Selasa, 14 Juli 2015

Ajaran dari Al-Muhajir dan Al-Faqih Muqaddam


Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa, beliau berhijrah dari Bashrah ke Hadramaut seraya berderma, tidak menengadahkan tangan meminta-minta pada siapapun. Beliau berhijrah dan memberikan keteladanan tentang pengorbanan berbagi terhadap sesama, ikhlas dan kesungguhan terhadap Allah. Beliau membimbing para pengikutnya di negeri itu seperti halnya beliau membimbing keturunannya dengan nilai kebajikan dan ketaqwaan. Dari negeri Bashrar yang subur, ia menjelajah berbagai negeri dan mengarungi belantara hingga sampailah beliau ke lembah yang penuh keberkahan dimana beliau bersuka cita untuk menetap disana bersama keluarga dan keturunannya. Membimbing mereka dengan nilai-nilai kebajikan dan ketaqwaan kepada Allah. juga disertai dengan akhlaq mulia para leluhur agung yang melahirkan generasi penerus yang mulia pula. merekalah pewaris, pengikut setia dan keturunan Nabi Muhammad, meskipun diingkari oleh orang yang buta mata batinnya.
Berkata Imam Al-Haddad : “warisan mereka ada pada kami, begitu juga ilmu dan rahasia mereka, bertanyalah bagi mereka yang menghendakinya.” Pondasi nilai-nilai lurhur ini tetap terpelihara hingga tiba masa Al-Ustadzul A'dzhom Al-faqihul Muqaddam Muhammad bin Ali ba Alawiy, beliau laksana pondasi yang kuat dalam membentengi nilai-nila luhur ini. Beliau meluruskan pandangan keliru yang memperebutkan materi belaka agar beralih merindukan kemuliaan yang kekal dan abadi. beliau berkata : "semua perangkat yang digunakan untuk bersengketa dan memperebutkan materi dunia diantara manusia, maka perangkat tersebut harus diluluh lantahkan dalam ajaran kami. Dan semua sarana yang mendukung tersebarnya manfaat untuk masyarakat dan agama dengan cara yang ikhlas, maka hal itu menurut ajaran kami merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilaksanakan."
Berdasarkan prinsip inilah Al-Faqih kemudian mematahkan pedangnya. Yaitu pedang kesombongan dalam memperebutkan perkara duniawi, pedang penindasan terhadap kaum yang lemah, pedang keangkuhan yang membuat seseorang bersikap zalim terhadap kaum yang lemah, pedang yang digunakan untuk merebut kursi jabatan meskipun harus dibayar dengan menggadaikan agama, moral dan ilmu. pedang semacam inilah yang beliau patahkan. Akan tetapi beliau memanggul pedang yang kokoh terhunus tajam yang tak akan tumpul sekalipun dihantam peristiwa-peristiwa besar di alam semesta. Yaitu pedang yang ketajamannya diasah langsung oleh Rasulullah Muhammad bin Abdillah dengan tangannya sendiri.
Oleh karena itu, sepanjang sejarah, mulai dari masa beliau sampai hari ini, baik itu di wilayah Hadramaut atau wilayah yang tersebar metode pengajaran Hadramaut, meskipun di negeri-negeri tersebut terdapat beragam simbol kekuasaan, hukum yang berlaku, madzhab, ideologi dan pola dikir yang berkembang. Kemudian seiring perjalanan waktu, kita dapati bagaimana kesemuanya runtuh. Keruntuhan dialami negeri demi negeri, pola fikir dan ideologi, baik yang berada di Asia tenggara atau bagian selatan dari Timur Afrika atau negara lain yang mendapat sentuhan metode pengajaran ini (ala Hadramaut) semua ideologi dan rezim yang berkuasa tersebut, hanya mampu berkuasa sesaat, untuk kemudian hancur tak berbekas. Bahkan tak jarang demi memantapkan cengkraman kekuasaannya, mereka melakukan aksi pembunuhan, pembantaian, penangkapan dan kebrutalan lainnya. Tetapi mereka tetap tidak mampu bertahan lama, bahkan akhirnya runtuh binasa.
Sedangkan benih ajaran yang ditanam oleh Al-Faqih dan Al-Muhajir hingga detik ini dapat kita petik buahnya, dapat kita saksikan cahayanya sampai hari ini. Ajaran beliau masih tetap membimbing orang kafir untuk masuk kedalam agama Islam, membimbing yang lalai menjadi sadar, yang bermaksiat menjadi taat. Hal itu tidak lain adalah pengaruh dari nilai-nilai luhur ajaran ini. Dan kita menjumpai sekelompok kaum yang merasakan sentuhan pedang spiritual ini yang kemudian berderma dan mencurahkan apa yang mereka miliki dijalan Allah.
Jika kalian tahu, negeri Hadramaut yang merupakan tanah kelahiran ajaran ini pernah dikuasai oleh berbagai macam rezim secara silih berganti. Dan rezim kekuasaaan terakhir yang paling dzalim adalah rezim komunis. Komunis datang dan masuk ke Hadramaut. mereka melakukan aksi pembunuhan, penangkapan, penculikan dan penindasan terhadap banyak para Ulama dan kaum sholihin dari kalangan kita. Tetapi jika kita bandingkan hari ini, apa pengaruh dari faham komunisme dan apa pula pengaruh dari madrasah Al-Muhajir dan Al-Faqih Muqaddam. Panji-panji Al-Muhajir Ahmad bin Isa dan Al-Faqih Muqaddam tetap berkibar tinggi, seolah kaum komunis tidak pernah datang dan masuk ke Hadramaut sama sekali meskipun satu hari. Setiap kali mereka berusaha menghancurkannya, justru semakin kokoh bangunannya. Setiap kali mereka mencoba menghentikannya, jusru semakin terpancar cahayannya.
Ini sebuah pelajaran yang langsung kita saksikan di hadapan kita, padahal faham dan ideologi komunis bersandar pada kekuatan yang berkuasa di dunia pada saat itu. Yaitu dukungan kekuatan Rusia dengan kekuatan militer dan persenjataan yang lengkap. Tetapi ternyata pendang Al-Faqih lebih unggul dari pada kekuatan militer Rusia. sungguh demi Allah! kekuatan militer Rusia runtuh, sementara pedang Al-Faqih tetap terhunus. Hal ini terjadi karena sejatinya, pondasi yang kuat hanya dimiliki oleh mereka yang mempunyai hubungan dengan Allah, sang pencipta langit dan bumi. Pondasi kokoh yang mengakar, dan tidak akan pernah runtuh selama-lamanya. Oleh karena itu kita perlu katakan bahwa meskipun mereka berupaya untuk membangun kembali dengan teori baru yang mereka anggap sebagai landasan mereka berpijak, dapat dipastikan bahwa teori mereka pasti akan runtuh, sesuai jauhnya mereka dari kesadaran terhadap prinsip-prinsi ajaran Allah yang menghendaki berlaku pada segenap makhluknya.
Oleh karena itu kami sampaikan bahwa Allah telah memuliakan kalian melalui rantai emas ini dengan terpeliharanya risalah dan dasar-dasar ajaran yang dirintis sang Nabi untuk kebaikan dunia dan penduduknya hingga tersebarlah hidayah di negeri ini dari masa ke masa. Sungguh risalah ini sangat luas cakupan dan jangkauannya. Misi risalah ini merupakan misi yang bersambung kepada misi datuk mereka Rasulullah SAW yang diutus membawa misi Rahmatan lil Alamin. Dan tanpa ada keraguan, bahwa misi ini harus dihayati dan dipersiapkan dengan matang. Meskipun kita sadar, bahwa kita tidak mungkin bisa melangkah dan bergerak kecuali ada dukungan finansial dan sarana yang memadai secara bertahap. Namun permasalahannya adalah jangan sampai misi ini bergeser jauh dari jiwa kita yang menyebabkan kita akan merugi dengan berjalan di tempat. Tapi apabila misi ini tetap terpancang kokoh di hati kita, niscaya cakupannya akan semakin luas dan perkembangannya menjadi pesat hingga perannya pun akan menjadi merata tersebar di semua penjuru dunia.
Semoga Allah senantiasa membimbing kalian dan meraih tangan kalian untuk menggapai kebaikan dan menunaikan kewajiban ini. Oleh karena itu kita perlu mengenang dan meneladani kembali sifat-sifat mulia yang dimiliki para tokoh-tokoh terdahulu agar dapat tumbuh kembali pada diri kita serta generasi muda kita.
Mereka adalah kelompok kaum Zuhud yang berilmu dan ahli ibadah yang gigih. Kaum fakir diantara mereka adalah orang yang merdeka, tanda kehormatan diri terlihat jelas tampil pada diri mereka. Hingga tidak bisa dibedakan, mana yang kaya dan mana yang miskin. Engkau tidak bisa mengenali mana yang kaya dan mana yang miskin karena dua perkara, harga diri yang dimiliki oleh si fakir dan sikap tawadhu’ yang dimiliki si kaya. Tahun demi tahun berlalu di Hadramaut, engkau tidak akan bisa membedakan antara orang alim dan orang awam kecuali saat ada pertanyaan yang kemudian dijawab dengan ilmu yang luas laksana samudra. Kalau tidak demikian, engkau tidak bisa membedakan antara keduanya karena sikap tawadhu mereka. Engkau juga tidak bisa membedakan antara si kaya dan si miskin baik dari sisi rumah, pakaian, atau saat acara-acara pernikahan dan sebagainya kecuali saat menyantuni kaum papah dan anak yatim, barulah terlihat siapa yang kaya. Adapun pakaian, kendaraan dan rumah mereka si kaya membangun rumah layaknya kalangan ekonomi menengah diantara mereka. Mereka tidak tampil berbeda dengan si miskin.
Semua hal tersebut tidak lain adalah pengaruh yang diajarkan dan didikan Nabi SAW. karenanya dikatakan: “ sifaqirnya merdeka, sementara si kaya berdema berharap ganjaran dari Allah di jalan yang benar”. Pakaian mereka adalah sifat taqwa, di iringi dengan sifat malu, dan tujuan utama mereka adalah Allah, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Ucapan mereka adalah kejujuran, perbuatan mereka adalah petunjuk, dan hati mereka terbebas dari sifat licik dan dendam. Mereka tidak suka terlibat dalam sikap menjelek-jelekkan orang lain. Tidak suka pula mencaci maki atau menzhalimi, baik terhadap anak kecil, orang tua, yang hidup ataupun yang mati. Majelis mereka seperti majelis Rasulullah SAW, kehormatan seseorang sangat dijaga, sehingga tak seorangpun disebut-sebut kejelekannya. Tidak dibuka peluang untuk debat kusir mendiskreditkan seseorang, baik yang hidup maupun yang sudah mati. Majelis mereka adalah majelis bermuatan sikap santun dan rasa malu.
Semoga Allah senantiasa meridhoi mereka dan semoga Allah berkenan membantu kita untuk menegakkan nilai-nilai ini insya Allah.


Ringkasan ceramah Habib Umar bin Hafidz yang disampaikan pada saat peresmian gedung Rabithah Alawiyah.


0 komentar:

Posting Komentar