Senin, 13 April 2015

MAKALAH STUDI AGAMA-AGAMA


Agama Hindu

BAB I
  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan agama Hindu tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus di India, dan di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Arya (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut.
Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Arya sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Arya bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Arya merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.
B.     Rumusan Masalah 
1.      Bagaimana situasi dan kondisi alam India?
2.      Bagaimana sejarah adanya Agama Hindu ?
3.      Bagaimana perkembangan Agama Hindu?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui situasi dan kondisi alam India.
2.      Untuk mengetahui sejarah adanya Agama Hindu.
3.      Untuk mengetahui perkembangan Agama Hindu.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Situasi dan Kondisi Alam India
Dalam memahami agama Hindu terlebih dahulu mengetahui keadaan bumi dan alam India, tempat orang-orang India hidup dan berkarya karena telah kita ketahui bahwasanya agama Hindu berawal dari India.
1.      Bumi India
India dipisahkan dari bagian-bagian Asia yang lain oleh bukit-bukit yang tinggi dan terjal, yaitu bagian barat oleh tanah pegunungan Hindu Kush, di bagian utaraoleh bukit-bukit dari pegunungan Himalaya dan di sebelah timur oleh tanah pegunungan yang memisahkan India dari Birma. Pegunungan Windhya, yang membujur dari barat ke timur, membagi India menjadi dua bagian yaitu India Utara dan India Selatan.
India Utara memiliki dua daerah lembah sungai yang luas dan subur, tempat kekayaan yang melimpah dan tempat kerajaan-kerajaan yang besar dan berkembang yaitu lembah sungai Indus atau Shindu di sebelah barat, dan lembah sungai gangga di tengan dan timur. Kedua lembah ini dipisahkan oleh padang pasir Thar atau Rajasthan dan dataran tinggi Kuruksetra, yang pada zaman kuno merupakan medan pertempuran bangsa-bangsa yang ingin merebut atau mempertahankan India.
India Selatan terdiri dari tanah pegunungan Windhya di sebelah utara dan lembah pantai di sebelah timur, selatan dan barat, sedangkan di tengah-tengahnya terdapat suatu dataran tinggi Dekhan yang sukar sekali dimasuki dan sebagiannya merupakan daerah yang kering. Di sebelah barat,tanah datar ini dibatasi oleh jajaran bukit-bukit, dan demikian juga disebelah timur, pegunungan di sebelah barat lebih tinggi dari pada yang sebelah timur, sehingga kebanyakan sungainya mengalir ke timur dan hanya ada dua sungai yang mengalir ke barat. Daerah pantai mewujudkan daerah yang luas dan subur dengan banyak kota dagangnya.


2.      Penduduk India
Penduduk tertua dari India tergolong bangsa Negrito, yang kemudian bercampur dengan bangsa-bangsa yang mendatangi India. Maka bangsa India sekarang ini adalah campuran dari semua bangsa itu. Diantara bangsa-bangsa yang memasuki bangsa India dan pengaruhnya besar sekali atas kebangsaan India ialah bangsa Dravida, yang masuk ke India pada 3000 SM, dan bangsa Arya (Indo German) yang datang dari Eropa antara tahun 2000 sampai 1000 SM. Bangsa Dravida tersebar di seluruh India, tetapi mereka didesak oleh bangsa Arya, dan hal tersebut tidak membuat mereka pergi dari India Utara bahkan mereka bercampur dengan bangsa Arya.
3.      Peradaban Dravida dan Peradaban Arya
Dari penggalian tanah di Mohenjo Daro dan Harappa dapat diketahui bahwa bangsa Dravida itu adalah bangsa yang sudah memiliki peradaban yang tinggi. Penggalian tanah itu menunjukkan bahwa:
a.       Masyarakat mereka bersifat matriarkat (adat kuasa ibu) dan tidak mengenal kasta-kasta.
b.      Mengenai agamanya dapat diketahui bahwa mereka menyembah kepada seorang dewi yang tertinggi, yang dianggap sebagai ibu alam. Selain dari mereka juga menyembah kepada binatang-binatang, umpamanya ular, lembu, dan sebagainya.
Bila dibandingkan dengan peradaban Sindh, peradaban Arya itu belum dapat dikatakan tinggi. Pada hakikatnya bangsa Arya adalah bangsa peternak. Baru ketika mereka sudah menetap di India, mereka belajar bercocok tanam dari bangsa Drawida, sehingga lambat laun mereka juga menjadi petani. Sebaliknya, mereka adalah bangsa pandai berperang. Hal ini disebabkan karena hidup mereka mengembara.
Di dalam tulisan-tulisan Hinduistis yang tertua, unsur  aryalah yang sangat besar pengaruhnya. Hal itu karena tulisan-tulisan itu berasal dari zaman ketika bangsa Arya memasuki India sebagai pemenang perang. Di dalam tulisan-tulisan yang lebih kemudian kita dapati lebih banyak pengaruh dari kebudayaan pra-Arya, yang lebih tinggi tingkatnya daripada kebudayaan Arya, yang lebih tinggi tingkatnya daripada kebudayaan Arya.[1]

B.     Sejarah Agama Hindu
Agama Hindu merupakan agama thabi’i atau alam atau yang biasa dikenal dengan agama bumi, karena agama hindu belum diketahui dengan pasti siapa pendirinya dan bisa dikatakan bahwa agama hindu adalah suatu bidang keagamaan dan kebudayaan yang meliputi zaman kira-kira 1500 SM sampai sekarang.[2]
Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi dan merupakan kumpulan adat-istiadat dan kedudukan yang timbul dari hasil penyusunan bangsa Arya terhadap kehidupan mereka yang terjadi pada satu generasi ke generasi yang lain sesudah mereka datang berpindah ke India dan menundukkan penduduk aslinya yaitu bangsa Dravida, serta membentuk suatu masyarakat  sendiri di luar pengaruh penduduk asli India. Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa asas agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah mengalami perubahan dari hasil percampuran mereka dengan bangsa-bangsa lain.[3]

C.    Masa Perkembangan Agama Hindu
a)      Agama Hindu Masa 1500 SM-500 SM
1.      Masa Agama Weda
Keagamaan orang Hindu pada masa ini didasarkan pada kitab-kitab yang disebut Weda Samhita, yang berarti pengumpulan Weda. Kata Weda berasal dari kata “wid” yang berarti “tahu”, menurut tradisi Hindu kitab Weda ini merupakan buah ciptaan Dewa Brahma  yang diwahyukan kepada para resi atau para pendeta dalam bentuk mantra-mantra yang kemudian disusun sebagai pujian-pujian oleh para resi sebagai pernyataan rasa hati.
Pada masa Bangsa Arya memasuki India, mereka telah memiliki kitab Weda dan menyusun serta membukukannya menjadi empat bukuan atau Samhita (pengumpulan). Keempat Samhita tersebut diantaranya adalah:
a.       Rig Weda, berisi mantera-mantera dalam bentuk nyanyian-nyanyian yang digunakan ketika mengundang para dewa agar hadir pada upacara-upacara korban, yang dipersembahkan kepada para dewa dan para pendeta yang melantunkannya disebut Hor. Kitab ini sekaligus menjadi kitab tertua diantara empat kitab yang ada.
b.      Sama Weda, berisi hampir sama dengan kitab sebelumnya tetapi diberi titik suara atau lagu, pendeta yang melantunkannya disebut Udgatr.
c.       Yayur Weda, berisi mantra-mantra, jampi-jampi yang harus diucapkan oleh pendeta ketika sembahyang dan pujaan, atau untuk mengubah korban menjadi makanan para dewa. Para pendeta yang melantunkannya disebut Adwary.
d.      Atharwa Weda, berisi mantra-mantra dan jampi-jampi khusus untuk menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat dan sebagainya. Pendeta yang memimpinnya  disebut Atharwan.
Isi kitab Weda pada umumnya mengenai ritus (upacara keagamaan) terutama soal korban. Bermacam-macam cara korban diuraikan di dalamnya dan yang terpenting adalah korban yang menggunakan air soma (semacam minuman yang penyelenggaraannya memerlukan banyak tenaga dan biaya).  Korban-korban tersebut dipersembahkan kepada para dewa yang pada hakikatnya merupakan personifikasi dari kekuatan-kekuatan alamyang dahsyat atau yang menakutkan, seperti dewa api (Agni), dewa matahari (Surya),dewa angin (Vayu),dewa taufan (Maruta),dewa bumi (Pertiwi),dewa perang (Indra), dewa langit (Waruna), dewa perusak (Rud), dan sebagainya.
Pandangan mereka terhadap dewa-dewa tersebut tidak jauh berbeda dengan pandangan bangsa-bangsa Arya di Iran sebelum mereka masuk India. Mereka mempercayai banyak dewa (poteistik) dan satu dengan yang lainnya sama-sama tinggi kedudukannya. Pandangan mereka terhadap wujud dewa itupun masih kabur, belum ada gambaran tentang adanya satu dewa tertinggi. Hanya saja mereka mengakui adanya tata tertib alam atau kosmos yang disebut “arta” dan dipandang sebagai daya kekuatan, setiap daya kekuatan adalah dewa. Oleh karena itu arta harus dijaga kelangsungannya sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya[4].
2.      Masa Agama Brahmana
Agama Brahmana bersumber pada kitab Brahmana, yaitu bagian dari kitab Weda yang ke-2. Kitab Brahmana di tulis oleh para imam atau pendeta Brahmana dalam bentuk prosa yang berisi tentang korban karena pada saat itu merupakan zaman yang memusatkan keaktifan rohaninya kepada korban. Oleh  karena itu, kitab-kitab ini menguraikan upacara-upacara korban, membicarakan nilai-nilainya serta mencoba mencari asal-usul korban.
Pada zaman Brahmana ini memang timbul perubahan-perubahan suasana. Ciri-ciri zaman ini adalah sebagai berikut:
a.       Korban mendapat tekanan berat.
b.      Para imam Brahmana menjadi golongan yang paling berkuasa.
c.       Perkembangan kasta dan asrama.
d.      Dewa-dewa berubah perangainya.
e.       Timbulnya kitab-kitab sutra.
a).  Masalah Korban
pada zaman weda purba korban masih menjadi alat untuk mempengaruhi para dewa, agar mereka berkenan menolong manusia. Namun pada zaman itu juga sudah tampak  gejala-gejala magi, yaitu bahwa korban dipandang sebagai alat untuk memaksa para dewa menolong manusia.
b). Kasta
Agama Brahmana mengenal adanya kasta-kasta. Ada empat kasta dalam agama Hindu yang sangat dipercayai bahwa perbedaan derajat tidak dapat diubahsama sekali. Kasta tersebut diantaranya adalah:
1.      Brahma, terdiri dari golongan pendeta dan ulama-ulama.
2.      Ksatria, terdiri dari golongan perwira bala tentara dan pegawai negeri.
3.      Waisya, terdiri dari kaum buruh tani dan saudagar.
4.      Sudra, terdiri dari hamba sahaya dan orang-orang yang mengerjakan pekerjaan hina.
Dalam catatan kitab Rigweda disebutkan sesungguhnya kasta-kasta itu timbul dari anggota tubuh purusa ciptaan dunia. Dikatakan bahwa ada seorang laki-laki yang azali dan  besar, memiliki seribu kepala, mata dan kakinya menutupi bumi, bahkan masih menonjol sepuluh dim. Purusa adalah segala yang ada dan yang akan ada dan disebut sebagai dewa yang tidak akan mati,  seperempat badannya  adalah makhluk yang makan dan tidak makan, tiga perempat lainnya merupakan makhluk abadi di langit. Para dewa melakukan persembahan korban dengan purusa ini, ketika ia di potong-potong, mulutnya menjadi Brahmana, lengannya m muncul menjadi Ksatria, pahanya menjadi Waisya, dan dari kakinya muncul Sudra, matanya menjadi Matahari, nafasnya menjadi Angin, dari telinganya terjadi mata angin, dan seterusnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa timbulnya kasta dikarenakan terjadinya benturan antara bangsa Arya (pendatang) dengan penduduk Dravida (penduduk asli India). Semula bangsa Arya berusaha untuk tidak bercampur darah (asimilasi) dengan penduduk asli, karena mereka merasa lebih tinggi dari pada penduduk Dravida. Tetapi karena akibat terjadi peperangan dan beberapa suku kekurangan istri sehingga terpaksa mereka kawin dengan suku pribumi, itulah sebabnya keturunan mereka di kemudian hari dianggap lebih rendah status sosialnya dibanding dengan keturunan asli suku India.
 Demikianlah keturunan mereka telah menimbulkan kelas antara bangsa Arya dan bangsa Dravida, yaitu orang-orang yang berdarah campuran. Perkembangan seperti ini kemudian menimbulkan adanya empat kasta dalam agama Hindu.
c). Asrama
Asrama merupakan tingkatan hidup, dalam agama Brahmana disebutkan adanya empat tingkatan hidup yang harus diakui oleh setiap penganutnya. Sebelum memasuki tingkatan hidup setiap orang terlebih dahulu harus melakukan upacara upanayana, yaitu upacara menjadikan seorang anak menjadi dwija dan resmi sebagai anggota kasta Brahmacarin. Anak tadi akan meninggalkan rumah orang tuanya dan menetap sebagai seorang siswa di kediaman seorang guru untuk mempelajari isi kitab weda dan pengetahuan agama lainnya. Ia harus tunduk kepada perintah guru dan istri gurunya, patuh melaksanakan perintahnya dan harus mencari makan sendiri dengan cara meminta-minta. Sebagai imbalannya ia akan menerima pelajaran dari seorang guru, terutama tentang dharma dan kitab suci, ketika pelajaran sudah selesai mereka segera pulang kerumah orang tuanya dan segera kawin.
Mulailah mereka memasuki tingkat ke dua, Grhasta yang dimulai dengan upacara tertentu, yakni kedua mempelai melangkah sebanyak tujuh langkah ke arah timur laut sambil diperciki air suci, ia memegang tangan istrinya dan seorang suami mengucapkan mantra-mantra kemudian membawa api suci yang harus tetap dipeliharanya di rumah. Setelah itu mulailah mereka sebagai suami istri.
Tingkatan ketiga ialah Vanaprastha (kehidupan di hutan). Tingkatan ini adalah tingkatan yang harus ditempuh apabila seseorang sudah mencapai usia lanjut, kewajibannya sebagai kepala keluarga diserahkan sepenuhnya kepada anak laki-lakinya. Adakalanya mereka masuk hutan bersama istrinya dengan harapan agar dapat memberikan ketenangan dan keheningan berpikir dalam upayanya mencapai kesempurnaan hidup. Segala urusan yang berhubungan dengan kehidupan atau keduniaan ditinggalkan demi sepenuhnya menganbdikan diri kepada Tuhan secara keagamaan.
Tingkatan yang keempat ialah Sanyasin, yaitu tingkat pertapa yang telah lepas dari kehidupan dunia. Sekalipun ia masih hidup di dunia namun ia sama sekali telah melepaskan diri dari permasalahan dunia sehingga terbuka kesempatan untuk mencapai moksha.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal penting yang terdapat dalam ajaran agama Hindu, diantaranya sebagai berikut:
1.      Darma, yaitu kewajiban-kewajiban, sopan santun, aturan untuk menepati tata masyarakat dan tata kesopanan sebagai imbangan rasa keagamaan.
2.      Artha, yaitu kepentingan hidup yang sekarang berupa nafkah dengan jalan mencari untung.
3.      Karma, yaitu mencari kesenangan hidup dan kenikmatannya.
4.      Moksha, yaitu kelepasan yang dilakukan dengan upanischaci.
Penganut agama Hindu menganggap lembu sebagai binatang suci, sehingga harus dipujanya dan dilarang untuk disembelih dan ularpun juga dipandang suci. Sedangkan tempat suci adalah Benares, sebuah kota yang dianggap suci karena merupakan tempat Syiwa. Sungai Gangga dianggap suci karena airnya dapat menyucikan dosa-dosa. Tulang dan abu mayat yang sudah dibakar dilemparkan kesungai  dengan tujuan agar arwahnya langsung masuk surga.
Tentang kurban setidaknya dapat dibagi dua, yaitu Yayna besar (dijalankan oleh padri-padri, berupa ternak, barang dan uang), dan Yayna kecil (dijalankan dengan hanya satu api upacara, bertalian dengan kehidupan sehari-sehari)[5].
3.      Masa Agama Upanisad
Dengan adanya “catur asrama” itu, terutama Vanaprastha dan Sanyasin menyebabkan mereka sempat mempelajari weda dengan mendalam sehingga dapat menghasilkan kitab-kitab yang berisi renungan-renungan yang bersifat filosofis, kitab-kitab yang dikarang pada waktu mereka mengasingkan diri di hutan itudinamakan kitab Aranyaka (kitab-kitab rimba). Di antara kitab-kitab tersebut yang diakui tinggi mutunya sebagai kitab filsafat Hinduadalah kitab Upanisad. Upanisad berasal dari kata up,ni artinya di dekat dan shad artinya duduk, jadi Upanisad bermakna duduk bersimpuh di dekat gurunya untuk mendengarkan wejangan-wejangan yang bersifat rahasia atau khusus.
Upanishad sering juga disebut Wedanta yang berarti akhir weda, dan kitab upanishad ada lebih dari 100 buah yang dilamnya juga membahas secara mendalam masalah asal-usul dan tujuan manusia serta alam semesta, isinya banyak yang tidak lagi bersumber pada kitab Brahmana bahkan sangat menentang terhadap kekuasaan mutlak para pendeta yang diuraikan dalam kitab Brahmana. Di beberapa tempat Upanishad mengecam keras dan mengutuk  arti dan nilaikorban serta ritus-ritus yang diselenggarakan oleh para Brahmana. selain itu, didalamnya juga terdapat uraian filosofis tentang Atman, Brahman, Karma, Samsara, dan Moksha yang kemudian dijadikan Pancasradha Hindudan dengan singkat masa Upanishad (750-550 SM) ini merupakan permulaan kesuburan filsafat Hindu. Pancasradha tersebut diantara sebagai berikut:
a.       Atman
Di dalam Weda Samhita atman diartikan sebagai nafas, jiwa dan pribadi, di dalam kitab-kitab Brahmana dinyatakan bahwa atman adalah pusat segala fungsi dan rohani manusia, dan di dalam Upanishad disebutkan penglihatan, pendengaran, dan sebagainya satu persatu meninggalkan tubuh untuk mengetahui siapa dari fungsi-fungsi hidup itu yang terpenting dan akhirnya diketahui bahwa yang terpenting adalah nafas atau atman. Dengan ini dijelaskan bahwa atman adalah hakikat manusia yang sebenarnya.
b.      Brahman
Dalam agama Brahmana, Brahman diartikan doa dan kemudian kekuatan gaib yang terkandung dalam doa, karena dalam agama Brahmana korban dan doa dinilai tinggi sekali maka arti Brahman pun menjadi sangat tinggi. Dalam agama upanishad, Brahman dianggap sebagai yang menyebabkan segala gerakan dan perubahan Brahman menjadi semacam “jiwa alam semesta”.
c.       Samsara
Upanishad juga mengajarkan tentang samsara, yaitu bahwa kehidupan bukan saja akan berakhir dengan kematian, tetapi kematianpun akan berakhir dengan kehidupan, artinya yang hidup akan mati dan yang mati akan hidup kembali dan demikian selanjutnya.
d.      Karma
Upanishad mengajarkan bahwa segala sesuatu tunduk dan takluk terhadap karma, baik manusia maupun binatang dan tumbuh-tumbuhan, yang meliputi kehidupan dahulu, sekarang dan yang akan datang. Manusia harus menanggung akibat perbuatan atau karmanya dan setelah mati ia akan dibimbing oleh pengetahuan dan amal perbuatannya, karena barang siapa yang berbuat baik maka akan dilahirkan kembalisebagai manusia yang baik, dan sebaliknya barang siapa yang berbuat buruk maka akan dilahirkan kembali berulang kali di dunia supaya perbuatan-perbuatan jahatnya dapat tertebus.
e.       Yoga
Dikatakan bahwa kebahagiaan yang sejati dan abadi yang dapat dirasakan manusia adalah apabila ia telah terbebas dari hukum karma dan samsara, dimana atman akan bersatu kembali dengan Brahman dan keadaan disebut moksha dan inilah yang diidam-idamkan semua umat Hindu. Dalam usaha mencapai moksha ini, kitab Bhagawat Gita telah menjelaskan bahwa jalan yang harus ditempuh ialah dengan melaksanakan Yoga.
Yoga dalam pengertiannya yang sederhana adalah usaha mendisiplinkan diri, yoga terdiri dari empat macam dan setiap orang boleh memilih beberapa diantara yang empat itu sesuai dengan  bakat dan kemampuan masing-masing yaitu:
1.      Bhakti Yoga: dengan sujud bakti, dengan rasa cinta yang mendalam kepada Tuhan.
2.      Karma Yoga: dengan melakukan kewajiban-kewajiban dan perbuatan-perbuatan baik, dengan ikhlas dan tanpa pamrih.
3.      Jnana Yoga: dengan jalan pengetahuan atau filsafat yang berdasarkan intuisi.
4.      Raja Yoga: dengan jalan mistik, yang terdiri dari beberapa tahap yang disebut dengan Astangga Yoga. Ini merupakan jalan yang palingt sulit yang hanya cocok bagi orang yang berbakat untuk menjalankan tapa[6].
b). Agama Hindu (300 M- Sampai Sekarang)
Bentuk terakhir dari agama Hindu sesudah zaman agama Budha mewujudkan suatu campuran dari bermacam-macam unsur keagamaan, yang banyak dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinan bangsa Drawida di India Selatan, yang berasal dari masa yang jauh sebelum masa Weda.
Agama Weda mengutamakan pelaksanaan upacara berkorban kepada para dewa, penggunaan mantera, dan semedi. Jadi ini berbeda dengan agama Hindu setelah agama Budha menguasai India, dimana pada agama Hindu ini, walaupun ia berkiblat pada Weda, pemujaan pada patung-patung dewa menjadi diutamakan.[7]
1.      Kitab-kitab Sumber Agama Hindu masa 300M sampai sekarang
Sumber keagamaan bagi zaman ini terdapat dalam kitab-kitab purana, ihtihasa, serta kesustraan lainnya.[8]
a.       Puruna
Kitab-kitab Puruna (cerita kuno), berisi ikhtisar dongeng-dongeng dan petunjuk-petunjuk keagamaan. Isi dasarnya sudah ada sebelum abad ke 3 SM. Kitab-kitab ini menyiarkan pengetahuan keagamaan dan membangkitkan rasa penyembahan yang mendalam di kalangan rakyat, dengan perantaraan mitos-mitos, cerita-cerita, dongeng-dongeng, dan pencatatan sejarah kebangsaan yang besar-besar.
Kitab Wisnu-Purana dalam pokoknya mengakui Wisnu sebagai dewa yang tertinggi, satu-satunya yang menjadikan dan memelihara dunia ini. Kitab Agni-Purana membicarakan tentang pemujaan Lingga, Durga, dan Ganesa. Yang paling terkenal adalah Bhagawata-Purina. Kitab ini menguraikan tentang hidup Kresna. Di dalam kitab ini Kapila pendiri aliran Sankhya, dan Buddha dipandang sebagai penitisan dari Wisnu.
Dalam kitab Puruna ini kita dapat ketemukan ajaran-ajaran yang antara lain:[9]
1.   Terjadinya atau Leburnya Dunia
Karena bergabungnya purusa (jiwa) dengan prakti (benda), maka terwujudlah sebuah telur. Di dalam telur ini Brahma, karena kegairahannya dan tafakurnya, terciptalah dunia seisinya. Terciptanya dunia tersebut, dalam masa satu kalpa lamanya 4.320 juta tahun.
Satu kalpa itu dibagi menjadi 1000 mahajuga. Tiap-tiap mahajuga terdiri atas 4 yuga (masa), yaitu:
·         Kartyjuga, yaitu masa yang keadaannya 100% baik
·         Thretayuga, masa yang keadaannya 75% baik
·         Dwaparayuga, masa yang keadaannya 50% baik
·         Kaliyuga, masa yang keadaannya hanya 25% yang baik. Kaliyuga ini lamanya 360.000 tahun
Sesudah ini lalu terjadilah pralaya, dan kemudian disusul dengan kalpa baru. Dalam pralaya itu segala makhluk yang tidak mendapatkan kelepasan akan lahir kembali sesuai dengan hasil karmanya.
Kalpa itu akan terjadi berulang-ulang sampai 100 kali. Sesudah itu terjadilah mahapralaya, di mana semuanya termasuk Brahma, juga lebur. Setelah itu akan lahirlah Brahma baru.
2.   Dewa-dewa
Mengenai dewa-dewa, Purana mengajarkan tiga dewa yang terpenting, yaitu Brahma, Siwa, dan Wisnu. Ketiganya sering disebut sebagai Trimurti. Trimurti ini dalam perkembangannya juga ada yang menganggap sebagai penggambaran dari kekuasaaan Tuhan yang Esa, yaitu Brahma.[10]
·         Dewa Brahma
Cerita yang tersebar luas mengatakan bahwa dewa Brahma itu dilahirkan dari bunga lotus atau teratai yang keluar dari pusar dewa Wisnu. Dia dilambangkan mempunyai 4 kepala, dan berkendaraan angsa. Tetapi rakyat India tidak begitu tertarik kepadanya. Oleh karena itu, di seluruh India hanya ada satu kuil baginya, yaitu di Puskhar, di Rayputana. Dalam Trimurti Brahma ini dianggap sebagai pencipta alam.
·         Dewa Wisnu
Dewa Wisnulah yang menciptakan dan memerintah dunia. Dia dilambangkan mempunyai 4 tangan, dan berkendaraan burung Garuda. Ia sering meninggalkan surga untuk enitis, dalam rangka membinasakan kejahatan. Ada banyak titisan Wisnu, di antaranya adalah Rama yang membinasakan Rahwana, dan Kresna untuk membantu Pandawa dan menumpas Kurwa. Dia juga akan menitis lagi pada akhir masa Kaliyuga nanti. Dalam kaitannya dengan Trimurti, wisnu dianggap sebagai pemelihara alam.
·         Dewa Siwa
Siwa memiliki 2 sifat yang bertentangan. Sebagai dewa yang berkalung tengkorak dan dikelilingi olehroh-roh jahat, ia merusak segala sesuatu. Tetapi ia juga sebagai pertapa yang ulung. Siwa juga disembah sebagai Guru. Yang paling terkenal, Siwa disembah sebagai Lingga, simbol kelamin laki-laki. Siwa dikenal sebagai dewa yang sangat berkuasa  dan sebagai dewa perusak.
b.      Itihasa
Yang termasuk kesustraan Itihasa antara lain adalah, dua syair kepahlawanan, Ramayana, Mahabharata dan Bhadgawadgita. Ketiga kitab itu berisi cerita dalam bentuk syair tentang perbuatan-perbuatan mulia dari pahlawan-pahlawan kebangsaan yang besar, untuk menggambarkan bagaimana caranya menerapkan hukum kesusilaan pada keadaan yang nyata di dalam hidup ini. Kemudian yang termasuk Itihasa juga adalah kitab agama.[11]
1.      Ramayana
Kitab ini penulis aslinya adalah Walmiki, kemdian mengalami perkembangan. Dan pada abad ke 2 M kitab ini sudah mempunyai bentuk yang tetap. Isi kitab itu ringkasannya adalah, Dasaratha, raja Ayoya, memutuskan untuk mengadakan kurban agar dianugerahi seorang putra. Pada waktu itu dewa-dewa sedang mendapat banyak gangguan dari raja Rahwana dari Langka. Oleh karena itu dewa Wisnu menitis sebagai anak dari permaisuri Dasaratha yang bernama Kausalya, dengan nama Rama, agar nantinya bisa membinasakan Rahwana. Rama ini dalam sayembara mematahkan busur panah di suatu kerajaan, dia menang. Untuk it dia mendapat hadiah Shinta sebagai istrinya.
2.      Mahabharata
Bagian tertua dari kitab ini ditulis oleh Wijaya, mungkin di antara abad ke 2 SM sampai abad ke 2 M. isi kitab itu menceritakan peprangan antara Kurawa dan Pandawa.
3.      Bhagwadgita
Kitab ini berarti Nyanyian Tuhan. Bentuk yang sekarang ini agaknya sudah mengalami perubahan-perubahan. Bilamana kitab ini itulis, tak dapat dikatan dengan pasti. Mungkin pada abad ke 5 SM, abad ke 3 SM, atau abad ke 2 SM. Kitab ini adalah bagian dari kitab Mahabharata, yang mana Mahabharata ini oleh umat Hindu dianggap sebagai kitab Weda ke 5. Isi pokok kitab ini menjelaskan tentang pembicaraan antara Kresna dengan Arjuna pada permulaan perang Bharatayudha. Secara singkat ajaran Bhagawadgita adalah sebagai berikut:
·         Tuhan adalah zat yang tidak dilahirkan, tanpa awal dan yang maha kuasa. Ia berlainan sekali dari pada dunia yang fana ini, sebab ia adalah Paramatma, jiwa yang tertinggi.
·         Tuhan berbuat dengan melalui benda. Pada benda itu ditempatkan benih dari Tuhan. Dapat dikatakan, Tuhan adalah Bapa segala makhluk, sedang benda atau prakerti adalah ibu yang mengandungnya.
·         Baik benda (Prakerti) maupun jiwa adalah kekal, keduanya tak berubah. Jiwa yang berdiam di dalam tubuh juga tak dipengaruhi oleh segala macam pengaruh dan perbuatan benda.
·         Tugas manusia ialah berbuat sedemikian rupa, hingga mencapai kelepasan. Yaitu jiwanya bisa kembali bersatu dengan Tuhan. Jalan kelepasan ada 3 macam, yaitu:
a.       Bhaktimarga, yaitu jalan kelepasan dengan melalui pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, dengan tanpa memikirkan bagaimana akibat dari pelaksanaan tugas tersebut.
b.      Karma Marga atau jalan kelepasan dengan jalan melakukan kebaikan bagi orang lain.
c.       Ynana Marga atau jalan kelepasan dengan berusaha mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran yang tertinggi, bahwa sebenarnya manusia itu adalah bagian dari Tuhan.

4.      Kitab-kitab Agama
Penulis kitab-kitab agama, yang juga disebut kitab Tantra, itu semula tidak dikenal. Bentuk yang sekarang ini mungkin terjadi pada abad ke 6 M, atau abad ke 7 M. Pada pokoknya kitab-kitab ini membicarakan lima hal, yaitu:[12]
a.       Penciptaan alam semesta
b.      Peleburan alam semesta
c.       Penyembahan dewa-dewa
d.      Jalan mencapai kesaktian
e.       Persekutuan dengan zat tertinggi.
Jika disingkat isi kitab-kitab agama ini, dapat dirumuskan sebagai berikut:
·         Zat yang tertinggi adalah Brahman. Dalam keadaannya yang semula, Brahman ini berdii sendiri, tanpa sifat.
·         Di dalam diri Brahman ini kemudian timbul kehendak untuk menjadi banyak.
·         Siwa adalah segi yang tak berubah dari Brahman, sedang Sakti adalah tenaga ilahi (tenaga Siwa) yang bergerak.
·         Apa yang terdapat di dalam makrokosmos itu juga terdapat dalam mikrokosmos.

2.      Sekte-sekte Agama Hindu masa 300M sampai sekarang
Adapun aliran keagamaan pada agama Hindu masa ini ialah:
a.       Sekte Brahma
Aliran ini lebih mengutamakan pemujaan kepada dewa Brahma, yang di dalam paham Trimukti dipandang sebagai dewa pencipta alam. Kaum Brahmalah yang banyak menjadi pengikut sekte ini. Pada dasarnya aliran Brahma ini timbul timbul atas usaha kaum Brahmana (pendeta) untuk mempertahankan kedudukannya. Maka dari itu, dalam kitab Brahmana (salah satu tafsir kitab Wedha) dijelaskan adanya keharusan ketundukan orang pada dua jenis dewa yaitu dewa-dewa yang benar-benar dewa yang tinggal di kahyangan dan dewa-dewa manusia yaitu para pendeta yang tinggal di bumi.
b.      Sekte Wisnu
Pengikut madzhab Wisnu lebih condong kepada Bhakti (penyerahan diri dalam melakukan tugas) oleh karena itu mereka pada umumnyamenghargai hidup. Hidup ini dianggap suci dan patut dinikmati.
c.       Sekte Siwa
Bagi pengikut sekte Siwa, Brahma dan Wisnu, adalah penjelmaan dari Siwa. Patung lambang Siwa yang paling terkenal adalah lingga (simbol kelamin laki-laki). Dalam sekte ini  pengetahuan dipandang sebagai jalan kelepasan yang lebih pasti dari pada bhakti. Segala kejadian itu bukannya disebabkan oleh Siwa secara langsung, tetapi melalui saktinya (istrinya), dengan maya sebagai bahan dari keberadaan bendawi.
d.      Sekte Sakta (Tantra)
Yang disebut Sakta ialah penyembah sakti, yaitu tenaga ilahi (Siwa). Dua dari penampilannya adalah penting sekali, yaitu sebagai ibu-ilahi dan sebagai dewi yang mengerikan. Dalam praktiknya penyembah sakti itu dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu Daksina marga dan Wama marga atau pemuja kanan dan pemuja kiri. Wama-marga dalam usahanya untuk bisa mencapai nirwana lebih mementingan cara pembacaan mantra-mantra rahasia dan pembebasan ruang gerak hawa nafsu termasuk seks.
e.       Sekte Vedanta
Objek pemujaannya ialah apa yang sebenarnya menjadi sumber segala-galanya yang disebut Brahman, yang diartikan sebagai Maha Ada atau Makro Kosmos. Subjek yang melakukan pemujaan kepadanya disebut Atman yang diartikan sebagai jiwa manusia atau Mikro Kosmos.
f.        Sekte Sankya
Ajarannya adalah segala yang ada ini terdiri dari dua unsur yaitu, Purusa artinya jiwa seseorang, dan unsur prakerti artinya jasmani manusia,keduanya dipandang sebagai unsur yang kekal dan abadi.
g.      Sekte Yoga
Sekte ini tidak mempunyai pandangan kepercayaan yang prinsip. Dalam aliran ini terdapat ajaran tentang latihan-latihan kejiwaaan dalam usaha melepaskan diri dari samsara.
h.            Sekte Yainisme
Segala penderitaan jiwa itu disebabkan oleh pengaruh atau ikatan kebendaan. Oleh karena itu manusia harus berdaya upaya untuk membebaskan jiwanya dari ikatan benda atau materi tersebut.

i.              Agama Hindu Dharma(Hindu Bali)

Aliran agama Hindu Dharma ini nampaknya merupakan sinkretisme, antara paham animisme dengan Hinduisme Indiadan Budhisme, dan dewa yang dijadikan titik pusat pemujaan dalam Hindu Dharma ini adalah Dewa Siwa.Tempat tinggal Dewa Siwa ini menurut kepercayaan orang Hindu Dharma ialah dipuncak gunung agung ( di pulau Bali).
Menurut ajaran Hindu Dharma, dewa trimurti itu adalah manifestasi dari sifat dan kekuasaan Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan yang Maha Esa. Pancasradha adalah sama dengan rukun iman Hindu Dharma yang terdiri dari lima keimanan, diantaranya adalah:
1.      Percaya kepada adanya Sang Hyang Widi (Tuhan yang Maha Esa)
2.      Percaya adanya Atma (roh leluhur)
3.      Percaya adanya hukum karmapala atau sebab akibat
4.      Percaya adanya samsara(menjelma berkali-kali)
5.      Percaya adanya moksha(pelepasan dari samsara)
Pada agama Hindu dharma dikenal upacara yag disebut Butta Yajnya, yaitu upacara korban kepada makhluk halus atau dewa penjaga alam yang dilakukan dalam tiga macam bentuk. Bentuk upacara korban yaitu:
1.      Tawur agung, yaitu upacara korban yang dilaksanakan dalam satu tahun sekali
2.      Tawur panca wali krama, yaitu upara korban yaang dilakukan dalam setiap sepuluh tahun sekali
3.      Tawur eka Dasa Rudra, yaitu upacara korbaan yang diadakan setiap searatus tahun sekali dan merupakan upacara yang sangat utama karena merupakan usaha mencari keselamatan hidup disamping pengakuan dosa-dosa manusia selama seratus tahun.
Tujuan upacara tawur tersebut menurut kepercayaan umat Hindu adalah untuk mengadakan introspeksi terhadap segala perbuatan rakyat Bali dalam tingkah laku sehari-sehari, disamping itu juga untuk mendapatkan kesemalatan hidup dibawah perlindungan Dewa Siwa.
Adapun upacara yang bersifat perseorangan, diantaranya adalah upacara ngaben (pembakaran jenazah) karena adanya kepercayaan bahwa mayat itu dipandang kotordan najis dan harus dibuwang jauh-jauh agar tidak mengotori bumi.


           


















BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan

Agama Hindu merupakan agama thabi’i atau alam atau yang biasa dikenal dengan agama bumi, karena agama hindu belum diketahui dengan pasti siapa pendirinya dan  terjadi pada masa 1500 SM sampai sekarang. Pada awal zaman ini dikenal dengan nama zaman weda yang meliputi zaman sejak masuknya bangsa Arya di Punjab (1500SM). Dalam perkembangannya Agama Hindu tediri dari Agama Weda, Agama Brahmana, dan Agama Upanishad dengan berbagai macam kitab-kitab, dewa-dewa dan kepercayaan.Adapun bentuk terakhir dari Agama Hindu setelah tahun Masehi sampai sekarang tetap banyak yang dan ada juga beberapa perubahan, misalnya dalam aliran-alirannya.
Aliran-liran dalam Agama Hindu pada masa sesudah Masehi diantaranya  adalah aliran Brahma, Wisnu, Siwa, Sakta, Vedanta, Sankya, Yoga, Yainisme, dan Agama Hindu Dharma (Hindu Bali).


















DAFTAR PUSTAKA
Sufa’at Mansur. Agama-Agama Besar Masa Kini.Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2011
Drs.Bashori.Ilmu Perbandingan Agama.Malang:UIN-Press,2002
Prof.Dr.Ahmad Shalaby.Agam-agama Besar di India.Jakarta: Bumi Aksara,2001
Drs.Faridi,M.Si.Agama Jalan Kedamaian.Jakarta:Ghalia Indonesia.2002
Manaf,Mujahid Abdul.Sejarah Agama-agama.Jakarta:Raja Grafindo.1994



[1] Sufa’at Mansur. Agama-Agama Besar Masa Kini.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2011).hlm 1-4
[2] Drs.Bashori.Ilmu Perbandingan Agama.(Malang:UIN-Press,2002).hlm 20
[3] Prof.Dr.Ahmad Shalaby.Agam-agama Besar di India.(Jakarta: Bumi Aksara,2001). Hlm 19
[4] Drs.Faridi,M.Si.Agama Jalan Kedamaian.(Jakarta:Ghalia Indonesia.2002).hlm 89-91
[5] Ibid, hlm 91-95
[6] Manaf,Mujahid Abdul.Sejarah Agama-agama.(Jakarta:Raja Grafindo.1994).hlm 15-20
[7] Sufaat Mansur,ibid,hlm 21           
[8] Ibid. hlm. 21
[9] Ibid. hlm. 22
[10] Ibid. hlm. 23
[11] Ibid. hlm. 24
[12] Ibid, hlm. 32

0 komentar:

Posting Komentar