Al-Imam
Al-Muhajir Ahmad bin Isa, beliau berhijrah dari Bashrah ke Hadramaut
seraya berderma, tidak menengadahkan tangan meminta-minta pada
siapapun. Beliau berhijrah dan memberikan keteladanan tentang
pengorbanan berbagi terhadap sesama, ikhlas dan kesungguhan terhadap
Allah. Beliau membimbing para pengikutnya di negeri itu seperti
halnya beliau membimbing keturunannya dengan nilai kebajikan dan
ketaqwaan. Dari negeri Bashrar yang subur, ia menjelajah berbagai
negeri dan mengarungi belantara hingga sampailah beliau ke lembah
yang penuh keberkahan dimana beliau bersuka cita untuk menetap disana
bersama keluarga dan keturunannya. Membimbing mereka dengan
nilai-nilai kebajikan dan ketaqwaan kepada Allah. juga disertai
dengan akhlaq mulia para leluhur agung yang melahirkan generasi
penerus yang mulia pula. merekalah pewaris, pengikut setia dan
keturunan Nabi Muhammad, meskipun diingkari oleh orang yang buta mata
batinnya.
Berkata
Imam Al-Haddad : “warisan mereka ada pada kami, begitu juga ilmu
dan rahasia mereka, bertanyalah bagi mereka yang menghendakinya.”
Pondasi nilai-nilai lurhur ini tetap terpelihara hingga tiba masa
Al-Ustadzul A'dzhom Al-faqihul Muqaddam Muhammad bin Ali ba Alawiy,
beliau laksana pondasi yang kuat dalam membentengi nilai-nila luhur
ini. Beliau meluruskan pandangan keliru yang memperebutkan materi
belaka agar beralih merindukan kemuliaan yang kekal dan abadi. beliau
berkata : "semua perangkat yang digunakan untuk bersengketa dan
memperebutkan materi dunia diantara manusia, maka perangkat tersebut
harus diluluh lantahkan dalam ajaran kami. Dan semua sarana yang
mendukung tersebarnya manfaat untuk masyarakat dan agama dengan cara
yang ikhlas, maka hal itu menurut ajaran kami merupakan sebuah
keniscayaan yang harus dilaksanakan."
Berdasarkan
prinsip inilah Al-Faqih kemudian mematahkan pedangnya. Yaitu pedang
kesombongan dalam memperebutkan perkara duniawi, pedang penindasan
terhadap kaum yang lemah, pedang keangkuhan yang membuat seseorang
bersikap zalim terhadap kaum yang lemah, pedang yang digunakan untuk
merebut kursi jabatan meskipun harus dibayar dengan menggadaikan
agama, moral dan ilmu. pedang semacam inilah yang beliau patahkan.
Akan tetapi beliau memanggul pedang yang kokoh terhunus tajam yang
tak akan tumpul sekalipun dihantam peristiwa-peristiwa besar di alam
semesta. Yaitu pedang yang ketajamannya diasah langsung oleh
Rasulullah Muhammad bin Abdillah dengan tangannya sendiri.
Oleh
karena itu, sepanjang sejarah, mulai dari masa beliau sampai hari
ini, baik itu di wilayah Hadramaut atau wilayah yang tersebar metode
pengajaran Hadramaut, meskipun di negeri-negeri tersebut terdapat
beragam simbol kekuasaan, hukum yang berlaku, madzhab, ideologi dan
pola dikir yang berkembang. Kemudian seiring perjalanan waktu, kita
dapati bagaimana kesemuanya runtuh. Keruntuhan dialami negeri demi
negeri, pola fikir dan ideologi, baik yang berada di Asia tenggara
atau bagian selatan dari Timur Afrika atau negara lain yang mendapat
sentuhan metode pengajaran ini (ala Hadramaut) semua ideologi dan
rezim yang berkuasa tersebut, hanya mampu berkuasa sesaat, untuk
kemudian hancur tak berbekas. Bahkan tak jarang demi memantapkan
cengkraman kekuasaannya, mereka melakukan aksi pembunuhan,
pembantaian, penangkapan dan kebrutalan lainnya. Tetapi mereka tetap
tidak mampu bertahan lama, bahkan akhirnya runtuh binasa.
Sedangkan
benih ajaran yang ditanam oleh Al-Faqih dan Al-Muhajir hingga detik
ini dapat kita petik buahnya, dapat kita saksikan cahayanya sampai
hari ini. Ajaran beliau masih tetap membimbing orang kafir untuk
masuk kedalam agama Islam, membimbing yang lalai menjadi sadar, yang
bermaksiat menjadi taat. Hal itu tidak lain adalah pengaruh dari
nilai-nilai luhur ajaran ini. Dan kita menjumpai sekelompok kaum yang
merasakan sentuhan pedang spiritual ini yang kemudian berderma dan
mencurahkan apa yang mereka miliki dijalan Allah.
Jika
kalian tahu, negeri Hadramaut yang merupakan tanah kelahiran ajaran
ini pernah dikuasai oleh berbagai macam rezim secara silih berganti.
Dan rezim kekuasaaan terakhir yang paling dzalim adalah rezim
komunis. Komunis datang dan masuk ke Hadramaut. mereka melakukan aksi
pembunuhan, penangkapan, penculikan dan penindasan terhadap banyak
para Ulama dan kaum sholihin dari kalangan kita. Tetapi jika kita
bandingkan hari ini, apa pengaruh dari faham komunisme dan apa pula
pengaruh dari madrasah Al-Muhajir dan Al-Faqih Muqaddam. Panji-panji
Al-Muhajir Ahmad bin Isa dan Al-Faqih Muqaddam tetap berkibar tinggi,
seolah kaum komunis tidak pernah datang dan masuk ke Hadramaut sama
sekali meskipun satu hari. Setiap kali mereka berusaha
menghancurkannya, justru semakin kokoh bangunannya. Setiap kali
mereka mencoba menghentikannya, jusru semakin terpancar cahayannya.
Ini
sebuah pelajaran yang langsung kita saksikan di hadapan kita, padahal
faham dan ideologi komunis bersandar pada kekuatan yang berkuasa di
dunia pada saat itu. Yaitu dukungan kekuatan Rusia dengan kekuatan
militer dan persenjataan yang lengkap. Tetapi ternyata pendang
Al-Faqih lebih unggul dari pada kekuatan militer Rusia. sungguh demi
Allah! kekuatan militer Rusia runtuh, sementara pedang Al-Faqih tetap
terhunus. Hal ini terjadi karena sejatinya, pondasi yang kuat hanya
dimiliki oleh mereka yang mempunyai hubungan dengan Allah, sang
pencipta langit dan bumi. Pondasi kokoh yang mengakar, dan tidak akan
pernah runtuh selama-lamanya. Oleh karena itu kita perlu katakan
bahwa meskipun mereka berupaya untuk membangun kembali dengan teori
baru yang mereka anggap sebagai landasan mereka berpijak, dapat
dipastikan bahwa teori mereka pasti akan runtuh, sesuai jauhnya
mereka dari kesadaran terhadap prinsip-prinsi ajaran Allah yang
menghendaki berlaku pada segenap makhluknya.
Oleh
karena itu kami sampaikan bahwa Allah telah memuliakan kalian melalui
rantai emas ini dengan terpeliharanya risalah dan dasar-dasar ajaran
yang dirintis sang Nabi untuk kebaikan dunia dan penduduknya hingga
tersebarlah hidayah di negeri ini dari masa ke masa. Sungguh risalah
ini sangat luas cakupan dan jangkauannya. Misi risalah ini merupakan
misi yang bersambung kepada misi datuk mereka Rasulullah SAW yang
diutus membawa misi Rahmatan lil Alamin. Dan tanpa ada keraguan,
bahwa misi ini harus dihayati dan dipersiapkan dengan matang.
Meskipun kita sadar, bahwa kita tidak mungkin bisa melangkah dan
bergerak kecuali ada dukungan finansial dan sarana yang memadai
secara bertahap. Namun permasalahannya adalah jangan sampai misi ini
bergeser jauh dari jiwa kita yang menyebabkan kita akan merugi dengan
berjalan di tempat. Tapi apabila misi ini tetap terpancang kokoh di
hati kita, niscaya cakupannya akan semakin luas dan perkembangannya
menjadi pesat hingga perannya pun akan menjadi merata tersebar di
semua penjuru dunia.
Semoga
Allah senantiasa membimbing kalian dan meraih tangan kalian untuk
menggapai kebaikan dan menunaikan kewajiban ini. Oleh karena itu kita
perlu mengenang dan meneladani kembali sifat-sifat mulia yang
dimiliki para tokoh-tokoh terdahulu agar dapat tumbuh kembali pada
diri kita serta generasi muda kita.
Mereka
adalah kelompok kaum Zuhud yang berilmu dan ahli ibadah yang gigih.
Kaum fakir diantara mereka adalah orang yang merdeka, tanda
kehormatan diri terlihat jelas tampil pada diri mereka. Hingga tidak
bisa dibedakan, mana yang kaya dan mana yang miskin. Engkau tidak
bisa mengenali mana yang kaya dan mana yang miskin karena dua
perkara, harga diri yang dimiliki oleh si fakir dan sikap tawadhu’
yang dimiliki si kaya. Tahun demi tahun berlalu di Hadramaut, engkau
tidak akan bisa membedakan antara orang alim dan orang awam kecuali
saat ada pertanyaan yang kemudian dijawab dengan ilmu yang luas
laksana samudra. Kalau tidak demikian, engkau tidak bisa membedakan
antara keduanya karena sikap tawadhu mereka. Engkau juga tidak bisa
membedakan antara si kaya dan si miskin baik dari sisi rumah,
pakaian, atau saat acara-acara pernikahan dan sebagainya kecuali saat
menyantuni kaum papah dan anak yatim, barulah terlihat siapa yang
kaya. Adapun pakaian, kendaraan dan rumah mereka si kaya membangun
rumah layaknya kalangan ekonomi menengah diantara mereka. Mereka
tidak tampil berbeda dengan si miskin.
Semua
hal tersebut tidak lain adalah pengaruh yang diajarkan dan didikan
Nabi SAW. karenanya dikatakan: “ sifaqirnya merdeka, sementara si
kaya berdema berharap ganjaran dari Allah di jalan yang benar”.
Pakaian mereka adalah sifat taqwa, di iringi dengan sifat malu, dan
tujuan utama mereka adalah Allah, baik dalam ucapan maupun perbuatan.
Ucapan mereka adalah kejujuran, perbuatan mereka adalah petunjuk, dan
hati mereka terbebas dari sifat licik dan dendam. Mereka tidak suka
terlibat dalam sikap menjelek-jelekkan orang lain. Tidak suka pula
mencaci maki atau menzhalimi, baik terhadap anak kecil, orang tua,
yang hidup ataupun yang mati. Majelis mereka seperti majelis
Rasulullah SAW, kehormatan seseorang sangat dijaga, sehingga tak
seorangpun disebut-sebut kejelekannya. Tidak dibuka peluang untuk
debat kusir mendiskreditkan seseorang, baik yang hidup maupun yang
sudah mati. Majelis mereka adalah majelis bermuatan sikap santun dan
rasa malu.
Semoga
Allah senantiasa meridhoi mereka dan semoga Allah berkenan membantu
kita untuk menegakkan nilai-nilai ini insya Allah.
Ringkasan ceramah Habib Umar bin Hafidz yang disampaikan pada saat peresmian gedung
Rabithah Alawiyah.
0 komentar:
Posting Komentar