain didalam keluarga, biasanya terhadap adik yang baru
lahir. Anak yang lebih muda dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka
atau menunjukkannya dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, seperti
mengompol, pura-pura sakit atau menjadi nakal. Yang mana semua perilaku ini
bertujuan untuk mendapatkan kembali perhatian dari orang tua.
4)
Ingin
tahu : anak mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar terhadap hal-hal yang
baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi
pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik, kemudian sebagai akibat
dari tekanan sosial dan hukuman, ia bereaksi dengan bertnya.
5)
Iri
hati : anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki
orang lain. Iri hati ini diungkapkan dalam bermacam-macam cara, yang paling
umum adalah mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan mengungkapkan keinginan
untuk memiliki barang seperti yang dimiliki oleh orang lain, atau dengan
mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati.
6)
Gembira
: biasanya anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak,
bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharpkan, bencana yang ringan, dan
berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak mengungkapkan kegembiraannya
dengan tersenyum dan terawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, atau memeluk
benda atau orang yang membuatnya bahagia.
7)
Sedih
: anak-anak merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang dicintai atau
yang dianggap penting bagi dirinya seperti orang, binatang atau benda mati.
Cara mengungkapkan kesedihannya biasanya anak akan menangis dan kehilangan
minat terhadap kegiatan normalnya.
8)
Kasih
sayang : anak-anak belajar mencintai orang, binatang, atau benda yang menyenangkannya.
Ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar akan tetapi ketika
masih kecil anak manyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk dan mencium
objek kasih sayangnya.[21]
Dari berbagai macam emosi pada masa awal anak-anak seperti yang
telah disebutkan diatas, diketahui bahwa anak mulai menunjukkan berbagai macam
emosi dan reaksi terhadap apa yang dialaminya, dan emosi ini dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya terutama lingkungan rumah. Anak akan mengekspresikan apa
yang dirasakannya baik itu rasa senang, amarah, takut dan lain-lain melalui
emosi, biasanya anak-anak pada masa awal perkembangan masih belum bisa
mengontrol emosi mereka dengan baik.
b.
Perkembangan
sosial
Dasar untuk sosialisasi pada anak-anak diletakkan dengan meningkatnya
hubungan antara anank dengan teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak
tidak hanya lebih bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak
bicara. Jika anak menyenangi hubungan
dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang
saja, maka sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada
hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik.[22]
Pada pernyataan diatas dijelaskan bahwa perkembangan sosialisasi
pada awal masa anak-anak awal ditandai dengan meningkatnya intensitas hubungan
dengan teman-teman sebayanya, dan perkembangan ini meningkat dari tahun ke
tahun. Pada fase ini juga anak-anak tidak hanya senang bermain tetapi juga
lebih banyak berbicara. Hubungan atau
kontak sosial lebih baik dari pada hubungan sosial yang kurang baik.
Menurut Elizabeth B. Hurlock pola perilaku sosial dan tidak sosial
pada masa awal kanak-kanak yaitu:
1)
Pola
sosial
a)
Meniru
: Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat
ia kagumi.
b)
Persaingan
: Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain sudah tampak
pada usia 4 tahun. Ini dimulai dirumah dan kemudian berkembang dalam bermain
dengan anak di luar rumah.
c)
Kerja
sama : Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan kelompok mulai
berkembang dan meningkat dengan baik dalam frekuensi maupun lamanya
berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak
lain.
d)
Simpati
: Karena simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan dan emosi
orang lain maka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum 3 tahun. Semakin
banyak kontak bermain, semakin cepat simpati berkembang.
e)
Empati
: Empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi orang lain selain
itu juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang
lai. Hanya sedikit anak yang dapat melakukan hal ini sampai awal masa anak-anak
berakhir.
f)
Dukungan
sosial : Menjelang berakhirnya awal masa anak-anak, dukungan dari teman-teman
menjadi lebih penting dari persetujuan orang-orang dewasa. Anak beranggapan
bahwa perilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara untuk memperoleh
dukungan dari teman-teman sebaya.
g)
Membagi
: Dari pengalaman bersama orang-orang lain, anak mengetahui bahwa salah
satu cara untuk memperoleh persetujuan
sosial adalah dengan membagi miliknya terutama mainan untuk anak-anak lain.
Lambat laun sifat mementingkan diri sendiri berubah menjadi sifat murah hati.
h)
Perilaku
akrab : Anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari hubungan yang
hangat, erat dan personal dengan orang lain berangsur-angsur memberikan kasih
sayang kepada orang diluar rumah, seperti guru, atau benda-benda mati seperti
mainan kegemarannya.
2)
Pola
tidak sosial :
a)
Negativisme : adalah perilaku melawan otoritas orang
dewasa, mencapai puncaknya pada usia 3 dan 4 tahun dan kemudian menurun.
Perlawanan fisik lambat laun berubah menjadi perlawanan verbal dan pura-pura
tidak mendengar atau tidak mengerti permintaan orang dewasa.
b)
Agresif
: perilaku agresif meningkat antara usia 2 dan 4 tahun dan kemudian menurun.
Serangan-serangan fisik mulai diganti dengan serangan-serangan verbal dalam
bentuk memaki-maki atau menyalahkan orang lain.
c)
Perilaku
bekuasa : bisa juga dikatakan dengan perilaku “merajai” mulai meningkat sekitar
usia 3 tahun dan mulai semakin meningkat dengan bertambah banyak kesempatan
untuk kontak sosial. Anak perempuan cenderung lebih merajai dari anak
laki-laki.
d)
Memikirkan
diri sendiri : Karena cakrawala sosial anak terutama terbatas di rumah, maka
anak seringkali memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri. Dengan meluasnya
cakrawala lambat laun perilaku memikirkan diri sendiri berkurang tetapi
perilaku murah hati masih sangat sedikit.
e)
Mementingkan
diri sendiri : Seperti halnya perilaku memikirkan diri sendiri perilaku
mementingakan diri sendiri lambat laun diganti oleh minat dan perhatian kepada
orang-orang lain. Cepatnya perubahan ini bergantung pada banyaknya kontak
dengan orang-orang diluar rumah dan berapa besar keinginan mereka untuk
diterima oleh teman-teman.
f)
Merusak
: Ledakan amarah sering disertai dengan tindakan-tindakan merusak benda-benda
disekitarnya, tidak peduli miliknya sendiri atau milik orang lain. Semakin
hebat amarahnya, maka akan semakin luas tindakan merusaknya.
g)
Pertentangan
seks : sampai 4 tahun anak laki-laki dan perempuan bermain bersama-sama dengan
baik, setelah itu anak laki-laki mengalami tekanan sosial yang tidak
menghendaki aktivitas bermain yang dianggap sebagai “banci”. Banya anak
laki-laki yang berperilaku agresif yang melawan anak perempuan.
h)
Prasangka
: sebagian besar anak prasekolah lebih suka bermain dengan teman-teman yang
berasal dari ras yang sama, tetapi mereka jarang menolak bermain dengan
anak-anak ras lain. Prasangka sosial timbul pertama-tama dari prasangka agama
atau sosial ekonomi, tetapi lebih lambat dari prasangka seks.[23]
Dari pemaparan Elizabeth b. Hurlock diatas dapat diketahui
bahwasannya anak pada awal masa perkembangan dalam berinteraksi atau kontak
dengan teman sebayanya ataupun dengan lingkungan sekitarnya mengalami
perkembangan perilaku sosial yang positif dan juga perilaku tidak sosial yang
mulai ditunjukkan kepada orang lain. Perilaku yang bersifat sosial, seperti
meniru perilaku orang lain, bersaing dengan anak lain ketika bermain, mulai
bisa bekerjasama pada kegiatan kelompok, memiliki rasa simpati dan juga empati
terhadap lingkungan sekitarnya, dukungan sosial, mulai mau membagi atau murah
hati dan juga mulai bisa berperilaku akrab dengan sesuatu yang disenanginya.
Sedangkan perilaku tidak sosial yang tampak pada masa awal
anak-anak biasanya seperti, negativisme atau melawan orang dewasa yang tidak
sesuai dengan keinginannya, anak juga mulai berperilaku lebih agresif, merasa
paling berkuasa di antara teman-temannya yang lain, anak juga hanya memikirkan
dan mementingkan diri sendiri sehingga anak cenderung bersikap acuh terhadap
orang lain maupun lingkungan sekitarnya, anak juga akan melampiaskan
kemarahannya dengan merusak benda-benda disekitarnya, anak jga mulai mengalami
pertentangan seks dan juga prasangka.
Pada perkembangan sosial ini anak juga mengalami perkembangan
hubungannya dengan orang-orang sekitarnya, yaitu :
1)
Perkembangan
hubungan dengan orang tua
Tahun-tahun
pertama anak usia prasekolah, hubungan dengan orang tua atau pengasuhnya adalah
dasar bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Kasih sayang orang tua atau
pengasuh selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan kunci utama
perkembangan sosial anak.[24]
Menurut
peryataan desmita diatas orang tua atau pengasuh memiliki pengaruh dan peran
yang sangat besar dalam proses perkembangan anak-anak dalam segala hal dan yang
paling utama dalam hal sosial, hal ini yang nantinya akan berpengaruh terhadap
hubungan anak dengan teman sebayanya, dan penyesuaian yang baik dengan
lingkungan sekkitarnya.
2)
Perkembangan
hubungan dengan teman sebaya
Menurut
Desmita perkembangan psikososial dan kepribadian sejak usia prasekolah hingga
akhir masa sekolah ditandai oleh semakin luasnya pergaulan sosial, terutama
dengan teman sebaya. Sejumlah penelitian telah merekomendasikan betapa hubungan
sosial dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan
pribadi anak. [25]
Disini
bisa disimpulkan bahwasannya teman sebaya juga berperan penting terhadap
perkembangan sosial anak, karena lewat teman sebaya anak bisa belajar dan
mendapat informasi tentang dunia anak di luar keluarga. Pada masa ini anak
mulai mengeal dunia di luar keluarga yaitu dengan bermain bersama teman sebaya.
Anak-anak juga akan mulai membandingkan antara dirinya dengan teman-teman
sebayanya.
c.
Perkembangan
permainan
Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan
pada awal masa anak-anak. Sebab anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya
adiluar rumah bermain dengan teman-temannya dibanding terlibat dalam aktivitas
lain. Permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan
yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin
memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Hal ini adalah
karena bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih menarik dari pada hasil
yang akan didapatkannya (Schwartzman, 1978).[26]
Jad,
permainan lebih mendominasi kehidupan anak-anak di masa ini, karena anak-anak
banyak menghabiskan waktunya untuk bermain yang mana bermain adalah hal yang
sangat menyenangkan dan menarik bagi anak-anak, bermain merupakan aktivitas
yang sangat penting bagi perkembangan di awal masa anak-anak.
Permainan
memiliki tiga fungsi utama yaitu :
1)
Fungsi
kognitif permainan membantu perkembangan kognitif anak. Malalui permainan
anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek di sekitarnya, dan
belajar memecahkan masalah yang dihadapinya. Pada intinya struktur kognitif
pada anak pelu dilatih dan pelatihan kognitif yang sempurna adalah dengan
permainan.
2)
Fungsi
sosial permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak, khususnya dalam permainan fantasi
dengan memerankan suatu peran, maka anak akan belajar memahami orang lain dan
peran yang akan ia mainkan di kemudian hari setelah tumbuh menjadi dewasa. Dengan
permainan anak akan belajar memahami tentang kondisi orang-orang yang berada
disekitarnya
3)
Fungsi
emosi permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah
emosionalnya, belajar mengatasi kgelisahan dan konflik batin. Permainan juga
akan memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan
perasaan-perasaan yang terpendam.[27]
Jika ditarik garis besarnya, maka permainan memiliki peran yang
tidak kalah pentinga dalam perkembangan pada awal masa anak-anak, permainan
dapat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif, perkembangan sosial dan juga
perkembangan emosional pada anak-anak. Berbagai macam permainan akan melatih
anak-anak dalam segala hal, termasuk dalam memecahkan masalah yang dihadapi
anak-anak.
Dalam hal minat bermain anak-anak mengikuti suatu pola yang
dipengaruhi oleh kematangan dalam bentuk permainan tertentu dan oleh lingkungan
dimana ia dibesarkan. Ada bermacam-macam variasi dalam pola ini. Misalnya anak
yang sangat cerdas lebih menyukai permainan sandiwara, kegiatan-kegiatan kreatif
dan buku-buku yang dapat memberikan informasi dari pada yang bersifat hiburan.[28]
Menurut pernyataan elizabeth diatas jelas bahwasannya pada awal
masa anak-anak, setiap anak memiliki pola dan minat yang berbeda-beda dalam hal
bermain, yang mana pola dan minat bermain anak dipengaruhi oleh lingkungan yang
membesarkannya, sehingga ada anak yang menyukai permainan yang bersifat
menambah wawasan dan memberikan informasi, ada pula anak yang lebih menyukai
permainaan yang bersifat hiburan.
d.
Perkembangan
moral
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengn aturan
dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam
interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki
moral, tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk
dikembangkan.
Perkembangan moral pada awal masa kanak-kanak masih dalam tingkat
yang rendah. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelektual anak-anak belum
mencapai titik dimana ia dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak
tentang benar dan salah. Awal masa anak-anak ditandai dengan apa yang oleh
Piaget disebut “moralitas melalui paksaan” Dalam tahap perkembangan moral ini
anak-anak secara otomatis mengikuti peraturan-peraturan tanpa berpikir atau
menilai.[29]
Jadi pada awal masa anak-anak
perkembangan moral tidak begitu pesat berkembang, hal ini disebabkan oleh
pemikiran intelektual anak-anak belum bisa mencapai pemahaman menganai
prinsip-prinsip benar dan salah, pada masa ini anak-anak belum bisa membedakan
hal-hal yang benar untuk dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Pada
masa ini anak-anak hanya mengikuti peraturan yang telah ada, tanpa ia
mengetahui guna ataupun fungsi dan juga tanpa menilai apakah peraturan tersebut
benar atau salah.
Di
bawah ini ada beberapa teori mengenai perkembangan moral pada masa awal
anak-anak :
1)
Teori
psikoanalisa tentang perkembangan moral
Pada teori psikoanalisa kepribadian manusia di bagi menjadi tiga
yaitu :
a)
Id
adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan
tidak disadari.
b)
Ego
merupakan struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis yaitu,
subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas.
c)
Superego
adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek sosial yang berisikansistem
nilai dan moral, yang benar-benar memperhitungkan “benar” atau “salahnya”
sesuatu.[30]
Jadi menurut teori ini manusia memiliki tiga struktur kepribadian
yang berbeda-beda, yaitu ada id yang merupakan kepribadian yang irasional dan
tidak disadari, lalu ada kepribadian ego yaitu kebalikan dari id, ego merupakan
kepribadian rasional dan disadari tetapi tidak memiliki moralitas, dan yang
terakhir adalah superego yang memiliki sistem nilai dan juga moral.
Anak akan mulai mengalami perkembangan kepribadian superego pada
usia 5 tahun, dan perkembangan ini secara khas akan menjadi sempurna. Dan
ketika superego berkembang maka suara hati telah terbentuk. Yang mana hal ini
menunjukkan bahwa pada usia 5 tahun seorang manusia telah menyelesaikan
perkembangan moralnya.
2)
Teori
belajar-sosial tentang perkembangan moral
Teori ini menyatakan bahwa tingkah laku moral merupakan respon atas
stimulus, proses-proses penguatan, penghukuman, dan peniruan digunakan untuk
menjelaskan perilaku moral anak-anak.[31]
Jadi, pada intinya seorang anak akan melakukan perbuatan baik jika ia diberikan
stimulus yang baik sepeerti hadiah, dan sebaliknya seorang anak akan
berperilaku yang tidak bermoral jika ia diberi hukuman.
3)
Teori
kognitif piaget tentang perkembangan moral
Menurut piaget, perkembangan moral digambarkan melalui aturan
permainan. Karena itu, hakikat moralitas adalah kecenderungan untuk menerima
dan menaati sistem peraturan. Jadi, seorang anak akan berkembang moralnya
melalui aturan-aturan permainan, karena pada hakikatnya seorang anak sangat
gemar bermain maka, ia secara otomatis akan lebih menghormati
ketentuan-ketentuan dalam suatu permainan.
4)
Teori
kohelberg tentang perkembangan moral
Menurut kohlberg anak-anak memang berkembang melalui interaksi
sosial, namun interaksi ini memiliki corak khusus, dimana faktor pribadi yaitu
aktivitas-aktivitas anak ikut berperan. Hal penting lain dari toeri kohlberg
adalah orientasinya yang mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan
yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin
tinggi tahap perkembangan moral seseorang, maka akan semakin terlibat moralitas
yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari perbuatan-perbuatannya.
1.
Perkembangan
fisik yang terjadi pada masa awal anak-anak adalah dengan berkembangnya fisik
dan sistem syaraf pusat yang meliputi :
a. Tinggi
: Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata tiga inci. Pada usia enam
tahun tinggi anak rata-rata 46,6 inci.
b. Berat
: Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata tiga sampai lima pon. Pada
usia enam tahun kurang lebih tujuh kali berat pada waktu lahir.
c. Perbandingan
tubuh : Penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil tetapi dagu tampak
jelas dan leher lebih memanjang.
d. Postur
tubuh : Perbedaan dalam tubuh pertama kali tampak jelas pada awal masa
kanak-kanak, ada yang postur tubuhnya gemuk lembek (endomorfik), ada yang kuat
berotot (mesomorfik), ada yang relatif kurus (ektomorfik).
e. Tulang
dan otot : Tingkat pergeseran otot bervariasi pada bagian tubuh mengikuti hukum
perkembangan arah.
f. Lemak
: Anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan lemaknya dari
pada jaringan ototnya sedangkan mesomorfik sebaliknya dan yang bertubuh
ektomorfik mempunyai otot yang kecil dan sedikit jaringan lemak.
g. Gigi
: Selama empat sampai enam bulan pertama dari awal masa kanak-kanak, empat gigi
bayi terakhir-geraham belakang muncul.
2.
Kognisi
artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan otak. Perkembangan kognisi
berarti perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan berfikirnya. Dalam perkembangan
kognitif, anak dalam hal ini otaknya mulai mengembangkan kemampuan untuk
berfikir, belajar dan mengingat. Dunia kognitif anak pada usia ini adalah
kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi anak berkembang sepanjang waktu, dan
pemahaman mental mereka mengenai dunia menjadi lebih baik. Pada tingkat ini
anak sudah dapat meningkatkan penggunaan bahasa dengan menirukan prilaku orang
dewasa.
3.
Adapun
perkembangan psikososial yang terjadi pada masa ini meliputi beberapa hal yaitu
:
a.
Perkembangan
emosi selama awal masa kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat
ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar dari fokus” dalam arti bahwa ia
mudah terbawa ledakan-ledakan, emosional sehingga sulit dibimbing dan
diarahkan.
b.
Perkembangan
sosial dasar untuk sosialisasi pada anak-anak diletakkan dengan meningkatnya
hubungan antara anank dengan teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak
tidak hanya lebih bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak
bicara.
c.
Perkembangan
permainan, permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan
pada awal masa anak-anak. Sebab anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya
adiluar rumah bermain dengan teman-temannya dibanding terlibat dalam aktivitas
lain.
d.
Perkembangan
moral pada awal masa kanak-kanak masih dalam tingkat yang rendah. Hal ini
disebabkan karena perkembangan intelektual anak-anak belum mencapai titik
dimana ia dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang
benar dan salah.
Yusuf
, Syamsu L.N. 2000. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.
F.J
Monks dkk. 1996. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hurlock
B. Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pramata
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bnadung: PT REMAJA
ROSDAKARYA.
Santrok
John . 2011. Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika
Lusi
Nuryanti. 2008. Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Indeks
Http:// www. Scribt. Com/doc/
Perkembangan-anak-usia-dini-2-6-tahun dikutip 19 Nopember 2012.
[1] DR. Kartini Kartono. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). 2007.
Bandung. Cv Mandar Maju. Hal. 107
[2] John W. Santrock, Perkembangan Anak, hal. 20.
[3] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, hal. 110.
[4] F.J Monks dkk, Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya, hal. 106.
[5] Syamsu Yusuf L.N, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, hal.
101.
[6] Syamsu Yusuf L.N, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, hal.
104.
[7] Syamsu Yusuf L.N, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, hal.
105.
[8] Http:// www. Scribt. Com/doc/ Perkembangan-anak-usia-dini-2-6-tahun
dikutip 19 Nopember 2012.
[9] John W. Santrok. 2011. Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba
Humanika., hlm. 45
[10] Ibid, hlm. 45
[12] F. J. Monks, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press., hlm. 103.
[13] John W. Santrok. 2011. Perkembangan Anak., hlm. 46-47
[14] Lusi Nuryanti. 2008. Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Indeks.,
hlm. 15.
[15] John W. Santrok. 2011. Perkembangan Anak., hlm. 48.
[16] F. J. Monks, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan., hlm. 105.
[17] ibid, hlm. 105-106.
[18] Lusi Nuryanti. 2008. Perkembangan Anak., hlm. 17.
[19] Ibid., hlm.17-18.
[20] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan edisi 5. 1996. Erlangga.
Jakarta. Hal. 114
[21] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan edisi 5. 1996. Erlangga.
Jakarta. Hal. 116
[22] Ibid, hal. 117
[23] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan edisi 5. 1996. Erlangga.
Jakarta. Hal. 118
[24] Desmita. Psikologi perkembangan. 2005. Rosda Karya. Bandung. Hal. 144
[25] Ibid, hal. 145
[26] Ibid, 141
[27] Desmita. Psikologi perkembangan. 2005. Rosda Karya. Bandung. Hal. 142
[28] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan edisi 5. 1996. Erlangga.
Jakarta. Hal. 121
[29] Ibid Hal. 123
[30] [30] Desmita.
Psikologi perkembangan. 2005. Rosda Karya. Bandung. Hal. 149
[31] Ibid. 150