PERKEMBANGAN PERIODE KANAK-KANAK AKHIR
(USIA 6-11 TAHUN)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Semua makhluk hidup selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan sangat penting bagi makhluk hidup. Misalnya pada
manusia, dengan tumbuh dan berkembang dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan melestarikan keturunannya. Sewaktu masih bayi, balita, dan anak
kecil, manusia memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah sehingga mudah
terserang penyakit. Akan tetapi, setelah tumbuh dan berkembang menjadi dewasa,
daya tahan tubuhnya semakin kuat sehingga kelangsungan hidupnya lebih terjamin.
Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup khususnya manusia mempunyai
beberapa fase tahapan yang berbeda-beda. Mulai dari lahir, bayi, balita, anak
kecil, remaja, dewasa, dan tua. Dan dalam hal ini penulis akan mengkaji lebih
dalam tahapan perkembangan kanak-kanak
periode akhir yaitu pada usia 6-11 tahun, mulai dari perkembangan fisik,
perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perkembangan fisik periode
kanak-kanak akhir ?
b. Bagaimana perkembangan kognitif periode
kanak-kanak akhir ?
c. Bagaimana perkembangan psikososial periode
kanak-kanak akhir ?
3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui perkembangan fisik periode kanak-kanak akhir
b. Untuk mengetahui perkembangan kognitif
periode kanak-kanak akhir
c. Untuk mengetahui perkembangan psikososial
periode kanak-kanak akhir
B. PEMBAHASAN
1. Perkembangan Fisik Periode Kanak-kanak Akhir
Masa akhir kanak-kanak
merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai
mulai terjadi perubahan pubertas,kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi
matang secara seksual.Permulaan akhir
pada masa kanak-kanak di tandai dengan masuknya anak ke kelas satu, suatu hal
yang wajib untuk anak berusia enam tahun adalah bagi sebagian besar anak
perubahan ini terletak dalam pola kehidupan anak.
Selama setahun atau dua tahun terakhir dari masa kanak-kanak terjadi
perubahan fisik yang menonjol dan hal ini juga akan mengakibatkan perubahan
dalam sikap, nilai, dan perilaku dengan menjelang berakhirnya periode ini dan
anak mempersiapkan diri secara fisik dan psikologis untuk memasuki masa remaja.
Perubahan fisik terjadi menjelang berakhirnya masa kanak-kanak menimbulkan
keadaan tidak seimbang dimana pola kehidupan yang sudah terbiasa menjadi
terganggu sampai tercapainya penyesuaian diri terhadap perubahan ini.[1]
Tiba akhir masa kanak-kanak dapat secara tepat diketahui, tetapi orang
tidak mengetahui secara tepat kapan periode ini berakhir karena kematangan
seksual yaitu kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa kanak-kanak dengan
masa remaja timbulnya tidak selalau pada usia yang sama. Ini disebabkan perbedaan dalam kematangan seksual anak laki-laki
dan perempuan.Demikian, ada anak yang mengalami masa kanak-kanak yang lebih
lama dan ada pula yang lebih singkat.Bagi rata-rata anak perempuan Amerika masa
akhir masa kanak-kanak berlangsung antara enam sampai tiga belas tahun, suatu
rentang waktu tujuh tahun, bagi anak laki-laki berlangsung antara enam sampai
enam belas tahun, rentang waktu delapan tahun.[2]
Akhir masa kanak-kanak merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan
relatif seragam mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun
sebelum anak secara seksual menjadi matang pada saat dimana pertumbuhan
berkembang secara pesat. Pertumbuhan fisik
mengikuti pola yang dapat diramalkan meskipun sejumlah perbedaan dapat terjadi.Hal ini
tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang
berarti. Berikut akan di jelaskan beberapa aspek dari pertumbuhan fisik yang
terjadi selama akhir masa kanak-kanak, di antaranya keadaan bentuk
tubuh,berat badan,tinggi badan, dan bentuk
organ, kesehatan, dan Motorik.[3]
a. Bentuk Tubuh
Bentuk tubuh
mempengaruhi tinggi,berat badan dalam masa akhir
kanak-kanak.Anak yang memiliki bentuk tubuh ideal, tubuh yang panjangnya
langsing, dapat diharapkan tidak seberat anak yang mempunyai tubuh lebih berat
dari rata-rata.
Berikut ini
adalah perkembangan fisik pada akhir masa
kanak-kanak,diantaranya:
1). Tinggi dan berat badan
Pertumbuhan
tinggi badan dalam masa ini agak lambat,dari pada waktu sebelumnya. Kenaikan
tinggi pertahun pada masa akhir kanak-kanak adalah 2 sampai 3 inci atau sampai
umur 12 tahun anak bertambah panjang 5 cm sampai 6 cm
tiap tahunnya. Rata-rata anak perempuan pada masa ini mempunyai tinggi badan
58 inci dan anak laki-laki tingginya sekitar 57,5 inci. Tetapi umur 10 tahun
dapat dilihat bahwa anak laki-laki agak lebih besar sedikit dari pada anak
wanita, sesudah itu maka anak wanita lebih unggul dalam panjang badan,tetapi
sesudah umur 15 tahun anak laki-laki mengejarnya dan tetap unggul dari pada
anak wanita.
Perkembangan
berat badan masa kanak-kanak akhir kenaikan berat lebih bervariasi dari pada
kenaikan tinggi, berkisar antara 3 sampai 5 pon per tahun. Rata-rata anak perempuan sebelas tahun mempunyai berat badan
88,5 pon dan sedangkan anak laki-laki berat badannya
mencapai 85,5 pon.Berat badan anak bertambah lebih berat
dari pada panjang badannya.Pada akhir periode ini di kemukakan lebih banyak perbedaan
individual di antara anak-anak tetapi sekarang
nampak lebih banyak perbedaan fisik yang khas dari pada dulu.[4]
2). Organ
Tubuh
Perkembangan fisik
berlanjut lambat. Umur 6 tahun, otak telah mencapai 90% ukuran otak orang
dewasa. Umur 6-8 tahun, anak perempuan terlihat lebih pendek daripada anak
laki-laki. Perkembangan organ tubuh pada masa kanak-kanak akhir diantaranya kepala masih terlampau besar dibandingkan
dengan bagian tubuh lainnya, bertambah besarnya mulut dan rahang. dahi melebar
dan merata, bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih
membentuk, badan memanjang dan lebih langsing,leher menjadi panjang, dada
melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memanjang meskipun kelihatanya
kurus dan tidak berbentuk karena otot-otot belum berkembang, tangan dan kaki
dengan lambat tumbuh membesar, kepala dan wajah anak laki-laki tumbuh lebih
besar dari pada anak perempuan, kekuatan badan dan kekuatan tangan anak
laki-laki bertambah kuat, dan lain sebagainya.[5]
Perbandinagn
tubuh yang kurang baik yang sangat mencolok pada akhir masa kanak-kanak
menyebabkan meningkatnya kesederhanaan pada saat itu.Di samping itu, kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan kecenderungan untuk berpakaian seperti
teman-teman tanpamemperdulikan pantas atau tidaknya, juga menambah kesederhanaan.
3). Kesehatan dan
Gizi
Kesehatan dan
gizi merupakan faktor yang paling baik dalam pertumbuhanfisik pada masa akhir
kanak-kanak. Semakin baik kesehatan dan gizi anak cenderung akan semakin besar
dari usia ke usia dibandingkan dengan
anak yang kesehatan dan gizinya buruk. Anak yang di beri imunisasi terhadap
penyakit selama awal masa kanak-kanak tumbuh lebih besar dari pada anak yang
tidak di beri imunisasi. Berikut perkembangan kesehatan anak-anak pada usia
6-11 yaitu:[6]
a).
Gigi
pada usia ini umumnya, seorang anak sudah mempunyai duapuluh gigi tetap
b). Anak laki-laki cenderung lebih pendek dan lebih ringan dari pada
anak perempuan seusianya, sampai ia juga secara seksual menjadi matang
c). Pertumbunah gigi anak perempuan juga lebih sedikit dari pada anak
laki-laki
d). Kesehatan dan keseimbangan badannya
relatif berkembang baik.
Anak yang tenang
tumbuh lebih cepat di banding anak yang mengalami gangguan emosional, meskipun
gangguan emosional lebih banyak mempengaruhi berat dan tinggi anak.Anak cerdas
cenderung lebih tinggi dan lebih berat di banding anak yang tinggi kecerdasanya
rata-rata atau di bawah rata-rata.
4). Motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan
badan, maka selama masa kanak-kanak akhir
perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan
dengan awal masa anak-anak, berikut ini akan kami paparkan tentang perkembangan
motorik anak yaitu:[7]
a).
Anak-anak lebih
cepat berlari dan makin pandai meloncat
b). Anak mampu menjaga keseimbangan badannya
c). Usia
6 tahun, koordinasi
antara mata dan tangan (membidik,menyepak, melempar, dan menangkap)
d). Usia 7 tahun, tangan anak lebih kuat dan lebih
menyukai pensil dari pada krayon untuk melukis
e). Usia 8 tahun anak sudah bisa menulis dengan
rapi
f). Usia
10 tahun, anak mulai memperlihatkan ketrampilanmanipulatif menyerupai
kemampuan orang dewasa
g). Mulai memperlihatkan gerakan rumit,komplek dan
cepat yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang bermutu bagus
h). Melakukan permainan aktivitas fisik (petak
umpet,berenang, permainan hoki).
Perkembangan
fisik pada periode ini berjalan lambat dan relatif
seragam.Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi dan berat badan anak, yang biasanya dipengaruhi
oleh faktor
genetik, kesehatan, gizi, dan perbedaan seks atau kelamin.Dan tidak
bisa dipungkiri bahwa pada masa ini anak suka ceroboh dalam memilih
makanan yang sehat, dan masih gesit untuk hujan-hujanan sehingga
penyakit-penyakit mudah sekali datang.
2. Perkembangan
Kognitif Periode Kanak-kanak Akhir
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, makna kognisi merupakan proses
pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang.[8]
Sedangkan kognitif merupakan sifat dari kognisi. Dalam kamus bahasa Inggris cognition,
yang berarti kesadaran, pengertian, dan pengamatan.
Dalam bukunya Paul Henry Muhsin, dan kawan-kawan yang diterjemahkan oleh
dr. Meitasari Tjandrasa tentang Perkembangan dan Kepribadian anak dijelaskan
kognisi merupakan konsep yang luas dan inklusif yang berhubungan dengan
kegiatan mental dalam memperoleh, mengolah, mengorganisasi, dan menggunakan
pengetahuan. Proses utama yang termasuk di dalam istilah kognisi mencakup
mendeteksi, menginterpretasi, mengklasifikasi, dan mengingat informasi,
mengevaluasi gagasan, menyaring prinsip, dan menarik kesimpulan dari aturan,
membayangkan kemungkinan, mengatur strategi, berfantasi, dan bermimpi.[9]
Perkembangan
kognitif ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan
lingkungannya. Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru
memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep,
memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide menggunakan pola-pola
berfikir formal.Untuk mempermudah penerapannya kita dapat menggunakan cara-cara
sebagai berikut:[10]
a. Perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta
didik.
b. Tujuan
kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan kognitif,
bahasa, dan motorik dengan interaksi sosial yang berfungsi sebagai alat untuk
mengembangkan kecerdasan.
c. Bentuk pengelolaan kelas
berpusat pada peserta didik dengan guru sebagai fasillitator.
d. Mengefektifkan mengajar dengan cara mengutamakan program pendidikan yang
berupa pengetahuan-pengetahuan terpadu.
Usia 6-12 tahunyang termasuk pada perkembangan masa
pertengahanmemiliki fase-fase yang unik dalam perkembangan yang menggambarkan
peristiwa penting bagi anak/siswa yang bersangkutan. Pada usia sekolah Dasar (6-12 tahun) anak
sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas
belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kmampuan kognitif (seperti:
membaca, menulis, dan menghitung). Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah,
daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan (berkhayal),
sedangkan pada usia SD daya pikirnya sudah berkembang ke arah berpikir konkret
dan rasional (dapat diterima akal). Pieget menamakannya sebagai masa operasi
konkret, masa berakhirnya berpikir khayal dan mulai berpikir konkret (berkaitan
dengan dunia nyata).[11]
Periode ini di tandai dengan tiga kemampuan
atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau
mengasosiakan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan.
Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka) seperti menambah,
mengurangi, mangalikan, dan membagi. Di samping itu, pada akhir masa ini anak
sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang
sederhana. Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar
diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya
nalarnya. Anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti membaca,
menulis, dan berhitung.
Di samping itu, anak juga diberikan
pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar, dan
sebagainya. Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk
mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik
yang di alaminya maupun peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Misalnya, yang
berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah, pergaulan yang baik
dengan teman sebaya atau orang lain, dan sebagainya.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak,
maka sekolah dalam hal ini guru seyogianya memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang
materi pelajaran yang dibacanya atau dijelaskan guru, membuat karangan,
menyusun laporan (hasil belajar diskusi kelompok).
Perkembangan bahasa pada masa ini berlangsung secara dinamis. Dilihat dari
cara siswa berkomunikasi menunjukkan bahwa mereka sudah mampu menggunakan
bahasa yang halus, dan dalam usia ini anak sudah mulai berfikir dalam menggunakan
kata-kata. Pada kelas tinggi gaya bicara sudah
mulai bergeser dari gaya bicara egosentris ke gaya bicara sosial.
Pada kelas rendah sudah mampu membaca kata-kata penggunaan kalimat tidak
lengkap.
Untuk anak 6-12 tahun, perkembangan kognitifnya sangat
berkaitan dengan kemampuan akademis yang dipelajari di sekolah.Akan tetapi
kemampuan kognitif bisa menjadi lebih optimal apabila otak kanan anak mendapat
stimulasi. Anak yang memiliki fungsi otak seimbang akan lebih responsif,
kreatif, dan fleksibel.
Sebelum
menstimulasi kognisi anak, orang tua harus mengetahui terlebih dulu
perkembangan kognitifnya sesuai usia. Misalnya, untuk anak balita perkembangan
kognitifnya berkaitan dengan perkembangan berbagai konsep dasar seperti
mengenal bau, warna, huruf, angka, serta pengetahuan umum yang akrab dengan
kehidupan sehari-harinya.Disamping itu perkembangan kognitif berkaitan erat
dengan perkembangan bahasa.
Kegiatan-kegiatan tersebut
sangat baik jika divariasikan dengan berbagai kegiatan, seperti membuat
kerajinan tangan atau permainan yang
menarik.Kegiatan yang bisa dilakukan oleh anak usia6-12 tahun antara lain:
a. Ketika mempelajari berbagai kemampuan akademis,
guru dan orang tua hendaknya memperhatikan kondisi anak.Misal,
saat anak sudah terlihat bosan seharusnya secara otomatis materi yang
disampaikan pada anak diselingi dengan permainan atau hal jenaka yang bisa
membuat anak tertantang dan gembira. Dan sebaiknya
tetap pada konteks pembicaraan atau pembahasan.
b. Stimulasi otak kanan untuk
menstimulasi kemampuan kognitif dapat dilakukan melalui kegiatan musikdanmovement (gerak
dan lagu) atau dengan memainkan alat musik tertentu.Bisa juga dengan melakukan
kegiatan drama.
3. Perkembangan Psikososial Periode
Kanak-kanak Akhir
a. Perkembangan Sosial
Masa kanak-kanak
akhir terjadi pada usia 6-7 tahun sampai kurang lebih 12-13 tahun. Periode ini dimulai setelah anak melewati masa degil, di mana
proses sosialisasi telah dapat berlangsung lebih efektif, dan menjadi matang
untuk memasuki sekolah.
Di masa ini anak diharapkan untuk memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang
sangat penting (esensial) bagi persiapan, dan penyesuaian diri terhadap
kehidupan di masa dewasa.
Perkembangan psikososial merupakan
tahap perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya.Erikson menemukan
bahwa dalam tahap-tahap kehidupan setiap individu terdapat tugas-tugas
perkembangan penting yang perlu diselesaikan dengan baik. Keberhasilan individu dalam menyelesaikan suatu
tugas perkembangan awal akan menjadi dasar tugas perkembangan selanjutnya,
sehingga kemungkinan individu untuk dapat menyelesaikan tugas berikutnya akan
lebih besar. Namun sebaliknya, kegagalan individu dalam
menyelesaikan tugas dalam suatu tahap perkembangan akan cenderung menghambat
individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan pada tahap selanjutnya. Seorang
anak harus melewati tahapan perkembangan psikososial ini secara urut dan
masing-masing tahapan harus diselesaikan dengan baik.[12]
Pada fase ini penting
bagi seorang anak yang beranjak remaja untuk memiliki pandangan bahwa diri
memiliki kemampuan untuk menguasai skill tertentu dan mampu menyelesaikan tugas
(disebut juga dengan self esteem). Anak harus sudah mulai mempelajari
keterampilan-keterampilan yang baik sesuai dengan lingkungan masyarakat mereka. Misalnya di kota
Jakarta, pada masa ini anak mulai belajar untuk membaca dan menulis. Di Alaska, anak pada
masa ini belajar untuk berburu dan menangkap ikan.
Pada masa kanak-kanak akhir, merupakan periode integrasi yang bercirikan anak harus berhadapan dengan
berbagai macam tuntutan sosial seperti hubungan kelompok, pelajaran sekolah,
konsep moral dan etika, serta
hubungan dengan dunia dewasa.Aspek-aspek penting yang dipelajari anak dari
proses sosialisasi adalah:
a). Belajar mematuhi
aturan-aturan kelompok
b). Belajar setia kawan
c). Belajar tidak
bergantung pada orang dewasa
d). Belajar bekerja sama
e). Mempelajari perilaku
yang dapat diterima oleh lingkungannya
f). Belajar menerima tanggung jawab
g). Belajar bersaing dengan
orang lain secara sehat (sportif)
h). Mempelajari olah raga dan
permainan kelompok
i). Belajarkeadilan dan demokrasi
Sebagaimana yang dikutip oleh Desmita mengidentifikasi konsep diri atas tiga
bentuk. Pertama body image, kesadaran tentang diri
tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua
ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang
mengenai dirinya. Ketiga social self, yaitu bagaimana orang lain
melihat dirinya.
Anak yang tidak populer dapat dibedakan atas dua tipe,
yaitu pertama anak-anak yang ditolak (Rejected children),
yaitu anak-anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka.Mereka
cenderung bersifat mengganggu, egois, dan mempunyai sedikit sifat-sifat positif.Kedua anak-anak yang
diabaikan (neglected children), yaitu anak yang menerima sedikit perhatian
dari teman-teman sebaya mereka, tetapi bukan berarti mereka tidak disenangi
oleh teman-teman sebaya mereka.
Pada usia ini dunia sosial anak meluas keluar dari
dunia keluarga, anak bergaul dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa
lainnya. Pada usia ini keingintahuan menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan
dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan (competence). Memendam
insting seksual sangat penting karena akan membuat anak dapat memakai energinya untuk mempelajari
teknologi dan budaya serta interaksi sosialnya. Krisis psikososial pada tahap
ini adalah antara ketekunan dengan perasaan inferior (industry–inveriority).Dari
konflik antar ketekunan dengan inferiorita, anak mengembangkan kekuatan dasar, yakni kemampuan (competency).Di
sekolah, anak banyak belajar tentang sistem, aturan, metode yang membuat suatu
pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
Menurut teori Erik Erikson, usia 6-12 tahun atau masa kanak-kanak akhir
merupakan Industry vs inferiority (tekun vs
rasa rendah diri). Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga
terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang
tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan keterampilan yang
dimilikinya. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari
orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk
berhasil. Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat
dengan pengalaman baru. Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir
kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan
keterampilan intelektual. Permasalahan
yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah
diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.[13]
Erikson yakin
bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan
anak-anak.Maksud
perkembangan sosial dalam fase ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral serta agama). Perkembangan
sosial pada anak-anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan.
Disamping dengan keluarga, dia juga membentuk ikatan baru dengan teman sebaya
(peer group) atau teman sekelas. Sehingga ruang gerak hubungan sosialnya
telah bertambah luas.
Anak
mulai memasuki masyarakat luas (pergaulan dengan
teman sepermainan (TK) dan sekolah dasar. Menurut Su’ud (dalam
Ihromi, ed.1999: 30) syarat penting untuk berlangsungnya proses sosialisasi
adalah interaksi sosial. A. Gosin (Soe’oed, dalam Ihromi, ed, 1999:
30)sosialisasi adalah proses belajar yang dialami oleh seseorang untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar dia bisa
berpartisipasi sebagai anggota dalam masyarakatnya.
Pada
usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendiri (egosentris)
kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan
teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota
kelompok (genk), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam
kelompoknya. Anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya
maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Dalam
proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat
dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang
membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan kelas dan halaman sekolah), maupun
tugas yang membutuhkan pikiran (seperti merencanakan kegiatan camping,
membuat laporan study tour). Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan
kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan prestasinya, tetapi
juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan melaksanakan tugas
keompok, peserta didik dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja
sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan tanggung jawab.
b. Perkembangan emosi
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu,
dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti
perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingun tahu akan mempengaruhi
individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan
penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan
disiplin dalam belajar.[14]
Sebaliknya apabila yang menyertai proses tersebut emosi negatif, seperti
perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan
mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya
untyuk belajar sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam
belajarnya. Mengingat hal tersebut, maka guru seyogianya mempunyai kepedulian
untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi
terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif.
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi
secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai
belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan
mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya
sangatlah berpengaruh.
Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang suasana
emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil. Akan
tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang
stabil dan kurang kontrol (seperti melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif,
mudah mengeluh, kecewa atau psimis dalam menghadapi masalah), maka perkembangan
emosi anak cenderung kurang stabil. Emosi-emosi yang secara umum di alami pada
tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati,
kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang, nikmat, atau
bahagia).
Marah karena anak diganggu ketika melakukan sesuatu atau dilarang untuk
melakukan sesuatu yang baru dan menyenangkan bagi anak sekalipun itu
membahayakan bagi dirinya sendiri. Contoh: menyalakan petasan, bermain
dipinggir jalan. Dan sekitar umur 12 tahun, anak cenderung lebih suka berkumpul
dengan teman sebayanya, dan bisa juga disebut dalam masa children gangs. Yang
sangat suka keaktifan-keaktifan anak yang tergabung dalam kelompok anak-anak,
antara lain berbicara bersama, menonton pertandingan olahraga bersama, dan
sebagainya.
c. Perkembangan moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baik buruk)
pertama kali dari linglkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak
mengerti konsep moral ini, akan tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha
menanamkan konsep moral sejak usia dini (pra sekolah) merupakan hal yang
seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai benar salah atau
baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.
Dalam usia ini kadang terjadi, bahwa sesuatu yang dilarang oleh orang tua
pada hari ini, besok atau lusa sudah dilupakan oleh anak. Jadi, hendaknya
jangan diharapkan oleh orang tua, bahwa anak tidak akan melakukan sesuatu hal
lagi, setelah pernah satu kali dilarang melakukannya. Anak kecil menganggap
suatu perbuatan itu benar atau salah, sesuai dengan akibat dari pada perbuatan
itu baginya. Anak belum dapat mengerti mengapa dan untuk apa dia harus
mengerjakan suatu hal, ataupun tidak boleh mengerjakannya. Walaupun anak tidak
mengerti, mengapa sebenarnya suatu tindakan dikatakan benar dan yang lain
dikatakan salah, akan tetapi dia mengetahui adanya dua macam tindakan ini, dan
dia mendasarkan konsep-konsep moralnya pada pengetahuan ini, yang akan menjadi
pembimbing bagi tingkah lakunya di kemudian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan
dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat
memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah
dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar salah atau
baik buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal,
berdusta,dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau
buruk.sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan
guru merupakan seorang yang benar dan baik.
C. Kesimpulan
1.
Perkembangan fisik masa kanak-kanak akhir ditandai dengan kepala masih terlampau besar dibandingkan
dengan bagian tubuh lainnya, bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar
dan merata, bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih
membentuk, badan memanjang dan lebih langsing, leher menjadi panjang, dada
melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memanjang meskipun kelihatanya
kurus dan tidak berbentuk karena otot-otot belum berkembang, tangan dan kaki
dengan lambat tumbuh membesar dan kuat, kepala dan wajah anak laki-laki tumbuh
lebih besar dari pada anak perempuan, dan lain sebagainya.
2. Perkembangan
kognitif merupakan perkembangan pengetahuan intelektualnya atau akademisnya,
dan hal ini di tandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiakan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka
atau bilangan.
3. Dalam perkembangan psikososial masa kanak-kanak akhir,
anak belajar mencoba bereksperimen,bereksplorasi, yang
distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidiki dan rasa
ingin tahu yang besar.Anak mulai belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Menyesuaikan diri dengan teman sepermainannya dan membuat kelompok dalam
berorganisasi. Mulai bisa melakukan hal-hal kecil (seperti berpakaian, makan) secara mandiri.
DAFTAR RUJUKAN
Dahlan, Djawad. 2006. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Erlangga.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung :PT.Remaja
Rosdakarya.
Soesilowindradini. 2005. Psikologi
Perkembangan Masa Remaja.Surabaya:PT.Usaha Nasional.
Hurlock, Elizabeth. B. 1980. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan.Jakarta:Airlangga.
Monks, F.J.2004. Psikologi Perkembangan.Jogjakarta:PT. Gaja Mada University
Press.
Mussen, Paul Henry. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Yuwono, Triso. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Arkola.
http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/perkembangan-psikososial-pada-masa-anak.html, di akses tanggal 23 November 2012.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2102731-teori-perkembangan-psikososial-erik-erikson/#ixzz2D60Yo4FM, di akses tanggal 14 Oktober
2012.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2102731-teori-perkembangan-psikososial-erik-erikson/,
di akses tanggal 19 November 2012.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg62ZpAnykpB5dAm4TOMqMvVQ2sJ0jw78HUTlJRUEXKazDyGHtwF3dTWRVoc2adTZ9LpebY7d31PQyS4p3P1a___S9tXGdrFM6DX6xX5oLcnVb_O-qoDlqchfkYAsebw3FRjIPNhQ3sEbjl/s320/images+%25282%2529.jpg, di akses tanggal 19 November 2012.
[1]Desmita.
psikologi perkembangan.PT.Remaja Rosdakarya.Bandung:2005 hal: 154-155
[2]
Dra.soesilowindradini.Psikologi Perkembangan Masa Remaja.PT.Usaha
Nasional.Surabaya:2005
[3]
Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan,suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan.Airlangga. Jakarta:1980
[4]Desmita. psikologi perkembangan.PT.Remaja
Rosdakarya.Bandung:2005 hal 154-155
[5] F.J Monks.Psikologi Perkembangan.PT.Gaja
mada university press.Jogjakarta:2004 hal176.
[6] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi
Perkembangan,suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.Airlangga. Jakarta:1980
[7]Desmita. psikologi perkembangan.PT.Remaja
Rosdakarya.Bandung:2005 hal 154-155
[8]Triso Yuwono, Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, (Surabaya: Arkola), hlm. 313
[9]Paul Henry Mussen, Perkembangan dan
Kepribadian Anak, (Jakarta: Erlangga), hlm. 194
[10]ibid
[11]Djawad Dahlan, Psikologi Perkembangan Anak
& Remaja, 2006, (Bandung: Remaja Rosdakarya), hlm. 178
[12]http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/perkembangan-psikososial-pada-masa-anak.html, di akses tanggal 23 November 2012.
[13]http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2102731-teori-perkembangan-psikososial-erik-erikson/,
di akses tanggal 19 November 2012.
[14]http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2102731-teori-perkembangan-psikososial-erik-erikson/#ixzz2D60Yo4FM, di akses tanggal 14 Oktober 2012.
0 komentar:
Posting Komentar