Senin, 16 Desember 2013

Makalah Psikologi Perkembangan


MAKALAH PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK AWAL 2-6 TAHUN 
 BAB II
MASA ANAK-ANAK AWAL 2-6 TAHUN


Orang tua terkadang banyak yang tidak tahu akan peerkembangan yang terjadi pada anaknya, sehingga mereka tidak tahu akan kecepatan dan keterlambatan yang terjadi pada perkembangan anaknya itu. Padahal jika telah terjadi keterlambatan perkembangan pada anak, anak membutuhkan penanganan yang cepat agar tidak berdampak berkelanjutan pada anak.
Anak-anak mendapat tempat istemewa pada masyarakat karena mereka menentukan generasi mendatang. Usia 2-6 tahun merupakan usia yang penting dalam masa perkembangan, dan dalam masa-masa perkembangannya harus sangat diperhatikan. Orang tua harus memperhatikan beberapa aspak perkembangan yang terjadi pada anaknya.
Pekembangan fisik, kognitif, dan psikososial anak pada masa 2-6 ini tidak bisa dikesampingkan pentingnya. Ketiga perkembangan itu sangat penting dalam perkembangan anak, yang akan menentukan dan membawa prilaku anak sampai ia dewasa. Sehingga kami melakukan pembahasan pada anak usia 2-6 tahun dari segi perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.

a.       Bagaimana perkembangan fisik yang terjadi pada anak usia 2-6 tahun?
b.      Bagaimana perkembangan kognitif yang terjadi pada anak usia 2-6 tahun?
c.       Bagaimana perkembangan psikososial yang terjadi pada anak ussia 2-6 tahun?
a.       Mengetahui perkembangan fisik yang terjadi pada anak usia 2-6 tahun.
b.      Mengetahui perkambangan kognitif yang terjadi pada anak usia 2-6 tahun.
c.       Mengetahui perkembangan psikososial yang terjadi pada anak usia 2-6 tahun.




Anak dilahirkan didunia dalam kondisi serba kurang lengkap, sebab semua naluri, fungsi jasmaniah, serta rohaniahnya belum berkembang dengan sempurna. Oleh karena itu anak manusia mempunyai kemungkinan panjang untuk bebas berkembang.[1] Yang dimaksud dengan kebebasan berkembang disini yaitu untuk bisa mempertahankan hidupnya dan untuk bisa menyesuaikan diri dalam lingkungannnya. Bahkan seorang anak bisa meningkat pada taraf perkembangan tertinggi pada usia kedewasaannya. Hingga di kemudian hari ia mampu mengendalikan alam sekitar dan juga bumi.
Secara kronologis atau menurut urutan waktu, masa kanak-kanak adalah masa perkembangan dari usia 2 hingga 6 tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan dan keluarganya. Oleh karena itu,keluarga sangat berperan penting untuk mempersiapkan anak untuk terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas terutama lingkungan sekolah.
Masa kanak-kanak sering disebut juga dengan masa estetika, masa indera dan masa menentang orang tua. Disebut estetika karena pada masa ini merupakan saat terjadinya perasaan keindahan. Disebut juga masa indera, karena pada masa ini indera anak-anak berkembang pesat . karena pesatnya perkembangan tersebut, anak-anak senang mengadakan eksplorasi, yang kemudian disebut dengan masa menentang.
Pada masa ini anak-anak memiliki sikap egosentris karena merasa dirinya berada di pusat lingkungan yang ditunjukkan anak dengan sikap senang menentang atau menolak sesuatu yang datang dari orang di sekitarnya. Perkembangan yang seperti itu disebabkan oleh kesadaran anak, bahwa dirinya memiliki kemampuan dan kehendak sendiri, yang mana kehendak tersebut berbeda dengan kehendak orang lain.
Pada masa anak-anak awal, anak-anak banyak meniru, banyak bermain sandiwara ataupun khayalan, dari kebiasaannya itu akan memberikan keterampilan dan pengalamn-pengalaman terhadap si anak. Ada yang mengatakan bahwa masa kanak-kanak awal dimulai sebagai masa penutup bayi. Masa anak-anak awal berakhir sampai dengan sekitar usia masuk sekolah dasar.
Adapun ciri-ciri pada masa anak-anak awal ialah :
a.       Usia yang mengandung masalah atau usia sulit
b.      Usia mainan
c.       Usia prasekolah
d.      Usia belajar kelompok
e.       Usia menjelajah dan banyak bertanya
f.       Usia meniru dan kreatif
Sedangkan tugas-tugas perkembangan pada fase ini meliputi :
a.       Belajar berbicara, misalnya dengan belajar menyebut kata ayah, ibu atau benda-benda sederhana disekitarnya.
b.      Belajar membedakan jenis kelamin
c.       Belajar mengadakan hubungan emosional selain dengan orang-orang terdekatnya
d.      Belajar membedakan antara hal-hal yang baik dan yang buruk dan mengembangkan kata hati.
e.       Membentuk konsep-konsep pengertian sederhana tentang kenyataan sosial dan alam.

Namun antara anak yang satu dengan anak yang lainnya memiliki masa anak-anak awal yang berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan tiap anak memiliki perkembangan yang berbeda, yang mana perkembangan-perkembangan pada masa ini dipengaruh oleh beberapa faktor diantaranya perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial.

Pertumbuhan fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
a.       Sistem saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi
b.      Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik
c.       Kelenjar Endoktrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis
d.      Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi berat dan proporsi.
Masa kanak-kanak awal (early childhood) merupakan periode perkembangan yang terjadi mulai akhir masa bayi hingga sekitar usia 5 atau 6 tahun, kadang periode ini disebut tahun prasekolah. Kelas satu sekolah dasar biasanya menandai akhirnya periode ini.[2] Dari keterangan diatas bisa disimpulkan bahwasannya masa kanak-kanak awal masa perkembangan anak dari usia 2 tahun sampai usia 6 tahun, yang mana bisa disebut juga dengan periode prasekolah
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya, dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh baik berat badan maupun tinggi badan serta kekuatannya, memungkinkan anak untuk lebih aktif dan berkembang keterampilan fisiknya, dan juga berkembangnya eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tuanya. Perkembangan sistem syaraf pusat memberikan kesiapan pada anak untuk lebih meningkatkan pemahaman dan penguasaannnya terhadap tubuhnya.
a.       Tinggi : Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata tiga inci. Pada usia enam tahun tinggi anak rata-rata 46,6 inci.
b.      Berat : Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata tiga sampai lima pon. Pada usia enam tahun kurang lebih tujuh kali berat pada waktu lahir. Anak perempuan rata-rata 48,5 pon dan laki-laki 49 pon.
c.       Perbandingan tubuh : Penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil tetapi dagu tampak jelas dan leher lebih memanjang. Gumpalan tubuh berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata, dan dada yang lebih bidang, bahu lebih luas dan persegi, lengan dan kaki lebih panjang dan lurus, tangan dan kaki lebih besar.
d.      Postur tubuh : Perbedaan dalam tubuh pertama kali tampak jelas pada awal masa kanak-kanak, ada yang postur tubuhnya gemuk lembek (endomorfik), ada yang kuat berotot (mesomorfik), ada yang relatif kurus (ektomorfik).
e.       Tulang dan otot : Tingkat pergeseran otot bervariasi pada bagian tubuh mengikuti hukum perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, berat dan kuat, sehingga anak tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah.
f.       Lemak : Anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan lemaknya dari pada jaringan ototnya sedangkan mesomorfik sebaliknya dan yang bertubuh ektomorfik mempunyai otot yang kecil dan sedikit jaringan lemak.
g.      Gigi : Selama empat sampai enam bulan pertama dari awal masa kanak-kanak, empat gigi bayi terakhir-geraham belakang muncul. Selama setengah tahun terakhir gigi bayi mulai tanggal digantikan oleh gigi tetap. Yang pertama lepas adalah gigi bayi yang pertama kali tumbuh yaitu gigi seri tengah. Bila masa kanak-kanak berakhir, pada umumnya bayi memiliki satu atau dua gigi tetap didepan dan beberapa celah dimana gigi tetap akan muncul.[3]
Proporsi tubuh anak berubah secara dramatis, seperti pada usia tiga tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm, dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia lima tahun, tingginya mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat, namun pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat usia sebelumnya. Tulang dan gigi anak semakin besar serta lengkapnya gigi anak, sehingga si anak sudah mulai menyukai makanan padat, seperti: daging, sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan.
Anggota badan tumbuh dengan kecepatan yang berbeda-beda dan tiap anak mempunyai tempo perkembangannya sendiri. Proporsi badan dan jaringan urat daging dapat dikatakan tetap sampai kurang lebih tahun kelima. Setelah itu mulailah apa yang disebut “Gestaltwandel” pertama (Zeller, 1936). Hal ini berarti bahwa anak yang dulunya mempunyai kepala yang relatif besar dan anggota badan yang pendek, mulai mempunyai proporsi badan yang seimbang. Anggota badan yang lainnya menjadi lebih panjang. Perut mengecil dan anggota badan lainnya mendapatkan proporsi yang normal. Jaringan tulang dan urat lebih berkembang menjadi lebih berat dan jaringan lemak lebih melambat. Selama tahun kelima nampak perkembangan jaringan urat daging yang secara cepat.[4]
Pertumbuhan otak anak pada usia lima tahun mencapai 75% dari ukuran orang dewasa dan 90% pada usia 6 tahun. Pada usia ini juga tumbuh “myelinization” (lapisan urat syaraf dalam otak yang terdiri dari bahan penyekat berwarna putih, yaitu myelin) secara sempurna. Lapisan urat syaraf ini membantu transmisi impul-impul syaraf secara cepat, yang memungkinkan pengontrolan terhadap kegiatan motorik lebih seksama dan efisien. Disamping itu, pada usia ini terjadi banyak perubahan fisiologis lainnya seperti: pernapasan menjadi lebih lambat dan mendalam dan denyut jantung lebih lambat dan menetap.
Aspek lain yang sangat penting bagi perkembangan manusia adalah otak (brain). Otak merupakan sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Otak terdiri dari 100 miliar sel syaraf (neuron), dan setiap sel syaraf tersebut, rata-rata memiliki sekitar 3000 koneksi (hubungan) denga sel-sel syaraf yang lainnya. Sel ini terdiri dari inti sel (nucleus) dan sel body yang berfungsi sebagai penyalur aktivitas dari sel syaraf yang satu ke sel yang lain.[5] Secara struktur otak terdiri dari atas tiga bagian, yaitu:
a.       Brainstem (termasuk didalamnya celebellum) yang berfungsi sebagai pengontrol keseimbangan dan koordinasi
b.      Midbrain yang berfungsi sebagai stasiun pengulang atau penyumbang dan pengotrol pernafasan dan fungsi menelan
c.       Cerebrum yang berfungsi sebagai pusat otak yang paling tinggi yang meliputi belahan otak kiri dan kanan (left and right hemispheres) dan sebagai pengikat syaraf-syaraf yang berhubungan dengannya. (Vasta, Heith & Miller, 1992: 179-181).
Proses pertumbuhan otak menurut para ahli melalui tiga tahap, yaitu:
a.       produksi sel (cell production), yaitu bahwa sel-sel itu telah diproduksi di antara masa 8 sampai 16 minggu setelah masa konsepsi.
b.      perpindahan sel (cell migration) yaitu bahwa neuron-neuron itu berimigrasi melalui daya tarik kimia ke lokasi-lokasi sasaran yang semestinya.
c.       Elaborasi sel (cell elaburation) yatu terjadinya proses dimana Axon (jaringan syaraf panjang body sel dalam neuron) dan dendrite (jaringan syaraf pendek bodi sel dalam neuron) membentuk syaraf synepses (ruang kecil diantara neuron-neuron dimana kegiatan syaraf terkomunikasikan antara sel yang satu dengan yang lain)[6]
Otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi aspek- aspek perkembangan individu lainnya, baik berupa keterampilan motorik, intelektual, emosional, sosial, moral maupun kepribadian. Begitu pun sebaliknya, pentingnya gizi bagi pertumbuhan otak, dari beberapa hasil penelitian pada hewan membuktikan bahwa gizi yang buruk (malnutrisi) yang diderita induk hewan mengakibatkan sel otak janin lebih sedikit dari pada janin yang induknya normal. Pada manusia, kekurangan gizi pada ibu hamil mengakibatkan berat badan bayi sangat rendah juga berkaitan erat dengan angka kematian yang tinggi serta penyebab yang sering terjadi yaitu perkembangan yang buruk (Ediasri T. Atmodiwirjo dalam singgih D, Gunarsa, 1983).
Dengan demikian pada fase prasekolah sangat dibutuhkan gizi yang cukup, baik protein untuk membangun sel-sel tubuh, vitamin dan mineral untuk pertumbuhan struktur tubuh dan karbohidrat untuk energi. Menurut penelitian Mederith, anak-anak yang hidupnya ditimpa kemiskinan atau kemelaratan baik di Afrika, India, Pakistan  maupun Amerika Selatan, tubuhnya pendek-pendek dan kurus-kurus, apabila dibandingkan dengan anak yang lainnya.
Kekurangan gizi pada anak mengaibatkan kecacatan tubuh, dan kelemahan mental, lebih jauh lagi anak akan rentan penyakit atau infeksi, baik mata, telinga, maupun sistem pernapasan. Mereka juga kurang memiliki kemampuan atau kesiapan mental dan fisik.
Semakin matangnya perkembangan otak yang mengatur otot, memungkinkan berkembangnya keterampilan motorik anak. Keterampilan dibagi menjadi dua, yaitu:
a.    keterampilan atau gerakan kasar, seperti berjalan, berlari melompat, naik dan turun tangga
b.    keterampilan atau gerakan halus atau memanipulasi, seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola, serta memainkan benda atau alat-alat mainan.
Dalam rangka mengembangkam potensi anak maka seyogyanya guru memberikan bimbingan agar memiliki kesadaran akan kemampuan sensorisnya, dan sikap yang positif terhadap dirinya, berikut bimbingan yang berkaitan dengan pengembangan anak, yaitu:
a.       pengenalan/pengetahuan akan namanya dan bagian-bagian tubuhnya
b.      kemampuan untuk mengidentifikasi kemampuan fungsi-fungsi tubuh
c.       pemahaman bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam penampilannya, seperti warna rambut, kulit, dan mata atau tingginya, namun hakikatnya semua oramng memiliki karakteristik fisik yang sama.
d.      semua orang memiliki keterbatasan dalam kemampuannya, seperti berjalan, berlari, melompat, tetapi tidak seorang pun yang dapat terbang
e.       memahami bahwa tubuh itu berubah secara konstan, dan pertumbuhan fisik berawal dari kelahiran dan berakhir dengan kematian.
f.       pemahaman akan pentingnya tidur dan istirahat dan juga sebagai dua siklus kehidupan yang penting bagi kehidupan.
g.      mengetahui kesadaran sensori seperti: merasa, melihat, meraba, mendengar, dan mencium
h.      memahami keterbatasan fisik, seperti lelah, sakit dan melemah. (Aundrey Curtis, 1998)
Dengan perkembangan motorik ini bagi anak usia prasekolah atau kelas-kelas rendah SD, tepat sekali diajarkan atau dilatih tentang hal-hal berikut:
a.       Dasar keterampilan untuk menulis huruf arab atau latin serta menggambar.
b.      Keterampilan berolahraga seperti senam atau menggunakan alat-alat olahraga.
c.       Gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat, dan berlari.
d.      Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban.
e.       Gerakan-gerakan ibadah sholat.[7]

Kognisi artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan otak. Perkembangan kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan berfikirnya. Dalam perkembangan kognitif, anak dalam hal ini otaknya mulai mengembangkan kemampuan untuk berfikir, belajar dan mengingat. Dunia kognitif anak pada usia ini adalah kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi anak berkembang sepanjang waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai dunia menjadi lebih baik.[8] Pada tingkat ini anak sudah dapat meningkatkan penggunaan bahasa dengan menirukan prilaku orang dewasa.

a.       Tahap Pra-Operasional Piaget
Imajinasi anak prasekolah bekerja sepanjang waktu dan jangkauan mental mereka tentang dunia mereka terus berkembang sepanjang waktu. Piaget menggambarkan kognitif anak prasekolah sebagai pra-operasional. Pemikiran pra-operasional adalah periode penantian yang nyaman untuk menuju tahapan berikutnya, yakni pemikiran operasional konkret. Akan tetapi label pra-operasional menekankan bahwa anak tersebut belum menunjukkan suatu operasi, yaitu tindakan-tindakan internalisasi yang memampukan anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya hanya dapat mereka lakukan secara fisik. Operasi adalah tindakan mental dua-arah (reversibel). Penambahan dan pengurangan jumlah secara mental adalah contoh operasi.
Tahapan pra-operasional, yang berlangsung kira-kira usia 2 hingga 7 tahun, adalah tahapan kedua dari teori piaget. Dalam tahapan ini, anak mulai mempresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan, dan gambar-gambar. Pemikiran-pemikiran simbolik berjalan melampaui koneksi-koneksi sederhana dari informasi sensorik dan tindakan fisik. Konsep stabil mulai terbentuk, pemikiran-pemikiran mental muncul, egosentrisme tumbuh, dan keyakinan-keyakinan magis mulai terkonstruksi.[9] Anak mulai bisa menulis dan menggambar dengan imajinasi mereka. Masa ini disebut masa prasekolah dan masa sekolah. Anak mulai berinteraksi dengan teman sebayanya dan bekerjasama, dan juga anak berlompat, berlari, dan bermain bersama. Pemikiran pra-operasional dapat dibagi menjadi sub-sub tahapan, yaitu sub tahapan fungsi simbolik dan sub tahapan pemikiran intuitif.

1)      Sub Tahapan Fungsi Simbolik
Sub tahapan fungsi simbolik adalah sub tahapan pertama dari pemikiran pra-operasional, yang terjadi kira-kira antara usia 2 hingga 4 tahun. Dalam sub tahapan ini, anak yang  masih berusia dini mendapatkan kemampuan untuk menggambarkan secara mental sebuah objek yang tidak ada. Kemampuan ini sangat memperluas dunia mental anak. Anak-anak pada usia ini menggunakan desain-desain acak untuk menggambarkan orang, rumah, mobil, awan, dan sebagainya. Mereka mulai menggunakan bahasa dan melakukan permainan pura-pura. Namun, meski anak-anak membuat kemajuan yang unik dalam sub tahapan ini, kemajuan pemikiran mereka masih memiliki beberapa batasan-batasan yang penting, dua diantaranya adalah egosentrisme dan animisme.[10] Mereka bermain seolah mengaggap dirinya sebagai seseorang atau sesuatu, mereka mulai meniru perilaku orang-orang dissekitarnya.
Egosentrisme adalah ketidakmampuan membedakan perspektif diri sendiri dan perspektif diri orang lain. Percakapan telepon antara seorang ayah dengan anaknya, Mary (yang berusia 4 tahun) menunjukkan pemikiran Mary yang egosentris. Mary sedang berada di rumah dan ayahnya di kantor. Percakapannya sebagai berikut:
Ayah: Mary, Ibu ada di rumah?
Mary: (mengangguk)
Ayah: Mary, halo... Ibu ada? Ayah boleh berbicara dengan Ibu?
Mary: (kembali menganggukkan kepalanya)
Respons Mary bersifat egosentris, artinya ia gagal mempertimbangkan perspektif ayahnnya sebelum menjawab. Seorang yang tidak berpikir egosentris akan merespons secara verbal. Piaget dan Barbel Inhelder (1969) pada awalnya meneliti pemikiran egosentrisme anak pada usia dini melalui “tugas tiga gunung”. Seorang anak berjalan mengitari model gunung tersebut dan menjadi terbiasa dengan bentuk gunung itu dari perspektif yang berbeda, dan ia juga akan melihat ada beberapa objek yang berbeda di puncak gunung tersebut. Anak itu didudukkan di satu sisi di meja dimana model gunung tersebut diletakkan. Pembuat eksperimen memindahkan sebuah boneka ke lokasi yang berbeda di sekitar meja, yang pada tiap lokasinya, si anak diminta memilih sebuah foto yang paling tepat, yang menunjukkan sudut pandang mereka sendiri, bukan dari sudut pandang boneka. Anak-anak prasekolah sering sekali menunjukkan keahlian perspektif terhadap suatu tugas tertentu namun bukan pada yang lain.
Animisme, keterbatasan pemikiran pra-operasional yang lain, adalah keyakinan bahwa objek-objek yang tidak bergerak memiliki kehidupan dan kemampuan bertindak. Seorang anak mungkin menunjukkan animismenya dengan mengatakan, pohon itu mendorang daun. Seorang anak mungkin menunjukkan animismenya dengan mengatakan, pohon itu mendorang daunya, dan daun itu jatuh”, atau  “trotoar itu membuatku bingung, menyebabkan aku jatuh”. Seorang anak yang menggunakan animisme gagal membedakan kejadian-kejadian yang tepat karena menggunakan perspektif-perspektif manusia dan non manusia.[11] Egosentrisme dan animisme adalah batasan-batasan anak pada masa ini, anak melakukan perkembangan tidak secara langsung, namun melewati tahap dan dalam tahapan itu terdapat batasan-batasan tersebut.
Mungkin karena anak-anak yang masih belia belum terlalu peduli dengan realita, gambar-gambar mereka bersifat fantastis dan inventif. Matahari berwarna biru, langit berwarna kuning, dan mobil berjalan di atas awan. Seorang anak berusia 3,5 tahun memperhatikan gambar acak-acakan yang ia buat dann mendeskripsikannya sebagai “burung pelikan sedang mencium anjing laut”. Simbolismenya sederhana tapi kuat seperti abstraksi yang ditemukan dalam beberapa seni modern. Pada usia sekolah dasar, gambar seorang anak semakin realistis, rapi, dan tepat. Matahari kuning, langit biru, daun hijau, dan mobil melintas di jalan.[12] Perkembangan dari matahari yang berwarna biru menjadi berwarna kuning, langit yang berwarna kuning menjadi berwarna biru merupakan kemajuan dalam perkembangannya.

2)      Subtahap Pemikiran Intuitif
Subtahap pemikiran intuitif adalah subtahap kedua pemikiran pra-operasional. Dalam subtahap tersebut, anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu  jawaban atas segala pertanyaan. Pad usia 5 tahun, anak-anak hampir melelahkan orang dewasa disekitar mereka dengan pertanyaan-pertanyaan “mengapa”. Pertanyaan-pertanyaan anak memberi sinyal munculnya minat dalam penalaran dan mencari yahu menganggap hal-hal ada sebagaimana adanya
Piaget menyebutnya subtahap intuitif karena anak-anak tampak begitu yakin akan pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi tidak tahu bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui. Artinya, mereka tahu sesuatu, tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. .[13] Hal tersebut menunjukkan adanya perkembangan yang ditunjukkan oleh rasa ingin tahunya.
Salah satu batasan pemikiran pra-operasional adalah sentrasi, perhatian yang berpusat pada suatu karakteristik dengan mengesampingkan semua karakteristik lain. Sentrasi sangat jelas terlihat dari kurangnya konservasi anak-anak, kesadaran bahwa mengubah penampilan sebuah objek atau zat tidak mengubah sifat dasarnya.[14] Disini anak hanya perduli pada satu sisi saja, jika sisi yang satu berubah, maka sisi yang lainya juga berubah dan sebaliknya.
Situasi yang dipelajari Piaget untuk mempelajari konservasi meruupakan tugasnya yang paling terkenal. Dalam tugas konservasi anak-anak disajikan dengan dua gelas identik, masing-masing diisi cairan hingga ke tingkat yang sama.  Mereka ditanyakan apakah gelas tersebut memilki jumlah cairan yang sama, dan biasanya mereka mengatakan “ya”. Selanjutnya cairan dari suatu gelas dituangkan kedalam gelas ketiga yang lebih tinggi dan lebih kurus dari dua gelas sebelumnya. Kemudian, anak-anak akan ditanyakan apakah jumlah cairan dalam gelas tipis yang tinggi tersebut sama dengan yang tersisa di gelas awal. Anak-anak yang kurang dari 7 tahun biasanya mengatakan tidak dan membenarkan jawaban mereka dalam hal perbedaan tinggi atau lebar gelas. Anak-anak yang lebih tua biasanya menjawab “ya” dan membenarkan jawaban mereka dengan tepat.
Dalam teori Piaget, gagal dalam tugas konservasi cairan adalah tanda bahwa anak-anak berada pada tahap pra-operasional pertumbuhan kognitif. Kegagalan tersebut menunjukkan tidak hanya sentrasi, tetapi juga ketidakmampuan untuk membalikkan tindakan secara mental.[15] Intinya anak pada tahap pra-operasional masih belum bisa membedakan antara sesuatu yang sama tapi dalam keadaan yang berbeda.
b.      Teori Vigotsky
Vigotsky (1896-1934) menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman mereka. Dalam teori Vigotsky, anak-anak lebih sering digambarkan sebagai makhluk sosial daripada dalam teori Piaget. Mereka mengembangkan cara-cara mereka dalam berpikir dan pemahaman, terutama melalui interaksi sosial. Perkembangan kognitif mereka bergantung pada alat yang disediakan oleh masyarakat, dan pikiran mereka dibentuk oleh konteks budaya tempat mereka tinggal.[16] Jika dibandingkan, menurut teori Piaget anak berkembang dari kemampuannya sendiri sedangkan menurut Vigotsky anak berkembang karena dibantu oleh lingkungan sekitar mereka.
1). Zona Perkembangan Proksimal
Keyakinan Vigotsky akan pentingnya pengaruh sosial, terutama pengajaran, terhadap perkembangan kognitif anak-anak tercermin dalam konsep zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal adalah istilah Vigotsky untuk berbagai tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi dapat dipelajari dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil. Dengan demikian, batas bawah ZPD adalah tingkat ketrampilan yang dapat diraih oleh anak-anak yang dilakukan secara mandiri. Batas atasnya adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak-anak dengan bantuan pengajar yang kompeten.[17] Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak dapat diraih oleh anak-anak secara mandiri dan dengan bantuan pengajar.
2). Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vigotsky anak-anak menggunakan percakapan tidak hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu dalam memecahkan masalah. Vigotsky lebih jauh berpendapat bahwa anak-anak menggunakan bahasa untuk merencanakan, membimbing, dan merantau perilaku mereka.[18] Jika mereka sering menggunakan bahasa mereka atau aktif dalam berbiara maka perilaku mereka juga akan mengalami perkembangan yang meningkat, sehingga antara kemampuan berbicara dan kemampuan berperilaku mengalami perkambangan dengan selaras.
Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pemikiran pada awalnya berkembang secara mandiri satu sama lain dan kemudian bergabung. Ia menekankan bahwa semua fungsi mental memilki asal-usul eksternal atau sosial. Anak-anak meggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat fokus ke dalam pikiran mereka sendiri. Anak-anak juga perlu berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa terseut untuk jangka waktu yang panjang sebelum mereka dapat membuat transisi dari ucapan eksternal ke internal. Periode ini terjadi antara usia 3 dan 7 tahun dan melibatkan bicara dengan diri sendiri. Setelah beberapa saat, berbicara sendiri menjadi sifat kedua anak-anak, dan mereka dapat bertindak tanpa verbalisasi. Pada titik ini, anak-anak telah menginternalisasikan percakapan egosentris mereka dalam bentuk berbicara dalam hati yang menjadi pikiran mereka.[19] Penggunaan bahasa dalam komunikasi mereka dengan orang lain merupakan tahap awal sebelum mereka berbicara dengan diri sendiri yang akan menjadi pikiran mereka.

4.       Perkembangan Psikososial
Masa anak-anak adalah masa perkembangan dari usia 2 tahun sampai dengan usia 6 tahun, pada masa-masa ini perkembangan biologis dan fisik berjalan dengan sangat cepat dan pesat, akan tetapi secara sosiologisnya anak-anak masih sangat terikat dengan lingkungannya terutama keluarga. Oleh karena itu, pada masa anak-anak awal ini keluarga sangat berperan penting dalam mempersiapkan anak untuk terjun k lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan sekolah.
Adapun perkembangan psikososial yang terjadi pada masa ini meliputi beberapa hal
 yaitu :
a.       Perkembangan emosi
Selama awal masa kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar dari fokus” dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan-ledakan, emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan. Hal ini tampak mencolok pada anak-anak usia 2,5 sampai 3,5 tahun dan 5,5 sampai 6,5 tahun, meskipun pada umumnya hal ini berlaku pada hampir seluruh periode masa anak-anak awal.[20]
Jadi emosi yang meninggi pada masa kanak-kanak awal itu ditandai dengan meledaknya amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan rasa iri hati yang tinggi. Pada masa-masa ini anak-anak sulit untuk dibimbing dan diarahkan, mereka cenderung akan marah, memberontak dan tersinggung jika diperingati, hal ini disebabkan anak-anak keluar dari fokus mereka.
Emosi yang tinggi kebanyakan disebabkan oleh masalah psikologis. Biasanya para orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan beberapa hal saja, padahal sang anak merasa ia mampu melakukan lebih banyak lagi, sehingga pada akhrinya anak pun akan menolak larangan orang tua dan anak cenderung akan memberontak. Anak pun akan meledak amarahnya jika ia tidak bisa melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukan dengan mudah.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi anak pada fase ini ialah:
1)      Kecerdasan : anak yang cerdas cenderung akan lebih aktif dalam menjelajahi lingkungan sekitarnya dan lebih banyak bertanya dibandingan dengan anak yang lebih rendah tingkat kecerdasannya.
2)      Perbedaan seks : perbedaan seks juga berpengaruh daalam emosi terutama karena tekanan sosial untuk mengungkap emosi sesuai dengan kelompoknya.
3)      Besarnya keluarga : hal ini sangat mempengaruhi anak dalam hal sering dan kuatnya rasa cemburu juga iri hati, cemburu biasanya terjadi pada keluarga kecil. Sedangkan iri hati biasanya terjadi di keluarga besar.
4)      Lingkungan sosial : rumah memainkan peran yang penting dalam menimbulkan sering dan kuatnya amarah anak. Misalnya jika seorang anak mempunyai saudara yang banyak ia akan cenderung lebih sering marah dibandingkan dengan anak tunggal.
Emosi yang umum pada masa awal kanak-kanak antara lain :
1)      Amarah : penyebab yang umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak terpenuhinya keinginan dan adanya serangan yang hebat dari anak lain. Biasanya anak mengungkapkan rasa amarahnya dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
2)        Takut : pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut, seperti cerita-cerita, gambar-gambar, film-film, dan televisi yang mengandung unsur menakutkan. Jika merasa takut anak biasanya akan panik, kemudian lari, menghindar, dan bersembunyi, menangis dan akan menghindari situasi yang menakutkan tersebut.
3)      Cemburu : anak akan cemburu jika ia merasa bahwa minat dan juga perhatian orang tua beralih kepada orang lain didalam keluarga, biasanya terhadap adik yang baru lahir. Anak yang lebih muda dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau menunjukkannya dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, seperti mengompol, pura-pura sakit atau menjadi nakal. Yang mana semua perilaku ini bertujuan untuk mendapatkan kembali perhatian dari orang tua.
4)        Ingin tahu : anak mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik, kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan hukuman, ia bereaksi dengan bertnya.
5)        Iri hati : anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain. Iri hati ini diungkapkan dalam bermacam-macam cara, yang paling umum adalah mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang seperti yang dimiliki oleh orang lain, atau dengan mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati.
6)        Gembira : biasanya anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharpkan, bencana yang ringan, dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum dan terawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, atau memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.
7)        Sedih : anak-anak merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang dicintai atau yang dianggap penting bagi dirinya seperti orang, binatang atau benda mati. Cara mengungkapkan kesedihannya biasanya anak akan menangis dan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya.
8)        Kasih sayang : anak-anak belajar mencintai orang, binatang, atau benda yang menyenangkannya. Ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar akan tetapi ketika masih kecil anak manyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk dan mencium objek kasih sayangnya.[21]

Dari berbagai macam emosi pada masa awal anak-anak seperti yang telah disebutkan diatas, diketahui bahwa anak mulai menunjukkan berbagai macam emosi dan reaksi terhadap apa yang dialaminya, dan emosi ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya terutama lingkungan rumah. Anak akan mengekspresikan apa yang dirasakannya baik itu rasa senang, amarah, takut dan lain-lain melalui emosi, biasanya anak-anak pada masa awal perkembangan masih belum bisa mengontrol emosi mereka dengan baik.
b.      Perkembangan sosial
Dasar untuk sosialisasi pada anak-anak diletakkan dengan meningkatnya hubungan antara anank dengan teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak tidak hanya lebih bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak bicara. Jika anak menyenangi  hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang  saja, maka sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik.[22]
Pada pernyataan diatas dijelaskan bahwa perkembangan sosialisasi pada awal masa anak-anak awal ditandai dengan meningkatnya intensitas hubungan dengan teman-teman sebayanya, dan perkembangan ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada fase ini juga anak-anak tidak hanya senang bermain tetapi juga lebih banyak berbicara.  Hubungan atau kontak sosial lebih baik dari pada hubungan sosial yang kurang baik.
Menurut Elizabeth B. Hurlock pola perilaku sosial dan tidak sosial pada masa awal kanak-kanak yaitu:
1)      Pola sosial
a)      Meniru : Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagumi.
b)      Persaingan : Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain sudah tampak pada usia 4 tahun. Ini dimulai dirumah dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak di luar rumah.
c)      Kerja sama : Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat dengan baik dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain.
d)     Simpati : Karena simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan dan emosi orang lain maka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum 3 tahun. Semakin banyak kontak bermain, semakin cepat simpati berkembang.
e)      Empati : Empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi orang lain selain itu juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lai. Hanya sedikit anak yang dapat melakukan hal ini sampai awal masa anak-anak berakhir.
f)       Dukungan sosial : Menjelang berakhirnya awal masa anak-anak, dukungan dari teman-teman menjadi lebih penting dari persetujuan orang-orang dewasa. Anak beranggapan bahwa perilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara untuk memperoleh dukungan dari teman-teman sebaya.
g)   Membagi : Dari pengalaman bersama orang-orang lain, anak mengetahui bahwa salah satu  cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah dengan membagi miliknya terutama mainan untuk anak-anak lain. Lambat laun sifat mementingkan diri sendiri berubah menjadi sifat murah hati.
h)      Perilaku akrab : Anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari hubungan yang hangat, erat dan personal dengan orang lain berangsur-angsur memberikan kasih sayang kepada orang diluar rumah, seperti guru, atau benda-benda mati seperti mainan kegemarannya.
2)      Pola tidak sosial :
a)      Negativisme  : adalah perilaku melawan otoritas orang dewasa, mencapai puncaknya pada usia 3 dan 4 tahun dan kemudian menurun. Perlawanan fisik lambat laun berubah menjadi perlawanan verbal dan pura-pura tidak mendengar atau tidak mengerti permintaan orang dewasa.
b)      Agresif : perilaku agresif meningkat antara usia 2 dan 4 tahun dan kemudian menurun. Serangan-serangan fisik mulai diganti dengan serangan-serangan verbal dalam bentuk memaki-maki atau menyalahkan orang lain.
c)    Perilaku bekuasa : bisa juga dikatakan dengan perilaku “merajai” mulai meningkat sekitar usia 3 tahun dan mulai semakin meningkat dengan bertambah banyak kesempatan untuk kontak sosial. Anak perempuan cenderung lebih merajai dari anak laki-laki.
d)        Memikirkan diri sendiri : Karena cakrawala sosial anak terutama terbatas di rumah, maka anak seringkali memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri. Dengan meluasnya cakrawala lambat laun perilaku memikirkan diri sendiri berkurang tetapi perilaku murah hati masih sangat sedikit. 
e)      Mementingkan diri sendiri : Seperti halnya perilaku memikirkan diri sendiri perilaku mementingakan diri sendiri lambat laun diganti oleh minat dan perhatian kepada orang-orang lain. Cepatnya perubahan ini bergantung pada banyaknya kontak dengan orang-orang diluar rumah dan berapa besar keinginan mereka untuk diterima oleh teman-teman.
f)       Merusak : Ledakan amarah sering disertai dengan tindakan-tindakan merusak benda-benda disekitarnya, tidak peduli miliknya sendiri atau milik orang lain. Semakin hebat amarahnya, maka akan semakin luas tindakan merusaknya.
g)      Pertentangan seks : sampai 4 tahun anak laki-laki dan perempuan bermain bersama-sama dengan baik, setelah itu anak laki-laki mengalami tekanan sosial yang tidak menghendaki aktivitas bermain yang dianggap sebagai “banci”. Banya anak laki-laki yang berperilaku agresif yang melawan anak perempuan.
h)      Prasangka : sebagian besar anak prasekolah lebih suka bermain dengan teman-teman yang berasal dari ras yang sama, tetapi mereka jarang menolak bermain dengan anak-anak ras lain. Prasangka sosial timbul pertama-tama dari prasangka agama atau sosial ekonomi, tetapi lebih lambat dari prasangka seks.[23]
Dari pemaparan Elizabeth b. Hurlock diatas dapat diketahui bahwasannya anak pada awal masa perkembangan dalam berinteraksi atau kontak dengan teman sebayanya ataupun dengan lingkungan sekitarnya mengalami perkembangan perilaku sosial yang positif dan juga perilaku tidak sosial yang mulai ditunjukkan kepada orang lain. Perilaku yang bersifat sosial, seperti meniru perilaku orang lain, bersaing dengan anak lain ketika bermain, mulai bisa bekerjasama pada kegiatan kelompok, memiliki rasa simpati dan juga empati terhadap lingkungan sekitarnya, dukungan sosial, mulai mau membagi atau murah hati dan juga mulai bisa berperilaku akrab dengan sesuatu yang disenanginya.
Sedangkan perilaku tidak sosial yang tampak pada masa awal anak-anak biasanya seperti, negativisme atau melawan orang dewasa yang tidak sesuai dengan keinginannya, anak juga mulai berperilaku lebih agresif, merasa paling berkuasa di antara teman-temannya yang lain, anak juga hanya memikirkan dan mementingkan diri sendiri sehingga anak cenderung bersikap acuh terhadap orang lain maupun lingkungan sekitarnya, anak juga akan melampiaskan kemarahannya dengan merusak benda-benda disekitarnya, anak jga mulai mengalami pertentangan seks dan juga prasangka.


Pada perkembangan sosial ini anak juga mengalami perkembangan hubungannya dengan orang-orang sekitarnya, yaitu :
1)        Perkembangan hubungan dengan orang tua
Tahun-tahun pertama anak usia prasekolah, hubungan dengan orang tua atau pengasuhnya adalah dasar bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Kasih sayang orang tua atau pengasuh selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan kunci utama perkembangan sosial anak.[24]
Menurut peryataan desmita diatas orang tua atau pengasuh memiliki pengaruh dan peran yang sangat besar dalam proses perkembangan anak-anak dalam segala hal dan yang paling utama dalam hal sosial, hal ini yang nantinya akan berpengaruh terhadap hubungan anak dengan teman sebayanya, dan penyesuaian yang baik dengan lingkungan sekkitarnya.
2)      Perkembangan hubungan dengan teman sebaya
Menurut Desmita perkembangan psikososial dan kepribadian sejak usia prasekolah hingga akhir masa sekolah ditandai oleh semakin luasnya pergaulan sosial, terutama dengan teman sebaya. Sejumlah penelitian telah merekomendasikan betapa hubungan sosial dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan pribadi anak. [25]
Disini bisa disimpulkan bahwasannya teman sebaya juga berperan penting terhadap perkembangan sosial anak, karena lewat teman sebaya anak bisa belajar dan mendapat informasi tentang dunia anak di luar keluarga. Pada masa ini anak mulai mengeal dunia di luar keluarga yaitu dengan bermain bersama teman sebaya. Anak-anak juga akan mulai membandingkan antara dirinya dengan teman-teman sebayanya.

c.       Perkembangan permainan
Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak. Sebab anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya adiluar rumah bermain dengan teman-temannya dibanding terlibat dalam aktivitas lain. Permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Hal ini adalah karena bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih menarik dari pada hasil yang akan didapatkannya (Schwartzman, 1978).[26]
Jad, permainan lebih mendominasi kehidupan anak-anak di masa ini, karena anak-anak banyak menghabiskan waktunya untuk bermain yang mana bermain adalah hal yang sangat menyenangkan dan menarik bagi anak-anak, bermain merupakan aktivitas yang sangat penting bagi perkembangan di awal masa anak-anak.
Permainan memiliki tiga fungsi utama yaitu :
1)        Fungsi kognitif permainan membantu perkembangan kognitif anak. Malalui permainan anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek di sekitarnya, dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya. Pada intinya struktur kognitif pada anak pelu dilatih dan pelatihan kognitif yang sempurna adalah dengan permainan.
2)        Fungsi sosial permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak,         khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran, maka anak akan belajar memahami orang lain dan peran yang akan ia mainkan di kemudian hari setelah tumbuh menjadi dewasa. Dengan permainan anak akan belajar memahami tentang kondisi orang-orang yang berada disekitarnya
3)        Fungsi emosi permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya, belajar mengatasi kgelisahan dan konflik batin. Permainan juga akan memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaan yang terpendam.[27]
Jika ditarik garis besarnya, maka permainan memiliki peran yang tidak kalah pentinga dalam perkembangan pada awal masa anak-anak, permainan dapat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif, perkembangan sosial dan juga perkembangan emosional pada anak-anak. Berbagai macam permainan akan melatih anak-anak dalam segala hal, termasuk dalam memecahkan masalah yang dihadapi anak-anak.
Dalam hal minat bermain anak-anak mengikuti suatu pola yang dipengaruhi oleh kematangan dalam bentuk permainan tertentu dan oleh lingkungan dimana ia dibesarkan. Ada bermacam-macam variasi dalam pola ini. Misalnya anak yang sangat cerdas lebih menyukai permainan sandiwara, kegiatan-kegiatan kreatif dan buku-buku yang dapat memberikan informasi dari pada yang bersifat hiburan.[28]
Menurut pernyataan elizabeth diatas jelas bahwasannya pada awal masa anak-anak, setiap anak memiliki pola dan minat yang berbeda-beda dalam hal bermain, yang mana pola dan minat bermain anak dipengaruhi oleh lingkungan yang membesarkannya, sehingga ada anak yang menyukai permainan yang bersifat menambah wawasan dan memberikan informasi, ada pula anak yang lebih menyukai permainaan yang bersifat hiburan.
d.      Perkembangan moral
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengn aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral, tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan.
Perkembangan moral pada awal masa kanak-kanak masih dalam tingkat yang rendah. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelektual anak-anak belum mencapai titik dimana ia dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang benar dan salah. Awal masa anak-anak ditandai dengan apa yang oleh Piaget disebut “moralitas melalui paksaan” Dalam tahap perkembangan moral ini anak-anak secara otomatis mengikuti peraturan-peraturan tanpa berpikir atau menilai.[29]
            Jadi pada awal masa anak-anak perkembangan moral tidak begitu pesat berkembang, hal ini disebabkan oleh pemikiran intelektual anak-anak belum bisa mencapai pemahaman menganai prinsip-prinsip benar dan salah, pada masa ini anak-anak belum bisa membedakan hal-hal yang benar untuk dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Pada masa ini anak-anak hanya mengikuti peraturan yang telah ada, tanpa ia mengetahui guna ataupun fungsi dan juga tanpa menilai apakah peraturan tersebut benar atau salah.
Di bawah ini ada beberapa teori mengenai perkembangan moral pada masa awal anak-anak :
1)      Teori psikoanalisa tentang perkembangan moral
Pada teori psikoanalisa kepribadian manusia di bagi menjadi tiga yaitu :
a)    Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari.
b)   Ego merupakan struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis yaitu, subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas.
c)      Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek sosial yang berisikansistem nilai dan moral, yang benar-benar memperhitungkan “benar” atau “salahnya” sesuatu.[30]
Jadi menurut teori ini manusia memiliki tiga struktur kepribadian yang berbeda-beda, yaitu ada id yang merupakan kepribadian yang irasional dan tidak disadari, lalu ada kepribadian ego yaitu kebalikan dari id, ego merupakan kepribadian rasional dan disadari tetapi tidak memiliki moralitas, dan yang terakhir adalah superego yang memiliki sistem nilai dan juga moral.
Anak akan mulai mengalami perkembangan kepribadian superego pada usia 5 tahun, dan perkembangan ini secara khas akan menjadi sempurna. Dan ketika superego berkembang maka suara hati telah terbentuk. Yang mana hal ini menunjukkan bahwa pada usia 5 tahun seorang manusia telah menyelesaikan perkembangan moralnya.
2)        Teori belajar-sosial tentang perkembangan moral
Teori ini menyatakan bahwa tingkah laku moral merupakan respon atas stimulus, proses-proses penguatan, penghukuman, dan peniruan digunakan untuk menjelaskan perilaku moral anak-anak.[31] Jadi, pada intinya seorang anak akan melakukan perbuatan baik jika ia diberikan stimulus yang baik sepeerti hadiah, dan sebaliknya seorang anak akan berperilaku yang tidak bermoral jika ia diberi hukuman.
3)      Teori kognitif piaget tentang perkembangan moral
Menurut piaget, perkembangan moral digambarkan melalui aturan permainan. Karena itu, hakikat moralitas adalah kecenderungan untuk menerima dan menaati sistem peraturan. Jadi, seorang anak akan berkembang moralnya melalui aturan-aturan permainan, karena pada hakikatnya seorang anak sangat gemar bermain maka, ia secara otomatis akan lebih menghormati ketentuan-ketentuan dalam suatu permainan.
4)      Teori kohelberg tentang perkembangan moral
Menurut kohlberg anak-anak memang berkembang melalui interaksi sosial, namun interaksi ini memiliki corak khusus, dimana faktor pribadi yaitu aktivitas-aktivitas anak ikut berperan. Hal penting lain dari toeri kohlberg adalah orientasinya yang mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral seseorang, maka akan semakin terlibat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari perbuatan-perbuatannya.
1.      Perkembangan fisik yang terjadi pada masa awal anak-anak adalah dengan berkembangnya fisik dan sistem syaraf pusat yang meliputi :
a.    Tinggi : Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata tiga inci. Pada usia enam tahun tinggi anak rata-rata 46,6 inci.
b.    Berat : Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata tiga sampai lima pon. Pada usia enam tahun kurang lebih tujuh kali berat pada waktu lahir.
c.    Perbandingan tubuh : Penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil tetapi dagu tampak jelas dan leher lebih memanjang.
d.   Postur tubuh : Perbedaan dalam tubuh pertama kali tampak jelas pada awal masa kanak-kanak, ada yang postur tubuhnya gemuk lembek (endomorfik), ada yang kuat berotot (mesomorfik), ada yang relatif kurus (ektomorfik).
e.    Tulang dan otot : Tingkat pergeseran otot bervariasi pada bagian tubuh mengikuti hukum perkembangan arah.
f.     Lemak : Anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan lemaknya dari pada jaringan ototnya sedangkan mesomorfik sebaliknya dan yang bertubuh ektomorfik mempunyai otot yang kecil dan sedikit jaringan lemak.
g.      Gigi : Selama empat sampai enam bulan pertama dari awal masa kanak-kanak, empat gigi bayi terakhir-geraham belakang muncul.
2.      Kognisi artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan otak. Perkembangan kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan berfikirnya. Dalam perkembangan kognitif, anak dalam hal ini otaknya mulai mengembangkan kemampuan untuk berfikir, belajar dan mengingat. Dunia kognitif anak pada usia ini adalah kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi anak berkembang sepanjang waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai dunia menjadi lebih baik. Pada tingkat ini anak sudah dapat meningkatkan penggunaan bahasa dengan menirukan prilaku orang dewasa.
3.      Adapun perkembangan psikososial yang terjadi pada masa ini meliputi beberapa hal yaitu :  
a.       Perkembangan emosi selama awal masa kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar dari fokus” dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan-ledakan, emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan.
b.        Perkembangan sosial dasar untuk sosialisasi pada anak-anak diletakkan dengan meningkatnya hubungan antara anank dengan teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak tidak hanya lebih bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak bicara.
c.       Perkembangan permainan, permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak. Sebab anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya adiluar rumah bermain dengan teman-temannya dibanding terlibat dalam aktivitas lain.
d.      Perkembangan moral pada awal masa kanak-kanak masih dalam tingkat yang rendah. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelektual anak-anak belum mencapai titik dimana ia dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang benar dan salah.


















 

Yusuf , Syamsu L.N. 2000.  Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.
F.J Monks dkk. 1996. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hurlock B. Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pramata
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bnadung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Santrok John . 2011. Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika
Lusi Nuryanti. 2008. Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Indeks
Http:// www. Scribt. Com/doc/ Perkembangan-anak-usia-dini-2-6-tahun dikutip 19 Nopember 2012.








           
           
           
           




[1] DR. Kartini Kartono. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). 2007. Bandung. Cv Mandar Maju. Hal. 107
[2] John W. Santrock, Perkembangan Anak, hal. 20.
[3] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, hal. 110.
[4] F.J Monks dkk, Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, hal. 106.
[5] Syamsu Yusuf L.N, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, hal. 101.
[6] Syamsu Yusuf L.N, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, hal. 104.
[7] Syamsu Yusuf L.N, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, hal. 105.
[8] Http:// www. Scribt. Com/doc/ Perkembangan-anak-usia-dini-2-6-tahun dikutip 19 Nopember 2012.
[9] John W. Santrok. 2011. Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika., hlm. 45
[10] Ibid, hlm. 45
[11]Ibid, hlm. 45-46.
[12] F. J. Monks, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., hlm. 103.
[13] John W. Santrok. 2011. Perkembangan Anak., hlm. 46-47
[14] Lusi Nuryanti. 2008. Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Indeks., hlm. 15.
[15] John W. Santrok. 2011. Perkembangan Anak., hlm. 48.
[16] F. J. Monks, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan., hlm. 105.
[17] ibid, hlm. 105-106.
[18] Lusi Nuryanti. 2008. Perkembangan Anak., hlm. 17.
[19] Ibid., hlm.17-18.
[20] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan edisi 5. 1996. Erlangga. Jakarta. Hal. 114
[21] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan edisi 5. 1996. Erlangga. Jakarta. Hal. 116
[22] Ibid, hal. 117
[23] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan edisi 5. 1996. Erlangga. Jakarta. Hal. 118
[24] Desmita. Psikologi perkembangan. 2005. Rosda Karya. Bandung. Hal. 144
[25] Ibid, hal. 145
[26] Ibid, 141
[27] Desmita. Psikologi perkembangan. 2005. Rosda Karya. Bandung. Hal. 142
[28] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan edisi 5. 1996. Erlangga. Jakarta. Hal. 121
[29] Ibid Hal. 123
[30] [30] Desmita. Psikologi perkembangan. 2005. Rosda Karya. Bandung. Hal. 149
[31] Ibid. 150