Agama Hindu
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan agama Hindu
tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus di India, dan di Indialah
mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu. Dari tempat tersebut mulai
menyebarkan agama Hindu ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan
dengan kedatangan bangsa Arya (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung
mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada
2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan
bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut.
Bangsa Dravida disebut juga
Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Arya
sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Arya bermatapencaharian
sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa
Arya merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan
bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan
Vindhya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana situasi dan kondisi alam
India?
2. Bagaimana sejarah adanya Agama Hindu
?
3. Bagaimana perkembangan Agama Hindu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui situasi dan kondisi
alam India.
2. Untuk mengetahui sejarah adanya
Agama Hindu.
3. Untuk mengetahui perkembangan Agama
Hindu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Situasi dan
Kondisi Alam India
Dalam memahami agama Hindu terlebih dahulu
mengetahui keadaan bumi dan alam India, tempat orang-orang India hidup dan
berkarya karena telah kita ketahui bahwasanya agama Hindu berawal dari India.
1. Bumi
India
India dipisahkan dari bagian-bagian
Asia yang lain oleh bukit-bukit yang tinggi dan terjal, yaitu bagian barat oleh
tanah pegunungan Hindu Kush, di bagian utaraoleh bukit-bukit dari pegunungan
Himalaya dan di sebelah timur oleh tanah pegunungan yang memisahkan India dari
Birma. Pegunungan Windhya, yang membujur dari barat ke timur, membagi India
menjadi dua bagian yaitu India Utara dan India Selatan.
India Utara memiliki dua daerah
lembah sungai yang luas dan subur, tempat kekayaan yang melimpah dan tempat
kerajaan-kerajaan yang besar dan berkembang yaitu lembah sungai Indus atau
Shindu di sebelah barat, dan lembah sungai gangga di tengan dan timur. Kedua
lembah ini dipisahkan oleh padang pasir Thar atau Rajasthan dan dataran tinggi
Kuruksetra, yang pada zaman kuno merupakan medan pertempuran bangsa-bangsa yang
ingin merebut atau mempertahankan India.
India Selatan terdiri dari tanah
pegunungan Windhya di sebelah utara dan lembah pantai di sebelah timur, selatan
dan barat, sedangkan di tengah-tengahnya terdapat suatu dataran tinggi Dekhan
yang sukar sekali dimasuki dan sebagiannya merupakan daerah yang kering. Di
sebelah barat,tanah datar ini dibatasi oleh jajaran bukit-bukit, dan demikian
juga disebelah timur, pegunungan di sebelah barat lebih tinggi dari pada yang
sebelah timur, sehingga kebanyakan sungainya mengalir ke timur dan hanya ada
dua sungai yang mengalir ke barat. Daerah pantai mewujudkan daerah yang luas
dan subur dengan banyak kota dagangnya.
2.
Penduduk India
Penduduk tertua dari India
tergolong bangsa Negrito, yang kemudian bercampur dengan bangsa-bangsa yang
mendatangi India. Maka bangsa India sekarang ini adalah campuran dari semua
bangsa itu. Diantara bangsa-bangsa yang memasuki bangsa India dan pengaruhnya
besar sekali atas kebangsaan India ialah bangsa Dravida, yang masuk ke India
pada 3000 SM, dan bangsa Arya (Indo German) yang datang dari Eropa antara tahun
2000 sampai 1000 SM. Bangsa Dravida tersebar di seluruh India, tetapi mereka
didesak oleh bangsa Arya, dan hal tersebut tidak membuat mereka pergi dari
India Utara bahkan mereka bercampur dengan bangsa Arya.
3.
Peradaban
Dravida dan Peradaban Arya
Dari penggalian tanah
di Mohenjo Daro dan Harappa dapat diketahui bahwa bangsa Dravida itu adalah
bangsa yang sudah memiliki peradaban yang tinggi. Penggalian tanah itu
menunjukkan bahwa:
a.
Masyarakat
mereka bersifat matriarkat (adat kuasa ibu) dan tidak mengenal kasta-kasta.
b.
Mengenai
agamanya dapat diketahui bahwa mereka menyembah kepada seorang dewi yang
tertinggi, yang dianggap sebagai ibu alam. Selain dari mereka juga menyembah
kepada binatang-binatang, umpamanya ular, lembu, dan sebagainya.
Bila dibandingkan
dengan peradaban Sindh, peradaban Arya itu belum dapat dikatakan tinggi. Pada
hakikatnya bangsa Arya adalah bangsa peternak. Baru ketika mereka sudah menetap
di India, mereka belajar bercocok tanam dari bangsa Drawida, sehingga lambat
laun mereka juga menjadi petani. Sebaliknya, mereka adalah bangsa pandai
berperang. Hal ini disebabkan karena hidup mereka mengembara.
Di dalam
tulisan-tulisan Hinduistis yang tertua, unsur
aryalah yang sangat besar pengaruhnya. Hal itu karena tulisan-tulisan
itu berasal dari zaman ketika bangsa Arya memasuki India sebagai pemenang
perang. Di dalam tulisan-tulisan yang lebih kemudian kita dapati lebih banyak
pengaruh dari kebudayaan pra-Arya, yang lebih tinggi tingkatnya daripada
kebudayaan Arya, yang lebih tinggi tingkatnya daripada kebudayaan Arya.[1]
B.
Sejarah
Agama Hindu
Agama Hindu merupakan agama thabi’i atau alam atau
yang biasa dikenal dengan agama bumi, karena agama hindu belum diketahui dengan
pasti siapa pendirinya dan bisa dikatakan bahwa agama hindu adalah suatu bidang
keagamaan dan kebudayaan yang meliputi zaman kira-kira 1500 SM sampai sekarang.[2]
Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi dan
merupakan kumpulan adat-istiadat dan kedudukan yang timbul dari hasil
penyusunan bangsa Arya terhadap kehidupan mereka yang terjadi pada satu
generasi ke generasi yang lain sesudah mereka datang berpindah ke India dan
menundukkan penduduk aslinya yaitu bangsa Dravida, serta membentuk suatu
masyarakat sendiri di luar pengaruh
penduduk asli India. Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa asas agama Hindu
adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah mengalami perubahan dari hasil
percampuran mereka dengan bangsa-bangsa lain.[3]
C.
Masa
Perkembangan Agama Hindu
a) Agama
Hindu Masa 1500 SM-500 SM
1.
Masa Agama Weda
Keagamaan
orang Hindu pada masa ini didasarkan pada kitab-kitab yang disebut Weda Samhita, yang berarti pengumpulan
Weda. Kata Weda berasal dari kata “wid”
yang berarti “tahu”, menurut tradisi
Hindu kitab Weda ini merupakan buah ciptaan Dewa Brahma yang diwahyukan kepada para resi atau para
pendeta dalam bentuk mantra-mantra yang kemudian disusun sebagai pujian-pujian
oleh para resi sebagai pernyataan rasa hati.
Pada
masa Bangsa Arya memasuki India, mereka telah memiliki kitab Weda dan menyusun
serta membukukannya menjadi empat bukuan atau Samhita (pengumpulan). Keempat
Samhita tersebut diantaranya adalah:
a.
Rig
Weda,
berisi mantera-mantera dalam bentuk nyanyian-nyanyian yang digunakan ketika
mengundang para dewa agar hadir pada upacara-upacara korban, yang
dipersembahkan kepada para dewa dan para pendeta yang melantunkannya disebut Hor. Kitab ini sekaligus menjadi kitab
tertua diantara empat kitab yang ada.
b.
Sama
Weda,
berisi hampir sama dengan kitab sebelumnya tetapi diberi titik suara atau lagu,
pendeta yang melantunkannya disebut Udgatr.
c.
Yayur
Weda,
berisi mantra-mantra, jampi-jampi yang harus diucapkan oleh pendeta ketika
sembahyang dan pujaan, atau untuk mengubah korban menjadi makanan para dewa.
Para pendeta yang melantunkannya disebut Adwary.
d.
Atharwa
Weda,
berisi mantra-mantra dan jampi-jampi khusus untuk menyembuhkan orang-orang
sakit, mengusir roh-roh jahat dan sebagainya. Pendeta yang memimpinnya disebut Atharwan.
Isi
kitab Weda pada umumnya mengenai ritus (upacara keagamaan) terutama soal
korban. Bermacam-macam cara korban diuraikan di dalamnya dan yang terpenting
adalah korban yang menggunakan air soma (semacam minuman yang
penyelenggaraannya memerlukan banyak tenaga dan biaya). Korban-korban tersebut dipersembahkan kepada
para dewa yang pada hakikatnya merupakan personifikasi dari kekuatan-kekuatan
alamyang dahsyat atau yang menakutkan, seperti dewa api (Agni), dewa matahari (Surya),dewa angin (Vayu),dewa taufan (Maruta),dewa
bumi (Pertiwi),dewa perang (Indra), dewa langit (Waruna), dewa perusak (Rud), dan sebagainya.
Pandangan
mereka terhadap dewa-dewa tersebut tidak jauh berbeda dengan pandangan
bangsa-bangsa Arya di Iran sebelum mereka masuk India. Mereka mempercayai
banyak dewa (poteistik) dan satu dengan yang lainnya sama-sama tinggi
kedudukannya. Pandangan mereka terhadap wujud dewa itupun masih kabur, belum
ada gambaran tentang adanya satu dewa tertinggi. Hanya saja mereka mengakui
adanya tata tertib alam atau kosmos yang disebut “arta” dan dipandang sebagai daya kekuatan, setiap daya kekuatan
adalah dewa. Oleh karena itu arta harus dijaga kelangsungannya sehingga dapat
berjalan sebagaimana mestinya[4].
2.
Masa Agama
Brahmana
Agama
Brahmana bersumber pada kitab Brahmana,
yaitu bagian dari kitab Weda yang ke-2. Kitab Brahmana di tulis oleh para imam
atau pendeta Brahmana dalam bentuk prosa yang berisi tentang korban karena pada
saat itu merupakan zaman yang memusatkan keaktifan rohaninya kepada korban.
Oleh karena itu, kitab-kitab ini
menguraikan upacara-upacara korban, membicarakan nilai-nilainya serta mencoba
mencari asal-usul korban.
Pada
zaman Brahmana ini memang timbul perubahan-perubahan suasana. Ciri-ciri zaman
ini adalah sebagai berikut:
a.
Korban mendapat
tekanan berat.
b.
Para imam
Brahmana menjadi golongan yang paling berkuasa.
c.
Perkembangan
kasta dan asrama.
d.
Dewa-dewa
berubah perangainya.
e.
Timbulnya
kitab-kitab sutra.
a). Masalah Korban
pada zaman weda purba korban masih menjadi
alat untuk mempengaruhi para dewa, agar mereka berkenan menolong manusia. Namun
pada zaman itu juga sudah tampak gejala-gejala
magi, yaitu bahwa korban dipandang sebagai alat untuk memaksa para dewa
menolong manusia.
b).
Kasta
Agama Brahmana mengenal adanya
kasta-kasta. Ada empat kasta dalam agama Hindu yang sangat dipercayai bahwa
perbedaan derajat tidak dapat diubahsama sekali. Kasta tersebut diantaranya
adalah:
1.
Brahma,
terdiri dari golongan pendeta dan ulama-ulama.
2.
Ksatria,
terdiri dari golongan perwira bala tentara dan pegawai negeri.
3.
Waisya,
terdiri dari kaum buruh tani dan saudagar.
4.
Sudra,
terdiri dari hamba sahaya dan orang-orang yang mengerjakan pekerjaan hina.
Dalam catatan kitab Rigweda
disebutkan sesungguhnya kasta-kasta itu timbul dari anggota tubuh purusa ciptaan dunia. Dikatakan bahwa
ada seorang laki-laki yang azali dan besar, memiliki seribu kepala, mata dan
kakinya menutupi bumi, bahkan masih menonjol sepuluh dim. Purusa adalah segala yang ada dan yang akan ada dan disebut sebagai
dewa yang tidak akan mati, seperempat
badannya adalah makhluk yang makan dan
tidak makan, tiga perempat lainnya merupakan makhluk abadi di langit. Para dewa
melakukan persembahan korban dengan purusa ini, ketika ia di potong-potong,
mulutnya menjadi Brahmana, lengannya m muncul menjadi Ksatria, pahanya menjadi
Waisya, dan dari kakinya muncul Sudra, matanya menjadi Matahari, nafasnya
menjadi Angin, dari telinganya terjadi mata angin, dan seterusnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa
timbulnya kasta dikarenakan terjadinya benturan antara bangsa Arya (pendatang)
dengan penduduk Dravida (penduduk asli India). Semula bangsa Arya berusaha
untuk tidak bercampur darah (asimilasi) dengan penduduk asli, karena mereka
merasa lebih tinggi dari pada penduduk Dravida. Tetapi karena akibat terjadi
peperangan dan beberapa suku kekurangan istri sehingga terpaksa mereka kawin
dengan suku pribumi, itulah sebabnya keturunan mereka di kemudian hari dianggap
lebih rendah status sosialnya dibanding dengan keturunan asli suku India.
Demikianlah keturunan mereka telah menimbulkan
kelas antara bangsa Arya dan bangsa Dravida, yaitu orang-orang yang berdarah
campuran. Perkembangan seperti ini kemudian menimbulkan adanya empat kasta
dalam agama Hindu.
c).
Asrama
Asrama merupakan tingkatan hidup,
dalam agama Brahmana disebutkan adanya empat tingkatan hidup yang harus diakui
oleh setiap penganutnya. Sebelum memasuki tingkatan hidup setiap orang terlebih
dahulu harus melakukan upacara upanayana,
yaitu upacara menjadikan seorang anak menjadi dwija dan resmi sebagai anggota
kasta Brahmacarin. Anak tadi akan meninggalkan rumah orang tuanya dan menetap
sebagai seorang siswa di kediaman seorang guru untuk mempelajari isi kitab weda
dan pengetahuan agama lainnya. Ia harus tunduk kepada perintah guru dan istri
gurunya, patuh melaksanakan perintahnya dan harus mencari makan sendiri dengan
cara meminta-minta. Sebagai imbalannya ia akan menerima pelajaran dari seorang
guru, terutama tentang dharma dan kitab suci, ketika pelajaran sudah selesai
mereka segera pulang kerumah orang tuanya dan segera kawin.
Mulailah mereka memasuki tingkat ke
dua, Grhasta yang dimulai dengan
upacara tertentu, yakni kedua mempelai melangkah sebanyak tujuh langkah ke arah
timur laut sambil diperciki air suci, ia memegang tangan istrinya dan seorang
suami mengucapkan mantra-mantra kemudian membawa api suci yang harus tetap
dipeliharanya di rumah. Setelah itu mulailah mereka sebagai suami istri.
Tingkatan ketiga ialah Vanaprastha (kehidupan di hutan).
Tingkatan ini adalah tingkatan yang harus ditempuh apabila seseorang sudah
mencapai usia lanjut, kewajibannya sebagai kepala keluarga diserahkan
sepenuhnya kepada anak laki-lakinya. Adakalanya mereka masuk hutan bersama
istrinya dengan harapan agar dapat memberikan ketenangan dan keheningan
berpikir dalam upayanya mencapai kesempurnaan hidup. Segala urusan yang
berhubungan dengan kehidupan atau keduniaan ditinggalkan demi sepenuhnya
menganbdikan diri kepada Tuhan secara keagamaan.
Tingkatan yang keempat ialah Sanyasin, yaitu tingkat pertapa yang
telah lepas dari kehidupan dunia. Sekalipun ia masih hidup di dunia namun ia
sama sekali telah melepaskan diri dari permasalahan dunia sehingga terbuka
kesempatan untuk mencapai moksha.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan beberapa hal penting yang terdapat dalam ajaran agama Hindu,
diantaranya sebagai berikut:
1.
Darma,
yaitu kewajiban-kewajiban, sopan santun, aturan untuk menepati tata masyarakat
dan tata kesopanan sebagai imbangan rasa keagamaan.
2.
Artha,
yaitu kepentingan hidup yang sekarang berupa nafkah dengan jalan mencari
untung.
3.
Karma,
yaitu mencari kesenangan hidup dan kenikmatannya.
4.
Moksha,
yaitu kelepasan yang dilakukan dengan upanischaci.
Penganut agama Hindu menganggap
lembu sebagai binatang suci, sehingga harus dipujanya dan dilarang untuk
disembelih dan ularpun juga dipandang suci. Sedangkan tempat suci adalah Benares, sebuah kota yang dianggap suci
karena merupakan tempat Syiwa. Sungai Gangga dianggap suci karena airnya dapat
menyucikan dosa-dosa. Tulang dan abu mayat yang sudah dibakar dilemparkan
kesungai dengan tujuan agar arwahnya
langsung masuk surga.
Tentang kurban setidaknya dapat
dibagi dua, yaitu Yayna besar (dijalankan oleh padri-padri, berupa ternak,
barang dan uang), dan Yayna kecil (dijalankan dengan hanya satu api upacara,
bertalian dengan kehidupan sehari-sehari)[5].
3.
Masa Agama
Upanisad
Dengan adanya “catur
asrama” itu, terutama Vanaprastha dan Sanyasin menyebabkan mereka sempat
mempelajari weda dengan mendalam sehingga dapat menghasilkan kitab-kitab yang
berisi renungan-renungan yang bersifat filosofis, kitab-kitab yang dikarang
pada waktu mereka mengasingkan diri di hutan itudinamakan kitab Aranyaka (kitab-kitab rimba). Di antara
kitab-kitab tersebut yang diakui tinggi mutunya sebagai kitab filsafat
Hinduadalah kitab Upanisad. Upanisad
berasal dari kata up,ni artinya di
dekat dan shad artinya duduk, jadi
Upanisad bermakna duduk bersimpuh di dekat gurunya untuk mendengarkan
wejangan-wejangan yang bersifat rahasia atau khusus.
Upanishad sering juga
disebut Wedanta yang berarti akhir
weda, dan kitab upanishad ada lebih dari 100 buah yang dilamnya juga membahas
secara mendalam masalah asal-usul dan tujuan manusia serta alam semesta, isinya
banyak yang tidak lagi bersumber pada kitab Brahmana bahkan sangat menentang terhadap
kekuasaan mutlak para pendeta yang diuraikan dalam kitab Brahmana. Di beberapa
tempat Upanishad mengecam keras dan mengutuk arti dan nilaikorban serta ritus-ritus yang
diselenggarakan oleh para Brahmana. selain itu, didalamnya juga terdapat uraian
filosofis tentang Atman, Brahman, Karma, Samsara, dan Moksha yang kemudian
dijadikan Pancasradha Hindudan dengan singkat masa Upanishad (750-550 SM) ini
merupakan permulaan kesuburan filsafat Hindu. Pancasradha tersebut diantara
sebagai berikut:
a.
Atman
Di dalam Weda Samhita
atman diartikan sebagai nafas, jiwa dan pribadi, di dalam kitab-kitab Brahmana
dinyatakan bahwa atman adalah pusat segala fungsi dan rohani manusia, dan di
dalam Upanishad disebutkan penglihatan, pendengaran, dan sebagainya satu persatu
meninggalkan tubuh untuk mengetahui siapa dari fungsi-fungsi hidup itu yang
terpenting dan akhirnya diketahui bahwa yang terpenting adalah nafas atau
atman. Dengan ini dijelaskan bahwa atman adalah hakikat manusia yang
sebenarnya.
b.
Brahman
Dalam agama Brahmana,
Brahman diartikan doa dan kemudian kekuatan gaib yang terkandung dalam doa,
karena dalam agama Brahmana korban dan doa dinilai tinggi sekali maka arti
Brahman pun menjadi sangat tinggi. Dalam agama upanishad, Brahman dianggap
sebagai yang menyebabkan segala gerakan dan perubahan Brahman menjadi semacam
“jiwa alam semesta”.
c.
Samsara
Upanishad juga
mengajarkan tentang samsara, yaitu bahwa kehidupan bukan saja akan berakhir
dengan kematian, tetapi kematianpun akan berakhir dengan kehidupan, artinya
yang hidup akan mati dan yang mati akan hidup kembali dan demikian selanjutnya.
d.
Karma
Upanishad mengajarkan
bahwa segala sesuatu tunduk dan takluk terhadap karma, baik manusia maupun
binatang dan tumbuh-tumbuhan, yang meliputi kehidupan dahulu, sekarang dan yang
akan datang. Manusia harus menanggung akibat perbuatan atau karmanya dan
setelah mati ia akan dibimbing oleh pengetahuan dan amal perbuatannya, karena
barang siapa yang berbuat baik maka akan dilahirkan kembalisebagai manusia yang
baik, dan sebaliknya barang siapa yang berbuat buruk maka akan dilahirkan
kembali berulang kali di dunia supaya perbuatan-perbuatan jahatnya dapat
tertebus.
e.
Yoga
Dikatakan bahwa
kebahagiaan yang sejati dan abadi yang dapat dirasakan manusia adalah apabila
ia telah terbebas dari hukum karma dan samsara, dimana atman akan bersatu
kembali dengan Brahman dan keadaan disebut moksha dan inilah yang
diidam-idamkan semua umat Hindu. Dalam usaha mencapai moksha ini, kitab
Bhagawat Gita telah menjelaskan bahwa jalan yang harus ditempuh ialah dengan
melaksanakan Yoga.
Yoga dalam
pengertiannya yang sederhana adalah usaha mendisiplinkan diri, yoga terdiri
dari empat macam dan setiap orang boleh memilih beberapa diantara yang empat
itu sesuai dengan bakat dan kemampuan
masing-masing yaitu:
1.
Bhakti
Yoga:
dengan sujud bakti, dengan rasa cinta yang mendalam kepada Tuhan.
2.
Karma
Yoga:
dengan melakukan kewajiban-kewajiban dan perbuatan-perbuatan baik, dengan
ikhlas dan tanpa pamrih.
3.
Jnana
Yoga:
dengan jalan pengetahuan atau filsafat yang berdasarkan intuisi.
4.
Raja
Yoga:
dengan jalan mistik, yang terdiri dari beberapa tahap yang disebut dengan
Astangga Yoga. Ini merupakan jalan yang palingt sulit yang hanya cocok bagi
orang yang berbakat untuk menjalankan tapa[6].
b). Agama Hindu (300 M- Sampai Sekarang)
Bentuk terakhir
dari agama Hindu sesudah zaman agama Budha mewujudkan suatu campuran dari
bermacam-macam unsur keagamaan, yang banyak dipengaruhi oleh
keyakinan-keyakinan bangsa Drawida di India Selatan, yang berasal dari masa
yang jauh sebelum masa Weda.
Agama Weda
mengutamakan pelaksanaan upacara berkorban kepada para dewa, penggunaan
mantera, dan semedi. Jadi ini berbeda dengan agama Hindu setelah agama Budha
menguasai India, dimana pada agama Hindu ini, walaupun ia berkiblat pada Weda,
pemujaan pada patung-patung dewa menjadi diutamakan.[7]
1.
Kitab-kitab Sumber Agama Hindu masa 300M sampai sekarang
Sumber
keagamaan bagi zaman ini terdapat dalam kitab-kitab purana, ihtihasa, serta
kesustraan lainnya.[8]
a.
Puruna
Kitab-kitab
Puruna (cerita kuno), berisi ikhtisar dongeng-dongeng dan petunjuk-petunjuk
keagamaan. Isi dasarnya sudah ada sebelum abad ke 3 SM. Kitab-kitab ini
menyiarkan pengetahuan keagamaan dan membangkitkan rasa penyembahan yang
mendalam di kalangan rakyat, dengan perantaraan mitos-mitos, cerita-cerita,
dongeng-dongeng, dan pencatatan sejarah kebangsaan yang besar-besar.
Kitab
Wisnu-Purana dalam pokoknya mengakui Wisnu sebagai dewa yang tertinggi,
satu-satunya yang menjadikan dan memelihara dunia ini. Kitab Agni-Purana
membicarakan tentang pemujaan Lingga, Durga, dan Ganesa. Yang paling terkenal
adalah Bhagawata-Purina. Kitab ini menguraikan tentang hidup Kresna. Di dalam
kitab ini Kapila pendiri aliran Sankhya, dan Buddha dipandang sebagai penitisan
dari Wisnu.
Dalam kitab
Puruna ini kita dapat ketemukan ajaran-ajaran yang antara lain:[9]
1.
Terjadinya
atau Leburnya Dunia
Karena
bergabungnya purusa (jiwa) dengan prakti (benda), maka terwujudlah sebuah
telur. Di dalam telur ini Brahma, karena kegairahannya dan tafakurnya,
terciptalah dunia seisinya. Terciptanya dunia tersebut, dalam masa satu kalpa
lamanya 4.320 juta tahun.
Satu kalpa itu
dibagi menjadi 1000 mahajuga. Tiap-tiap mahajuga terdiri atas 4 yuga (masa),
yaitu:
·
Kartyjuga, yaitu masa
yang keadaannya 100% baik
·
Thretayuga, masa yang keadaannya
75% baik
·
Dwaparayuga, masa yang
keadaannya 50% baik
·
Kaliyuga, masa yang
keadaannya hanya 25% yang baik. Kaliyuga ini lamanya 360.000 tahun
Sesudah ini
lalu terjadilah pralaya, dan kemudian disusul dengan kalpa baru. Dalam pralaya
itu segala makhluk yang tidak mendapatkan kelepasan akan lahir kembali sesuai
dengan hasil karmanya.
Kalpa itu akan
terjadi berulang-ulang sampai 100 kali. Sesudah itu terjadilah mahapralaya, di
mana semuanya termasuk Brahma, juga lebur. Setelah itu akan lahirlah Brahma baru.
2.
Dewa-dewa
Mengenai
dewa-dewa, Purana mengajarkan tiga dewa yang terpenting, yaitu Brahma, Siwa,
dan Wisnu. Ketiganya sering disebut sebagai Trimurti. Trimurti ini dalam
perkembangannya juga ada yang menganggap sebagai penggambaran dari kekuasaaan
Tuhan yang Esa, yaitu Brahma.[10]
·
Dewa
Brahma
Cerita yang
tersebar luas mengatakan bahwa dewa Brahma itu dilahirkan dari bunga lotus atau
teratai yang keluar dari pusar dewa Wisnu. Dia dilambangkan mempunyai 4 kepala,
dan berkendaraan angsa. Tetapi rakyat India tidak begitu tertarik kepadanya.
Oleh karena itu, di seluruh India hanya ada satu kuil baginya, yaitu di
Puskhar, di Rayputana. Dalam Trimurti Brahma ini dianggap sebagai pencipta
alam.
·
Dewa
Wisnu
Dewa Wisnulah
yang menciptakan dan memerintah dunia. Dia dilambangkan mempunyai 4 tangan, dan
berkendaraan burung Garuda. Ia sering meninggalkan surga untuk enitis, dalam
rangka membinasakan kejahatan. Ada banyak titisan Wisnu, di antaranya adalah
Rama yang membinasakan Rahwana, dan Kresna untuk membantu Pandawa dan menumpas
Kurwa. Dia juga akan menitis lagi pada akhir masa Kaliyuga nanti. Dalam
kaitannya dengan Trimurti, wisnu dianggap sebagai pemelihara alam.
·
Dewa
Siwa
Siwa memiliki 2
sifat yang bertentangan. Sebagai dewa yang berkalung tengkorak dan dikelilingi
olehroh-roh jahat, ia merusak segala sesuatu. Tetapi ia juga sebagai pertapa
yang ulung. Siwa juga disembah sebagai Guru. Yang paling terkenal, Siwa
disembah sebagai Lingga, simbol kelamin laki-laki. Siwa dikenal sebagai dewa
yang sangat berkuasa dan sebagai dewa
perusak.
b.
Itihasa
Yang termasuk
kesustraan Itihasa antara lain adalah, dua syair kepahlawanan, Ramayana,
Mahabharata dan Bhadgawadgita. Ketiga kitab itu berisi cerita dalam bentuk
syair tentang perbuatan-perbuatan mulia dari pahlawan-pahlawan kebangsaan yang
besar, untuk menggambarkan bagaimana caranya menerapkan hukum kesusilaan pada
keadaan yang nyata di dalam hidup ini. Kemudian yang termasuk Itihasa juga
adalah kitab agama.[11]
1.
Ramayana
Kitab ini
penulis aslinya adalah Walmiki, kemdian mengalami perkembangan. Dan pada abad
ke 2 M kitab ini sudah mempunyai bentuk yang tetap. Isi kitab itu ringkasannya
adalah, Dasaratha, raja Ayoya, memutuskan untuk mengadakan kurban agar
dianugerahi seorang putra. Pada waktu itu dewa-dewa sedang mendapat banyak
gangguan dari raja Rahwana dari Langka. Oleh karena itu dewa Wisnu menitis
sebagai anak dari permaisuri Dasaratha yang bernama Kausalya, dengan nama Rama,
agar nantinya bisa membinasakan Rahwana. Rama ini dalam sayembara mematahkan
busur panah di suatu kerajaan, dia menang. Untuk it dia mendapat hadiah Shinta
sebagai istrinya.
2.
Mahabharata
Bagian tertua
dari kitab ini ditulis oleh Wijaya, mungkin di antara abad ke 2 SM sampai abad
ke 2 M. isi kitab itu menceritakan peprangan antara Kurawa dan Pandawa.
3.
Bhagwadgita
Kitab ini
berarti Nyanyian Tuhan. Bentuk yang sekarang ini agaknya sudah mengalami
perubahan-perubahan. Bilamana kitab ini itulis, tak dapat dikatan dengan pasti.
Mungkin pada abad ke 5 SM, abad ke 3 SM, atau abad ke 2 SM. Kitab ini adalah
bagian dari kitab Mahabharata, yang mana Mahabharata ini oleh umat Hindu
dianggap sebagai kitab Weda ke 5. Isi pokok kitab ini menjelaskan tentang
pembicaraan antara Kresna dengan Arjuna pada permulaan perang Bharatayudha.
Secara singkat ajaran Bhagawadgita adalah sebagai berikut:
·
Tuhan
adalah zat yang tidak dilahirkan, tanpa awal dan yang maha kuasa. Ia berlainan
sekali dari pada dunia yang fana ini, sebab ia adalah Paramatma, jiwa yang tertinggi.
·
Tuhan
berbuat dengan melalui benda. Pada benda itu ditempatkan benih dari Tuhan.
Dapat dikatakan, Tuhan adalah Bapa segala makhluk, sedang benda atau prakerti
adalah ibu yang mengandungnya.
·
Baik
benda (Prakerti) maupun jiwa adalah kekal, keduanya tak berubah. Jiwa yang
berdiam di dalam tubuh juga tak dipengaruhi oleh segala macam pengaruh dan
perbuatan benda.
·
Tugas
manusia ialah berbuat sedemikian rupa, hingga mencapai kelepasan. Yaitu jiwanya
bisa kembali bersatu dengan Tuhan. Jalan kelepasan ada 3 macam, yaitu:
a.
Bhaktimarga,
yaitu jalan kelepasan dengan melalui pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, dengan tanpa memikirkan bagaimana akibat dari pelaksanaan tugas
tersebut.
b.
Karma
Marga atau jalan kelepasan dengan jalan melakukan kebaikan bagi orang lain.
c.
Ynana
Marga atau jalan kelepasan dengan berusaha mendapatkan pengetahuan tentang
kebenaran yang tertinggi, bahwa sebenarnya manusia itu adalah bagian dari
Tuhan.
4.
Kitab-kitab
Agama
Penulis
kitab-kitab agama, yang juga disebut kitab Tantra, itu semula tidak dikenal.
Bentuk yang sekarang ini mungkin terjadi pada abad ke 6 M, atau abad ke 7 M.
Pada pokoknya kitab-kitab ini membicarakan lima hal, yaitu:[12]
a.
Penciptaan
alam semesta
b.
Peleburan
alam semesta
c.
Penyembahan
dewa-dewa
d.
Jalan
mencapai kesaktian
e.
Persekutuan
dengan zat tertinggi.
Jika disingkat
isi kitab-kitab agama ini, dapat dirumuskan sebagai berikut:
·
Zat
yang tertinggi adalah Brahman. Dalam keadaannya yang semula, Brahman ini berdii
sendiri, tanpa sifat.
·
Di
dalam diri Brahman ini kemudian timbul kehendak untuk menjadi banyak.
·
Siwa
adalah segi yang tak berubah dari Brahman, sedang Sakti adalah tenaga ilahi
(tenaga Siwa) yang bergerak.
·
Apa
yang terdapat di dalam makrokosmos itu juga terdapat dalam mikrokosmos.
2.
Sekte-sekte Agama Hindu masa 300M sampai sekarang
Adapun aliran
keagamaan pada agama Hindu masa ini ialah:
a.
Sekte
Brahma
Aliran ini
lebih mengutamakan pemujaan kepada dewa Brahma, yang di dalam paham Trimukti
dipandang sebagai dewa pencipta alam. Kaum Brahmalah yang banyak menjadi
pengikut sekte ini. Pada dasarnya aliran Brahma ini timbul timbul atas usaha
kaum Brahmana (pendeta) untuk mempertahankan kedudukannya. Maka dari itu, dalam
kitab Brahmana (salah satu tafsir kitab Wedha) dijelaskan adanya keharusan
ketundukan orang pada dua jenis dewa yaitu dewa-dewa yang benar-benar dewa yang
tinggal di kahyangan dan dewa-dewa manusia yaitu para pendeta yang tinggal di
bumi.
b.
Sekte
Wisnu
Pengikut
madzhab Wisnu lebih condong kepada Bhakti (penyerahan diri dalam melakukan
tugas) oleh karena itu mereka pada umumnyamenghargai hidup. Hidup ini dianggap
suci dan patut dinikmati.
c.
Sekte
Siwa
Bagi pengikut
sekte Siwa, Brahma dan Wisnu, adalah penjelmaan dari Siwa. Patung lambang Siwa
yang paling terkenal adalah lingga (simbol kelamin laki-laki). Dalam sekte
ini pengetahuan dipandang sebagai jalan
kelepasan yang lebih pasti dari pada bhakti. Segala kejadian itu bukannya
disebabkan oleh Siwa secara langsung, tetapi melalui saktinya (istrinya),
dengan maya sebagai bahan dari keberadaan bendawi.
d.
Sekte
Sakta (Tantra)
Yang disebut
Sakta ialah penyembah sakti, yaitu tenaga ilahi (Siwa). Dua dari penampilannya
adalah penting sekali, yaitu sebagai ibu-ilahi dan sebagai dewi yang
mengerikan. Dalam praktiknya penyembah sakti itu dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu Daksina marga dan Wama marga atau pemuja kanan dan pemuja kiri.
Wama-marga dalam usahanya untuk bisa mencapai nirwana lebih mementingan cara
pembacaan mantra-mantra rahasia dan pembebasan ruang gerak hawa nafsu termasuk
seks.
e.
Sekte
Vedanta
Objek
pemujaannya ialah apa yang sebenarnya menjadi sumber segala-galanya yang
disebut Brahman, yang diartikan sebagai Maha Ada atau Makro Kosmos. Subjek yang
melakukan pemujaan kepadanya disebut Atman yang diartikan sebagai jiwa manusia atau
Mikro Kosmos.
f.
Sekte Sankya
Ajarannya adalah
segala yang ada ini terdiri dari dua unsur yaitu, Purusa artinya jiwa
seseorang, dan unsur prakerti artinya jasmani manusia,keduanya dipandang
sebagai unsur yang kekal dan abadi.
g.
Sekte
Yoga
Sekte ini tidak
mempunyai pandangan kepercayaan yang prinsip. Dalam aliran ini terdapat ajaran
tentang latihan-latihan kejiwaaan dalam usaha melepaskan diri dari samsara.
h.
Sekte
Yainisme
Segala
penderitaan jiwa itu disebabkan oleh pengaruh atau ikatan kebendaan. Oleh
karena itu manusia harus berdaya upaya untuk membebaskan jiwanya dari ikatan
benda atau materi tersebut.
i.
Agama
Hindu Dharma(Hindu Bali)
Aliran agama
Hindu Dharma ini nampaknya merupakan sinkretisme, antara paham animisme dengan
Hinduisme Indiadan Budhisme, dan dewa yang dijadikan titik pusat pemujaan dalam
Hindu Dharma ini adalah Dewa Siwa.Tempat tinggal Dewa Siwa ini menurut
kepercayaan orang Hindu Dharma ialah dipuncak gunung agung ( di pulau Bali).
Menurut ajaran
Hindu Dharma, dewa trimurti itu adalah manifestasi dari sifat dan kekuasaan Sang
Hyang Widi Wasa, Tuhan yang Maha Esa. Pancasradha adalah sama dengan rukun iman
Hindu Dharma yang terdiri dari lima keimanan, diantaranya adalah:
1.
Percaya
kepada adanya Sang Hyang Widi (Tuhan yang Maha Esa)
2.
Percaya
adanya Atma (roh leluhur)
3.
Percaya
adanya hukum karmapala atau sebab akibat
4.
Percaya
adanya samsara(menjelma berkali-kali)
5.
Percaya
adanya moksha(pelepasan dari samsara)
Pada agama
Hindu dharma dikenal upacara yag disebut Butta Yajnya, yaitu upacara korban
kepada makhluk halus atau dewa penjaga alam yang dilakukan dalam tiga macam
bentuk. Bentuk upacara korban yaitu:
1.
Tawur agung, yaitu upacara
korban yang dilaksanakan dalam satu tahun sekali
2.
Tawur panca wali krama,
yaitu upara korban yaang dilakukan dalam setiap sepuluh tahun sekali
3.
Tawur eka Dasa Rudra,
yaitu upacara korbaan yang diadakan setiap searatus tahun sekali dan merupakan
upacara yang sangat utama karena merupakan usaha mencari keselamatan hidup
disamping pengakuan dosa-dosa manusia selama seratus tahun.
Tujuan upacara
tawur tersebut menurut kepercayaan umat Hindu adalah untuk mengadakan
introspeksi terhadap segala perbuatan rakyat Bali dalam tingkah laku
sehari-sehari, disamping itu juga untuk mendapatkan kesemalatan hidup dibawah
perlindungan Dewa Siwa.
Adapun upacara
yang bersifat perseorangan, diantaranya adalah upacara ngaben (pembakaran
jenazah) karena adanya kepercayaan bahwa mayat itu dipandang kotordan najis dan
harus dibuwang jauh-jauh agar tidak mengotori bumi.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Agama
Hindu merupakan agama thabi’i atau alam atau yang biasa dikenal dengan agama
bumi, karena agama hindu belum diketahui dengan pasti siapa pendirinya dan terjadi pada masa 1500 SM sampai sekarang.
Pada awal zaman ini dikenal dengan nama zaman weda yang meliputi zaman sejak
masuknya bangsa Arya di Punjab (1500SM). Dalam perkembangannya Agama Hindu
tediri dari Agama Weda, Agama Brahmana, dan Agama Upanishad dengan berbagai
macam kitab-kitab, dewa-dewa dan kepercayaan.Adapun bentuk terakhir dari Agama
Hindu setelah tahun Masehi sampai sekarang tetap banyak yang dan ada juga
beberapa perubahan, misalnya dalam aliran-alirannya.
Aliran-liran
dalam Agama Hindu pada masa sesudah Masehi diantaranya adalah aliran Brahma, Wisnu, Siwa, Sakta,
Vedanta, Sankya, Yoga, Yainisme, dan Agama Hindu Dharma (Hindu Bali).
DAFTAR
PUSTAKA
Sufa’at
Mansur. Agama-Agama Besar Masa Kini.Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2011
Drs.Bashori.Ilmu
Perbandingan Agama.Malang:UIN-Press,2002
Prof.Dr.Ahmad
Shalaby.Agam-agama Besar di India.Jakarta: Bumi Aksara,2001
Drs.Faridi,M.Si.Agama
Jalan Kedamaian.Jakarta:Ghalia Indonesia.2002
Manaf,Mujahid
Abdul.Sejarah Agama-agama.Jakarta:Raja Grafindo.1994
[1]
Sufa’at Mansur. Agama-Agama Besar Masa
Kini.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2011).hlm 1-4
[2]
Drs.Bashori.Ilmu Perbandingan Agama.(Malang:UIN-Press,2002).hlm
20
[3]
Prof.Dr.Ahmad Shalaby.Agam-agama Besar di India.(Jakarta: Bumi Aksara,2001).
Hlm 19
[4]
Drs.Faridi,M.Si.Agama Jalan Kedamaian.(Jakarta:Ghalia Indonesia.2002).hlm 89-91
[5]
Ibid, hlm 91-95
[6]
Manaf,Mujahid Abdul.Sejarah Agama-agama.(Jakarta:Raja
Grafindo.1994).hlm 15-20
[7]
Sufaat Mansur,ibid,hlm 21
[8]
Ibid. hlm. 21
[9]
Ibid. hlm. 22
[10]
Ibid. hlm. 23
[11]
Ibid. hlm. 24
[12]
Ibid, hlm. 32
0 komentar:
Posting Komentar