Senin, 04 Mei 2015

Makalah Psikologi Perkembangan





PERKEMBANGAN PERIODE KANAK-KANAK AKHIR
(USIA 6-11 TAHUN)

                                                             
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Semua makhluk hidup selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan sangat penting bagi makhluk hidup. Misalnya pada manusia, dengan tumbuh dan berkembang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melestarikan keturunannya. Sewaktu masih bayi, balita, dan anak kecil, manusia memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah sehingga mudah terserang penyakit. Akan tetapi, setelah tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, daya tahan tubuhnya semakin kuat sehingga kelangsungan hidupnya lebih terjamin.
Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup khususnya manusia mempunyai beberapa fase tahapan yang berbeda-beda. Mulai dari lahir, bayi, balita, anak kecil, remaja, dewasa, dan tua. Dan dalam hal ini penulis akan mengkaji lebih dalam tahapan perkembangan kanak-kanak periode akhir yaitu pada usia 6-11 tahun, mulai dari perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perkembangan fisik periode kanak-kanak akhir ?
b. Bagaimana perkembangan kognitif periode kanak-kanak akhir ?
c. Bagaimana perkembangan psikososial periode kanak-kanak akhir ?
3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui perkembangan fisik periode kanak-kanak akhir
b. Untuk mengetahui perkembangan kognitif periode kanak-kanak akhir
c. Untuk mengetahui perkembangan psikososial periode kanak-kanak akhir


B. PEMBAHASAN
1. Perkembangan Fisik Periode Kanak-kanak Akhir
Masa akhir kanak-kanak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan pubertas,kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual.Permulaan akhir pada masa kanak-kanak di tandai dengan masuknya anak ke kelas satu, suatu hal yang wajib untuk anak berusia enam tahun adalah bagi sebagian besar anak perubahan ini terletak dalam pola kehidupan anak.
Selama setahun atau dua tahun terakhir dari masa kanak-kanak terjadi perubahan fisik yang menonjol dan hal ini juga akan mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku dengan menjelang berakhirnya periode ini dan anak mempersiapkan diri secara fisik dan psikologis untuk memasuki masa remaja. Perubahan fisik terjadi menjelang berakhirnya masa kanak-kanak menimbulkan keadaan tidak seimbang dimana pola kehidupan yang sudah terbiasa menjadi terganggu sampai tercapainya penyesuaian diri terhadap perubahan ini.[1]
Tiba akhir masa kanak-kanak dapat secara tepat diketahui, tetapi orang tidak mengetahui secara tepat kapan periode ini berakhir karena kematangan seksual yaitu kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa kanak-kanak dengan masa remaja timbulnya tidak selalau pada usia yang sama. Ini disebabkan perbedaan dalam kematangan seksual anak laki-laki dan perempuan.Demikian, ada anak yang mengalami masa kanak-kanak yang lebih lama dan ada pula yang lebih singkat.Bagi rata-rata anak perempuan Amerika masa akhir masa kanak-kanak berlangsung antara enam sampai tiga belas tahun, suatu rentang waktu tujuh tahun, bagi anak laki-laki berlangsung antara enam sampai enam belas tahun, rentang waktu delapan tahun.[2]
Akhir masa kanak-kanak merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun sebelum anak secara seksual menjadi matang pada saat dimana pertumbuhan berkembang secara pesat. Pertumbuhan fisik mengikuti pola yang dapat diramalkan meskipun sejumlah perbedaan dapat terjadi.Hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti. Berikut akan di jelaskan beberapa aspek dari pertumbuhan fisik yang terjadi selama akhir masa kanak-kanak, di antaranya keadaan bentuk tubuh,berat badan,tinggi badan, dan bentuk organ, kesehatan, dan Motorik.[3]
a. Bentuk Tubuh
Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi,berat badan dalam masa akhir kanak-kanak.Anak yang memiliki bentuk tubuh ideal, tubuh yang panjangnya langsing, dapat diharapkan tidak seberat anak yang mempunyai tubuh lebih berat dari rata-rata.
Berikut ini adalah perkembangan fisik pada akhir masa kanak-kanak,diantaranya:
1). Tinggi dan berat badan
Pertumbuhan tinggi badan dalam masa ini agak lambat,dari pada waktu sebelumnya. Kenaikan tinggi pertahun pada masa akhir kanak-kanak adalah 2 sampai 3 inci atau sampai umur 12 tahun anak bertambah panjang 5 cm sampai 6 cm tiap tahunnya. Rata-rata anak perempuan pada masa ini mempunyai tinggi badan 58 inci dan anak laki-laki tingginya sekitar 57,5 inci. Tetapi umur 10 tahun dapat dilihat bahwa anak laki-laki agak lebih besar sedikit dari pada anak wanita, sesudah itu maka anak wanita lebih unggul dalam panjang badan,tetapi sesudah umur 15 tahun anak laki-laki mengejarnya dan tetap unggul dari pada anak wanita.
Perkembangan berat badan masa kanak-kanak akhir kenaikan berat lebih bervariasi dari pada kenaikan tinggi, berkisar antara 3 sampai 5 pon per tahun. Rata-rata anak  perempuan sebelas tahun mempunyai berat badan 88,5 pon dan sedangkan anak laki-laki berat badannya mencapai 85,5 pon.Berat badan anak bertambah lebih berat dari pada panjang badannya.Pada akhir periode ini di kemukakan lebih banyak perbedaan individual di antara anak-anak tetapi sekarang nampak lebih banyak perbedaan fisik yang khas dari pada dulu.[4]

2). Organ Tubuh
Perkembangan fisik berlanjut lambat. Umur 6 tahun, otak telah mencapai 90% ukuran otak orang dewasa. Umur 6-8 tahun, anak perempuan terlihat lebih pendek daripada anak laki-laki. Perkembangan organ tubuh pada masa kanak-kanak akhir diantaranya kepala masih terlampau besar dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya, bertambah besarnya mulut dan rahang. dahi melebar dan merata, bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih membentuk, badan memanjang dan lebih langsing,leher menjadi panjang, dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memanjang meskipun kelihatanya kurus dan tidak berbentuk karena otot-otot belum berkembang, tangan dan kaki dengan lambat tumbuh membesar, kepala dan wajah anak laki-laki tumbuh lebih besar dari pada anak perempuan, kekuatan badan dan kekuatan tangan anak laki-laki bertambah kuat, dan lain sebagainya.[5]

Perbandinagn tubuh yang kurang baik yang sangat mencolok pada akhir masa kanak-kanak menyebabkan meningkatnya kesederhanaan pada saat itu.Di samping itu, kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kecenderungan untuk berpakaian seperti teman-teman tanpamemperdulikan pantas atau tidaknya, juga menambah kesederhanaan.

3). Kesehatan dan Gizi
Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang paling baik dalam pertumbuhanfisik pada masa akhir kanak-kanak. Semakin baik kesehatan dan gizi anak cenderung akan semakin besar dari usia ke usia  dibandingkan dengan anak yang kesehatan dan gizinya buruk. Anak yang di beri imunisasi terhadap penyakit selama awal masa kanak-kanak tumbuh lebih besar dari pada anak yang tidak di beri imunisasi. Berikut perkembangan kesehatan anak-anak pada usia 6-11 yaitu:[6]
a).   Gigi pada usia ini umumnya, seorang anak sudah mempunyai duapuluh gigi tetap
b).   Anak laki-laki cenderung lebih pendek dan lebih ringan dari pada anak perempuan seusianya, sampai ia juga secara seksual menjadi matang
c).   Pertumbunah gigi anak perempuan juga lebih sedikit dari pada anak laki-laki
d).   Kesehatan dan keseimbangan badannya relatif berkembang baik.

Anak yang tenang tumbuh lebih cepat di banding anak yang mengalami gangguan emosional, meskipun gangguan emosional lebih banyak mempengaruhi berat dan tinggi anak.Anak cerdas cenderung lebih tinggi dan lebih berat di banding anak yang tinggi kecerdasanya rata-rata atau di bawah rata-rata.


4). Motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka selama masa kanak-kanak akhir perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak, berikut ini akan kami paparkan tentang perkembangan motorik anak yaitu:[7]
a).  Anak-anak lebih cepat berlari dan makin pandai meloncat
b).  Anak mampu menjaga keseimbangan badannya
c).   Usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan (membidik,menyepak, melempar, dan menangkap)
d).  Usia 7 tahun, tangan anak lebih kuat dan lebih menyukai pensil dari pada krayon untuk melukis
e).  Usia 8 tahun anak sudah bisa menulis dengan rapi
f).    Usia 10 tahun, anak mulai memperlihatkan ketrampilanmanipulatif menyerupai kemampuan orang dewasa
g).   Mulai memperlihatkan gerakan rumit,komplek dan cepat yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang bermutu bagus
h).   Melakukan permainan aktivitas fisik (petak umpet,berenang, permainan hoki).

Perkembangan fisik pada periode ini berjalan lambat dan relatif seragam.Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi dan berat badan anak, yang biasanya dipengaruhi oleh faktor genetik, kesehatan, gizi, dan perbedaan seks atau kelamin.Dan tidak bisa dipungkiri bahwa pada masa ini anak suka ceroboh dalam memilih makanan yang sehat, dan masih gesit untuk hujan-hujanan sehingga penyakit-penyakit mudah sekali datang.
2. Perkembangan Kognitif Periode Kanak-kanak Akhir
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, makna kognisi merupakan proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang.[8] Sedangkan kognitif merupakan sifat dari kognisi. Dalam kamus bahasa Inggris cognition, yang berarti kesadaran, pengertian, dan pengamatan.
Dalam bukunya Paul Henry Muhsin, dan kawan-kawan yang diterjemahkan oleh dr. Meitasari Tjandrasa tentang Perkembangan dan Kepribadian anak dijelaskan kognisi merupakan konsep yang luas dan inklusif yang berhubungan dengan kegiatan mental dalam memperoleh, mengolah, mengorganisasi, dan menggunakan pengetahuan. Proses utama yang termasuk di dalam istilah kognisi mencakup mendeteksi, menginterpretasi, mengklasifikasi, dan mengingat informasi, mengevaluasi gagasan, menyaring prinsip, dan menarik kesimpulan dari aturan, membayangkan kemungkinan, mengatur strategi, berfantasi, dan bermimpi.[9]
Perkembangan kognitif ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungannya. Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep, memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide menggunakan pola-pola berfikir formal.Untuk mempermudah penerapannya kita dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut:[10]
a. Perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
b.  Tujuan kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan kognitif, bahasa, dan motorik dengan interaksi sosial yang berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan.
c. Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik dengan guru sebagai fasillitator.
d.  Mengefektifkan mengajar dengan cara mengutamakan program pendidikan yang berupa pengetahuan-pengetahuan terpadu.

Usia 6-12 tahunyang termasuk pada perkembangan masa pertengahanmemiliki fase-fase yang unik dalam perkembangan yang menggambarkan peristiwa penting bagi anak/siswa yang bersangkutan. Pada usia sekolah Dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kmampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung). Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan (berkhayal), sedangkan pada usia SD daya pikirnya sudah berkembang ke arah berpikir konkret dan rasional (dapat diterima akal). Pieget menamakannya sebagai masa operasi konkret, masa berakhirnya berpikir khayal dan mulai berpikir konkret (berkaitan dengan dunia nyata).[11]
Periode ini di tandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiakan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka) seperti menambah, mengurangi, mangalikan, dan membagi. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana. Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Di samping itu, anak juga diberikan pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya. Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang di alaminya maupun peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Misalnya, yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah, pergaulan yang baik dengan teman sebaya atau orang lain, dan sebagainya.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah dalam hal ini guru seyogianya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya atau dijelaskan guru, membuat karangan, menyusun laporan (hasil belajar diskusi kelompok).       
Perkembangan bahasa pada masa ini berlangsung secara dinamis. Dilihat dari cara siswa berkomunikasi menunjukkan bahwa mereka sudah mampu menggunakan bahasa yang halus, dan dalam usia ini anak sudah mulai berfikir dalam menggunakan kata-kata. Pada kelas tinggi gaya bicara sudah mulai bergeser dari gaya bicara egosentris ke gaya bicara sosial. Pada kelas rendah sudah mampu membaca kata-kata penggunaan kalimat tidak lengkap.
Untuk anak 6-12 tahun, perkembangan kognitifnya sangat berkaitan dengan kemampuan akademis yang dipelajari di sekolah.Akan tetapi kemampuan kognitif bisa menjadi lebih optimal apabila otak kanan anak mendapat stimulasi. Anak yang memiliki fungsi otak seimbang akan lebih responsif, kreatif, dan fleksibel.
Sebelum menstimulasi kognisi anak, orang tua harus mengetahui terlebih dulu perkembangan kognitifnya sesuai usia. Misalnya, untuk anak balita perkembangan kognitifnya berkaitan dengan perkembangan berbagai konsep dasar seperti mengenal bau, warna, huruf, angka, serta pengetahuan umum yang akrab dengan kehidupan sehari-harinya.Disamping itu perkembangan kognitif berkaitan erat dengan perkembangan bahasa.
Kegiatan-kegiatan tersebut sangat baik jika divariasikan dengan berbagai kegiatan, seperti membuat kerajinan tangan atau permainan yang menarik.Kegiatan yang bisa dilakukan oleh anak usia6-12 tahun antara lain:
a.     Ketika mempelajari berbagai kemampuan akademis, guru dan orang tua hendaknya memperhatikan kondisi anak.Misal, saat anak sudah terlihat bosan seharusnya secara otomatis materi yang disampaikan pada anak diselingi dengan permainan atau hal jenaka yang bisa membuat anak tertantang dan gembira. Dan sebaiknya tetap pada konteks pembicaraan atau pembahasan.
b.    Stimulasi otak kanan untuk menstimulasi kemampuan kognitif dapat dilakukan melalui kegiatan musikdanmovement (gerak dan lagu) atau dengan memainkan alat musik tertentu.Bisa juga dengan melakukan kegiatan drama.
3.  Perkembangan Psikososial Periode Kanak-kanak Akhir
a. Perkembangan Sosial
Masa kanak-kanak akhir terjadi pada usia 6-7 tahun sampai kurang lebih 12-13 tahun. Periode ini dimulai setelah anak melewati masa degil, di mana proses sosialisasi telah dapat berlangsung lebih efektif, dan menjadi matang untuk memasuki sekolah. Di masa ini anak diharapkan untuk memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting (esensial) bagi persiapan, dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa.
Perkembangan psikososial merupakan tahap perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya.Erikson menemukan bahwa dalam tahap-tahap kehidupan setiap individu terdapat tugas-tugas perkembangan penting yang perlu diselesaikan dengan baik. Keberhasilan individu dalam menyelesaikan suatu tugas perkembangan awal akan menjadi dasar tugas perkembangan selanjutnya, sehingga kemungkinan individu untuk dapat menyelesaikan tugas berikutnya akan lebih besar. Namun sebaliknya, kegagalan individu dalam menyelesaikan tugas dalam suatu tahap perkembangan akan cenderung menghambat individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan pada tahap selanjutnya. Seorang anak harus melewati tahapan perkembangan psikososial ini secara urut dan masing-masing tahapan harus diselesaikan dengan baik.[12]
Pada fase ini penting bagi seorang anak yang beranjak remaja untuk memiliki pandangan bahwa diri memiliki kemampuan untuk menguasai skill tertentu dan mampu menyelesaikan tugas (disebut juga dengan self esteem). Anak harus sudah mulai mempelajari keterampilan-keterampilan yang baik sesuai dengan lingkungan masyarakat mereka. Misalnya di kota Jakarta, pada masa ini anak mulai belajar untuk membaca dan menulis. Di Alaska, anak pada masa ini belajar untuk berburu dan menangkap ikan.
Pada masa kanak-kanak akhir, merupakan periode integrasi yang bercirikan anak  harus berhadapan dengan berbagai macam tuntutan sosial seperti hubungan kelompok, pelajaran sekolah, konsep moral dan etikaserta hubungan dengan dunia dewasa.Aspek-aspek penting yang dipelajari anak dari proses sosialisasi adalah:
a). Belajar mematuhi aturan-aturan kelompok
b). Belajar setia kawan
c). Belajar tidak bergantung pada orang dewasa
d). Belajar bekerja sama
e). Mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya
f). Belajar menerima tanggung jawab
g). Belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif)
h). Mempelajari olah raga dan permainan kelompok
i).  Belajarkeadilan dan demokrasi
Sebagaimana yang dikutip oleh Desmita mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk. Pertama body image, kesadaran tentang diri tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Anak yang tidak populer dapat dibedakan atas dua tipe, yaitu pertama anak-anak yang ditolak (Rejected children), yaitu anak-anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka.Mereka cenderung bersifat mengganggu, egois, dan mempunyai sedikit sifat-sifat positif.Kedua anak-anak yang diabaikan (neglected children), yaitu anak yang menerima sedikit perhatian dari teman-teman sebaya mereka, tetapi bukan berarti mereka tidak disenangi oleh teman-teman sebaya mereka.
Pada usia ini dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak bergaul dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada usia ini keingintahuan menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan (competence). Memendam insting seksual sangat penting karena akan membuat anak dapat memakai energinya untuk mempelajari teknologi dan budaya serta interaksi sosialnya. Krisis psikososial pada tahap ini adalah antara ketekunan dengan perasaan inferior (industry–inveriority).Dari konflik antar ketekunan dengan inferiorita, anak mengembangkan kekuatan dasar, yakni kemampuan (competency).Di sekolah, anak banyak belajar tentang sistem, aturan, metode yang membuat suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. 
Menurut teori Erik Erikson, usia 6-12 tahun atau masa kanak-kanak akhir merupakan Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri). Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan keterampilan yang dimilikinya. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil. Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman baru. Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.[13]
Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.Maksud perkembangan sosial dalam fase ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral serta agama). Perkembangan sosial pada anak-anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan. Disamping dengan keluarga, dia juga membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas. Sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.
Anak mulai memasuki masyarakat luas (pergaulan dengan teman sepermainan (TK) dan sekolah dasar. Menurut Suud (dalam Ihromi, ed.1999: 30) syarat penting untuk berlangsungnya proses sosialisasi adalah interaksi sosial. A. Gosin (Soe’oed, dalam Ihromi, ed, 1999: 30)sosialisasi adalah proses belajar yang dialami oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar dia bisa berpartisipasi sebagai anggota dalam masyarakatnya.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (genk), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya. Anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan kelas dan halaman sekolah), maupun tugas yang membutuhkan pikiran (seperti merencanakan kegiatan camping, membuat laporan study tour). Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan prestasinya, tetapi juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan melaksanakan tugas keompok, peserta didik dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan tanggung jawab.
b. Perkembangan emosi
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingun tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar.[14]
Sebaliknya apabila yang menyertai proses tersebut emosi negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untyuk belajar sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya. Mengingat hal tersebut, maka guru seyogianya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif.
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh.
Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil dan kurang kontrol (seperti melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah mengeluh, kecewa atau psimis dalam menghadapi masalah), maka perkembangan emosi anak cenderung kurang stabil. Emosi-emosi yang secara umum di alami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang, nikmat, atau bahagia).
Marah karena anak diganggu ketika melakukan sesuatu atau dilarang untuk melakukan sesuatu yang baru dan menyenangkan bagi anak sekalipun itu membahayakan bagi dirinya sendiri. Contoh: menyalakan petasan, bermain dipinggir jalan. Dan sekitar umur 12 tahun, anak cenderung lebih suka berkumpul dengan teman sebayanya, dan bisa juga disebut dalam masa children gangs. Yang sangat suka keaktifan-keaktifan anak yang tergabung dalam kelompok anak-anak, antara lain berbicara bersama, menonton pertandingan olahraga bersama, dan sebagainya.
c. Perkembangan moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baik buruk) pertama kali dari linglkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, akan tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini (pra sekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai benar salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.
Dalam usia ini kadang terjadi, bahwa sesuatu yang dilarang oleh orang tua pada hari ini, besok atau lusa sudah dilupakan oleh anak. Jadi, hendaknya jangan diharapkan oleh orang tua, bahwa anak tidak akan melakukan sesuatu hal lagi, setelah pernah satu kali dilarang melakukannya. Anak kecil menganggap suatu perbuatan itu benar atau salah, sesuai dengan akibat dari pada perbuatan itu baginya. Anak belum dapat mengerti mengapa dan untuk apa dia harus mengerjakan suatu hal, ataupun tidak boleh mengerjakannya. Walaupun anak tidak mengerti, mengapa sebenarnya suatu tindakan dikatakan benar dan yang lain dikatakan salah, akan tetapi dia mengetahui adanya dua macam tindakan ini, dan dia mendasarkan konsep-konsep moralnya pada pengetahuan ini, yang akan menjadi pembimbing bagi tingkah lakunya di kemudian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar salah atau baik buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta,dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk.sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan seorang yang benar dan baik.   





C. Kesimpulan
1. Perkembangan fisik masa kanak-kanak akhir ditandai dengan kepala masih terlampau besar dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya, bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan merata, bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih membentuk, badan memanjang dan lebih langsing, leher menjadi panjang, dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memanjang meskipun kelihatanya kurus dan tidak berbentuk karena otot-otot belum berkembang, tangan dan kaki dengan lambat tumbuh membesar dan kuat, kepala dan wajah anak laki-laki tumbuh lebih besar dari pada anak perempuan, dan lain sebagainya.
2.  Perkembangan kognitif merupakan perkembangan pengetahuan intelektualnya atau akademisnya, dan hal ini di tandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiakan  (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan.
3. Dalam perkembangan psikososial masa kanak-kanak akhir, anak belajar mencoba bereksperimen,bereksplorasi, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidiki dan rasa ingin tahu yang besar.Anak mulai belajar menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menyesuaikan diri dengan teman sepermainannya dan membuat kelompok dalam berorganisasi. Mulai bisa melakukan hal-hal kecil (seperti berpakaian, makan) secara mandiri.




    





DAFTAR RUJUKAN


Dahlan, Djawad. 2006. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Erlangga.
Desmita. 2005.  Psikologi Perkembangan. Bandung :PT.Remaja Rosdakarya.
Soesilowindradini. 2005. Psikologi Perkembangan Masa Remaja.Surabaya:PT.Usaha Nasional.
Hurlock, Elizabeth. B. 1980. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta:Airlangga.
Monks, F.J.2004. Psikologi Perkembangan.Jogjakarta:PT. Gaja Mada University Press.
Mussen, Paul Henry. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yuwono, Triso. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Arkola.


[1]Desmita. psikologi perkembangan.PT.Remaja Rosdakarya.Bandung:2005 hal: 154-155
[2] Dra.soesilowindradini.Psikologi Perkembangan Masa Remaja.PT.Usaha Nasional.Surabaya:2005
[3] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan,suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.Airlangga. Jakarta:1980
[4]Desmita. psikologi perkembangan.PT.Remaja Rosdakarya.Bandung:2005 hal 154-155
[5] F.J Monks.Psikologi Perkembangan.PT.Gaja mada university press.Jogjakarta:2004 hal176.
[6] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan,suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.Airlangga. Jakarta:1980
[7]Desmita. psikologi perkembangan.PT.Remaja Rosdakarya.Bandung:2005 hal 154-155
[8]Triso Yuwono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Arkola), hlm. 313
[9]Paul Henry Mussen, Perkembangan dan Kepribadian Anak, (Jakarta: Erlangga), hlm. 194
[10]ibid
[11]Djawad Dahlan, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, 2006, (Bandung: Remaja Rosdakarya), hlm. 178

0 komentar:

Posting Komentar